Aplikasi Pengganti WhatsApp Ramai, Pemerintah Kasih Peringatan Bahaya

4 days ago 11

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga Keamanan Nasional AS (NSA) memberikan peringatan bahaya atas penggunaan aplikasi Signal pada Februari 2025 lalu. Signal merupakan aplikasi pesan singkat terenkripsi yang menjadi salah satu pesaing kuat WhatsApp.

Ternyata, Signal digunakan oleh pejabat pemerintahan Donald Trump untuk mendiskusikan rencana perang. Baru-baru ini, chat pejabat pemerintah tak sengaja bocor dan dilihat oleh jurnalis yang tergabung dalam sebuah grup chat di Signal.

Menurut NSA, ada celah keamanan pada Signal yang bisa membahayakan privasi pengguna. Untuk itu, NSA merilis buletin internal kepada para pegawainya pada bulan lalu.

NSA merupakan salah satu lembaga di bawah Departemen Pertahanan AS yang khusus mengawasi sinyal intelijen dan keamanan siber. Lembaga itu bertanggung jawab mengumpulkan dan memroses informasi dan data penting yang menyangkut kepentingan keamanan nasional AS.

Pejabat senior intelijen di AS pada Februari lalu membagikan buletin internal yang berjudul 'Kelemahan Aplikasi Signal'. Buletin itu dibagikan sebulan sebelum kebocoran chat pejabat pemerintah AS yang dilihat jurnalis The Atlantic.

"Kerentanan telah diidentifikasi dalam aplikasi Signal Messenger. Penggunaan Signal oleh target umum kegiatan pengawasan dan spionase telah menjadikan aplikasi tersebut sebagai target bernilai tinggi untuk mencegat informasi sensitif," demikian tertulis pada buletin internal tersebut, dikutip dari CBS News, Rabu (26/3/2025).

Buletin tersebut memperingatkan tentang kelompok hacker profesional Rusia yang menggunakan penipuan phishing untuk mendapatkan akses ke percakapan terenkripsi, bahkan melewati enkripsi end-to-end yang digunakan Signal.

Buletin itu juga menggarisbawahi kepada karyawan NSA bahwa aplikasi pengiriman pesan pihak ketiga seperti Signal dan Whatsapp diizinkan untuk "latihan akuntabilitas/penarikan informasi yang tidak dirahasiakan" tertentu, tetapi tidak boleh digunakan untuk mengomunikasikan informasi yang lebih sensitif.

Signal merespons buletin tersebut dan menyebut 'kerentanan' yang disebutkan NSA tak berhubungan dengan teknologi inti aplikasi. Peringatan itu, menurut perwakilan Signal, bertumpu pada bahaya phishing yang menargetkan pengguna Signal.

"Phishing bukan hal baru. Hal ini bukan kelemahan pada sistem enkripsi kami atau teknologi kami secara keseluruhan. Penyerangan Phishing adalah ancaman konstan untuk aplikasi dan situs populer," kata perwakilan Signal.

Pada pekan ini, Pemimpin Redaksi The Atlantic, Jeffrey Goldberg, membeberkan chat dari Menteri Pertahanan Pete Hegseth yang tak sengaja membeberkan rencana perang kepadanya lewat aplikasi Signal beberapa jam sebelum militer AS melancarkan serangan melawan Houthi di Yemen.

Pesan yang diterima Hegseth meliputi informasi terperinci terkait paket senjata, target, dan waktu penyerangan.

Namun, kebocoran chat tersebut diduga disebabkan kelalaian. Pasalnya, Hegseth mengirimkan pesan rencana perang ke sebuah grup chat di Signal yang ternyata di dalamnya ada jurnalis The Atlantic.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: AS Siapkan Dana Kekayaan Negara untuk Akuisisi TikTok

Next Article Telegram Berubah Total Usai CEO Ditangkap, Begini Nasibnya Sekarang

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|