Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengungkapkan, pihaknya akan segera menggelar rapat dengan PT Pertamina (Persero) untuk membahas kelanjutan proyek kilang minyak Grass Root Refinery (GRR) di Tuban. Proyek ini sendiri merupakan hasil kerja sama antara Pertamina dan perusahaan Rusia yakni Rosneft.
Bahlil mengungkapkan bahwa pihaknya belum memeriksa secara mendalam terkait perkembangan terbaru dari proyek tersebut. "Saya belum cek ya kalau Tuban. Nanti saya cek. Saya mau rapat sama Pertamina," ujar Bahlil di Gedung Kementerian ESDM, Kamis (14/11/2024).
Namun saat ditanya mengenai kemungkinan Pertamina bakal mencari mitra dari negara lain jika Rusia tidak memberikan kepastian, Bahlil menjelaskan bahwa opsi tersebut bisa saja dilakukan. "Opsi bisa saja. Karena kita nggak bisa menunggu sampai lama kan. Kan kita harus punya batas limit waktu. Dan kita harus cari opsi-opsi," kata Bahlil.
Di sisi lain, pemerintah juga belum menentukan tenggat waktu pasti untuk proyek ini, mengingat keputusan berjalannya proyek Kilang Tuban akan bergantung pada hasil komunikasi antara Pertamina dan pihak Rusia.
"Belum, saya rapat sama Pertamina. Pertamina kan yang melakukan komunikasi dan punya feeling mereka ini serius banget atau tidak," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Taufik Aditiyawarman mengatakan saat ini progres dari proyek GRR Tuban di Jawa Timur masih dalam proses lelang untuk rekayasa teknis, pengadaan, dan konstruksi (EPC). Adapun, Kilang Tuban dirancang untuk mengolah 300 ribu barel minyak mentah per hari, dengan mayoritas produksinya difokuskan pada bahan bakar minyak (BBM).
"Mengolah 300 ribu barrel crude oil per hari, akan memproduksikan BBM, hampir 280 ribu barel per hari BBM," kata dia dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Senin (2/9/2024).
Selain BBM, kilang ini juga akan menghasilkan produk petrokimia yang penting untuk industri, seperti aromatik dan olefin, serta LPG. Proyek ini menjadi langkah strategis bagi Indonesia untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.
"Sisanya adalah petrokimia. Petrokimia ada aromatik dan olefin crackers di sana untuk memproduksikan bahan baku petrokimia seperti high density polyethylene, low density polyethylene, polypropylene. Kemudian juga ada LPG. Nah itu semua kita lakukan untuk pertama pemenuhan kebutuhan BBM," ujarnya.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:
Bos KPI Bongkar Jurus Genjot Produksi Kilang & Prospek Bisnis Biofuel
Next Article RI Sebentar Lagi Punya Kilang Minyak Terbesar, Ini Pemiliknya