Jakarta, CNBC Indonesia - Momen Lebaran yang biasanya jadi ajang panen bagi sektor ritel, tahun ini justru lesu. Pelaku ritel mengaku penjualan mereka masih jauh dari target seharusnya.
Ketua Umum Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budihardjo Iduansjah mengungkapkan, penjualan ritel selama masa Lebaran 2025 belum mencapai target.
"Kalau yang Hippindo ya, belum nyampe target 10% dibanding tahun lalu. Jadi target kita misalkan 100%, ini baru nyampe di 85-90%," kata Budihardjo saat ditemui usai acara Indonesia Investment Summit: Projects for Sustainable Growth di Jakarta, Selasa (15/4/2025).
Menurutnya, ada beberapa faktor yang membuat lesu penjualan ritel tahun ini. Salah satu yang paling dominan adalah terbatasnya stok barang, terutama karena adanya hambatan dalam impor.
"Faktornya karena banyaknya peraturan yang kurang kondusif. Dalam arti, mau berusaha itu barangnya kosong, beragam barang kurang banyak. Toko yang gede, barangnya nggak banyak. Kita butuh barang. Kalau promosi kan harus stoknya cukup. Ini nggak ada stoknya," ungkapnya.
Ia juga menyoroti kebijakan impor yang dinilai justru menjadi penghambat pelaku usaha. "Harusnya diberikan kemudahan berusaha. Misalnya mau impor, kalau tokonya jelas, bayar pajak, impor, dikasih aja. Ini mau impor malah dikuota. Jadi orang dagang ada duit, mau beli barang, nggak bisa beli," tegas dia.
Namun, program Belanja di Indonesia Saja (BINA) yang digelar Hippindo sedikit memberi angin segar. Dalam periode 14 hingga 31 Maret 2025, tercatat nilai transaksi mencapai Rp32 triliun. Meski begitu, angka tersebut masih di bawah target yang ditetapkan.
"Untung ada BINA. Kalau nggak ada BINA, lebih turun lagi mungkin. Tapi targetnya Rp36 triliun, kenyataannya Rp32 triliun. Jadi malah turun dibandingkan tahun lalu," jelas Budihardjo.
Secara umum, penjualan sektor ritel belum menunjukkan kenaikan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Ia menyebut, hanya sektor personal care atau produk perawatan diri yang mencatat pertumbuhan, terutama di kanal online.
"Yang cukup naik itu yang berhubungan dengan apotek, personal care. Karena dari penjualan online-nya naik. Tapi kalau toko baju, restoran, itu stabil aja, nggak naik. Di bawah target," jelasnya.
Budihardjo juga menyinggung soal daya beli masyarakat yang tampaknya masih menahan diri untuk belanja, karena belum pulihnya rasa percaya diri terhadap kondisi ekonomi.
"Daya beli itu kan tergantung dari kenyamanan orang, atau kepercayaan orang untuk belanja. Masalahnya, mungkin dia besok khawatir nggak bekerja, akhirnya dia nge-rem. Jadi intinya nge-rem-nya ini yang salah. Banyak kebijakan yang harusnya dilepas, ini malah direm," pungkasnya.
(hoi/hoi)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Bikin Pengunjung Mal Makin Ramai, Peritel Minta Bantuan Prabowo
Next Article Bukan Main! Bekasi "Planet Lain" Kini Dikepung Mal, Ini Penampakannya