Perang Likuiditas Makin Sengit! Bank Ini Bakal Jadi Korban

1 month ago 22

Jakarta, CNBC Indonesia - Persaingan industri perbankan dan pemerintah meraup pendanaan semakin ketat, seiring keadaan ekonomi masih tak menentu. Bankir mengungkapkan bahwa dalam "kompetisi" ini, bank-bank berukuran menengah, yakni KBMI III menjadi pihak yang "kejepit".

Wakil Ketua Umum IV Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Taswin Zakaria mengatakan kelompok bank itu memiliki istilah "kejepit" karena likuiditas lebih mudah diraup oleh bank KBMI IV yang memiliki infrastruktur dan modal besar dan bank KBMI II dan KBMI I yang cenderung berani memberikan bunga tabungan yang tinggi.

"Jadi likuiditas itu kalau nggak lari ke atas, lari ke bawah nggak pernah ke tengah," kata Taswin saat ditemui di Griya Perbanas, Senin (17/2/2025).

Namun begitu, eks Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) itu mengatakan dirinya masih memiliki optimisme besar pada digitalisasi perbankan. Menurutnya, ini adalah peluang bagi bank-bank ukuran menengah dan juga kecil untuk bisa bersaing dengan bank-bank besar.

Jika bicara mengenai jumlah kantor cabang, pastinya bank-bank berukuran kecil dan menengah kalah dengan big bank. Tetapi, Taswin mengatakan semua bank memiliki ruang untuk melakukan penetrasi digital yang sama.

"Ketika bicara di space yang digital, boleh dibilang semua kan level playing field masih rata," ujarnya.

Taswin berpendapat, bank-bank KBMI III perlu memanfaatkan peluang ini dengan investasi yang cukup di digitalisasi serta dalam memberikan promo-promo.

"Karena saya optimis banget bahwa digital itu bisa dan saya merasakan kalau memang bank itu mau investasi yang cukup di digital app-nya dan juga sekaligus di promosinya, mereka bisa cukup bersaing. Saya merasakan walaupun ya dalam porsinya dalam proporsinya masih masing-masing ya. Tapi kalau serius bisa loh," tandasnya.

Taswin mengatakan investasi dalam digitalisasi dan promosi ini perlu dilakukan bank-bank berukuran kecil dan menengah secara konsisten dan serius. Karena persaingan pasar di Indonesia sangat kompetitif.

Jika merujuk pada laporan keuangan tahun 2024 beberapa bank berukuran menengah, beban bunga melonjak tinggi dan mengikis rasio efisiensi.

Sebagian besar masih mampu mencetak pertumbuhan laba dan dana pihak ketiga (DPK). Seperti PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara alias Bank Sumut, dengan pertumbuhan laba hanya sebesar 0,09% yoy menjadi Rp740,72 miliar pada tahun 2024. Pertumbuhan DPK juga seret, hanya 1,76% yoy menjadi Rp33,20 triliun, dengan beban bunga melonjak 15,51% yoy.

Sekalipun, PT Bank Capital Indonesia Tbk. (BACA) berhasil menurunkan beban bunganya sebesar 0,42% yoy, DPK hanya mampu tumbuh 0,42% yoy menjadi Rp12,57 triliun pada 2024. Bank itu memang mencetak kenaikan laba 7,48% menjadi Rp109,38 miliar, namun efisiensi kinerja bank itu masih buruk.

Dengan dengan rasio beban operasional pendapatan operasional (BOPO) dan rasio beban operasional terhadap pendapatan bunga bersih atau cost to income ratio (CIR) tercatat di posisi masing-masing 97,13% dan 97,21%.

Beberapa juga mengalami penurunan pertumbuhan laba. Seperti bank pelat merah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) yang mencatatkan penurunan laba sebesar 14,1% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 3 triliun pada tahun 2024. Beban bunga tercatat melonjak 22% yoy.

Kemudian, efisiensi kerja bank itu juga menurun dengan BOPO membengkak menjadi 88,70% dan CIR yang membengkak menjadi 57,15%.

PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jakarta alias Bank DKI juga mencatatkan penurunan laba sebesar 23,62% yoy menjadi Rp779,09 miliar pada akhir tahun lalu. DPK Bank DKI pun hanya mampu tumbuh di bawah 1%, yakni 0,71% yoy menjadi Rp64,08 triliun.

Walaupun beban bunga Bank DKI dapat terjaga dengan kenaikan 0,60% yoy, efisiensi kinerja menurun dengan BOPO dan CIR naik, masing-masing menjadi 84,98% dan 62,27%.


(mkh/mkh)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Perkuat Perbankan, Mandat LPS Diperluas Setara LPS Negara Maju

Next Article Ketakutan Jokowi di Akhir Jabatan Makin Nyata, Sudah Disorot DPR

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|