Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia diminta agar tidak hanya mengandalkan aturan konten lokal dalam menarik investasi. Pasalnya, strategi ini punya kekurangan yang harus dilengkapi oleh strategi lain.
Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky menjelaskan, TKDN sebetulnya bukan kebijakan yang baru di level global. Kebijakan ini diterapkan oleh negara-negara seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, Jerman dan lainnya.
Sementara Indonesia menjadi salah satu negara yang paling doyan menerapkan TKDN. Di antara negara BRICS, misalnya, Indonesia termasuk yang paling tinggi kebijakan TKDN-nya.
Begitu juga di antara negara berkembang yang sedang dalam proses menjadi negara maju, seperti India, Vietnam, Malaysia, yang berusaha mengintegrasikan ekonominya ke rantai nilai global, sudah makin meninggalkan kebijakan TKDN.
"Ada sebuah aspek di sini yang mungkin saya perlu angkat adalah, bahwa kebijakan ini sifatnya itu cenderung distortif, artinya ada quote-unquote dipaksa untuk kemudian barang impor itu harus mengintegrasikan sekian proses komponen domestiknya," ujar Teuku dalam acara Seluler Business Forum di Jakarta, Kamis (5/12/2024). "Artinya ada market mechanism yang di-bypass disini," imbuhnya.
Ia kemudian bicara soal iPhone yang di Vietnam, di Singapura, Malaysia dan Taiwan yang tingkat komponen dalam negerinya bisa tinggi. Hal tersebut bukan karena kebijakan TKDN, tapi memang karena komponen mereka memiliki daya saing sehingga bisa meningkat. Ia menyebutnya sebagai market mechanism.
"Nah Indonesia harus seperti itu, tapi nyatanya by force, bukan by market mechanism," kata Teuku.
"Jadi memang disini quote-unquote kesannya adalah kita mau produk kita dipakai, tapi sebetulnya kalau enggak ada pasar tersebut, enggak ada yang mau pakai," jelasnya.
Teuku menjelaskan alasan lain banyak negara meninggalkan TKDN karena kebijakan tersebut menutupi kekurangan daya saing yang dimiliki oleh produk domestik. Mereka jadi tidak bisa melacak dan mengukur seberapa jauh daya saing atau tingkat kompetitif dari produk domestik mereka.
"Karena kalau by design TKDN, ya at least atau bahkan mostly itu akan kebanyakan bahan impor komponennya sebesar daya TKDN aja. Kita enggak tahu nilai aslinya produk global mau pakai produk kita itu berapa persen sih dalam komponennya," ujar dia.
"Nah ini yang kemudian kita gak bisa dapet feedback kira-kira apa yang perlu di improve dari produk domestik kita." pungkasnya.
(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Kemenperin Terima Surat Dari Apple, Ngebet Mau Jual iPhone 16
Next Article Alasan iPhone 16 Dilarang Masuk RI, Apple Angkat Bicara