PLN Akui Belum Ada Pendanaan dari JETP AS Cs

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) mengakui bahwa belum ada pendanaan dari Just Energy Transition Partnership (JETP) untuk pengembangan pembangkit listrik hijau di Indonesia.

Sebagaimana diketahui JETP diinisiasi oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan lainnya kepada Indonesia yang dijanjikan senilai US$ 20 miliar atau setara Rp 300 triliun.

"Saat ini secara konkret belum membiayai proyek PLN (dari Jerman). Tetapi memang prosesnya sebelum JETP belum terlalu berpengaruh. Nah, ESG PLN ini membuka kesempatan untuk mendapatkan pendanaan yang lebih luas," ungkap Kamia Handayani EVP Transisi Energi dan Keberlanjutan PT PLN (Persero) dalam ESG Sustainability Forum 2025, CNBC Indonesia, Jumat (31/1/2025).

PLN mencatat, dalam Rancangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2025-2034, pembiayaan yang dibutuhkan mencapai Rp 2.600 Triliun. Hal ini perlu dalam pengembangan pembangkit baru dan infrastruktur transmisi.

Sebelumnya, Utusan Khusus Presiden RI Bidang Iklim dan Energi, Hashim S. Djojohadikusumo mengatakan bahwa Just Energy Transition Partnership (JETP) merupakan program gagal. Terlebih, kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS telah mengubah kebijakan di sektor energi global.

Hashim mengatakan bahwa ancaman Trump untuk menarik diri dari berbagai Perjanjian Iklim telah terjadi. Hal tersebut tentunya juga akan berdampak pada program pendanaan JETP untuk Indonesia senilai US$ 20 miliar atau sekitar Rp 300 triliun.

Bahkan Hashim mengungkapkan bahwa selama dua tahun berjalan, tidak ada satu dolar pun yang dikucurkan oleh pemerintah AS untuk program ini.

"Saya ketemu utusan khusus AS namanya John, JETP itu program gagal, 2 tahun berjalan tidak 1 dolar pun dikucurkan oleh pemerintah AS banyak omon-omon ternyata itu ada klausul US$ 5 miliar akan dihibahkan apabila dana tersedia ternyata mohon maaf tidak tersedia," kata Hashim dalam acara CNBC Indonesia ESG Sustainability Forum 2025, Jumat (31/1/2025).

Oleh sebab itu, ia pun menekankan bahwa masyarakat tidak perlu lagi berharap pada pendanaan JETP. Mengingat, salah satu negara yang menginisiasi program ini saja telah mundur dari perjanjian iklim.

"Ini realita so ini saya kira jangan harapkan deh 20 miliar dollar," kata dia.

Sebagai informasi, kemitraan JETP merupakan inisiatif pendanaan transisi energi senilai lebih dari US$ 20 miliar atau sekitar Rp 300 triliun yang disepakati antara Indonesia dan negara-negara maju yang tergabung dalam International Partners Group (IPG). IPG terdiri atas pemerintah Jepang, Amerika Serikat, Kanada, Denmark, Uni Eropa, Jerman, Prancis, Norwegia, Italia dan Inggris Raya.


(pgr/pgr)

Saksikan video di bawah ini:

ESG Sustainability Forum 2025: Peran Pembiayaan Hijau bagi ESG-Ekonomi

Next Article Hashim Klaim AS Berkomitmen Lanjutkan JETP US$ 20 M untuk Indonesia

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|