Trah HB II Desak Pemerintah Serius Tangani Pemulihan Aset Geger Sepehi

5 hours ago 1

Trah HB II Desak Pemerintah Serius Tangani Pemulihan Aset Geger Sepehi Ilustrasi cagar budaya. - Harian Jogja

Harianjogja.com, JOGJA—Upaya pemulihan aset sejarah peninggalan peristiwa Geger Sepehi 1812 kembali mencuat berbarengan dengan momentum satu tahun masa pemerintahan Prabowo-Gibran.

Trah Sri Sultan Hamengkubuwono II (HB II) melalui Yayasan Vasatii Socaning Lokika mengingatkan keseriusan pemerintah dalam diplomasi kebudayaan khususnya dalam hal pengembalian benda budaya tersebut dari pemerintah Inggris. 

Ketua Yayasan Vasatii Socaning Lokika, Fajar Bagoes Poetranto menyampaikan, peluang diplomasi sebenarnya terbuka lebar. Upaya yang mereka lakukan melalui jalur private to private (P2P) sedikit banyak telah membuahkan hasil, bahkan mendapat sambutan dari pihak British Library di London.

"Kami sudah menjalin komunikasi langsung dengan British Library dan mendapatkan respons positif. Mereka bahkan telah membuka akses terhadap 482 metadata manuskrip digital, termasuk 120 manuskrip dan 75 manuskrip Jawa yang berasal langsung dari peristiwa Geger Sepehi 1812,” ujar Fajar, Selasa (21/10/2025). 

Bagi Fajar, langkah kecil ini merupakan bukti bahwa diplomasi budaya bisa berjalan efektif bila dilakukan dengan ketekunan. Ia berharap capaian ini menjadi pemantik bagi Kementerian Kebudayaan dan pihak lain untuk lebih aktif dalam memperjuangkan pengembalian aset sejarah tersebut.

Fajar menyayangkan bahwa hingga kini belum ada upaya konkret dari pemerintah pusat. Ia berharap Presiden Prabowo memberi perhatian terhadap diplomasi budaya tersebut sebagai bagian dari kedaulatan bangsa.

“Kami berharap Pemerintah benar-benar serius, bukan hanya dalam simbol, tapi juga tindakan. Pengembalian manuskrip Geger Sepehi bukan soal benda sejarah, tapi tentang menghormati jejak perjuangan dan intelektualitas leluhur,” ujarnya.

Konsorsium Nusantaram Eva Raksamahe yang berisi keluarga HB II dan akademisi serta penggiat pelindung budaya nusantara menyebut, sejumlah pihak hendaknya mendukung upaya yang telah dirintis selama ini.

"Kerja sama lintas lembaga ini penting untuk memperkuat klaim kepemilikan dan hak intelektual atas manuskrip. Kami tidak hanya menuntut pengembalian benda, tapi juga ingin menghidupkan kembali pengetahuan yang tersimpan di dalamnya,” kata perwakilan Konsorsium Nusantaram Eva Raksamahe, Stev. Agung Budyawan. 

Lebih jauh, Agung mengungkapkan harapan agar di Jogja dapat berdiri Scriptorium Center, sebuah pusat studi dan konservasi manuskrip Nusantara. Pusat ini diharapkan menjadi ruang belajar bagi generasi muda untuk mengenali, menyalin, dan memahami nilai-nilai sejarah bangsa dari sumber aslinya.

"Scriptorium Center akan menjadi simbol kesiapan Indonesia untuk mengelola warisan intelektualnya. Pengembalian manuskrip bukan hanya perkara sejarah, tapi juga pengakuan atas kedaulatan budaya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|