China Mulai 'Tusuk' Rusia dari Belakang, Ikuti Sanksi AS

12 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Operator pelabuhan China, Shandong Port Group, melarang kapal tanker Rusia yang disanksi Amerika Serikat (AS) berlabuh di sejumlah pelabuhan Negeri Tirai Bambu. Hal ini terungkap dari sebuah pengumuman yang dibuat perusahaan, Senin (6/1/2025).

Dalam pengumuman itu, tertulis bahwa kapal-kapal yang tercantum dalam daftar sanksi Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri (OFAC) Departemen Keuangan AS kini dilarang berlabuh, membongkar muatan, atau menerima layanan. Diketahui, Shandong Port Group mengoperasikan pelabuhan di Rizhao, Yantai, dan Qingdao.

Shandong Port Group memperkirakan dalam pemberitahuan berikutnya pada hari Selasa bahwa larangan tersebut akan berdampak terbatas pada penyuling independen, karena sebagian besar impor minyak yang dikenai sanksi tiba dengan kapal yang tidak terpengaruh oleh pembatasan tersebut.

Sejauh ini, belum ada pernyataan lanjutan dari Shandong Port Group. Namun Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, mengatakan bahwa pihaknya tidak mengetahui adanya larangan tersebut.

"Saya tidak mengetahui secara spesifik. Secara lebih luas, izinkan saya menekankan bahwa China menentang keras sanksi sepihak ilegal AS dan yurisdiksi jangka panjang yang tidak memiliki dasar hukum internasional atau otorisasi oleh Dewan Keamanan PBB." Kata Guo pada Rabu (8/1/2025), dikutip Newsweek.

Dalam sejarahnya, data komoditas yang disediakan Kpler menyebutkan setidaknya delapan kapal tanker minyak mentah besar yang dikenai sanksi AS, masing-masing berkapasitas 2 juta barel, berlabuh di pelabuhan milik Shandong Port Group bulan lalu. Mereka kebanyakan mengangkut minyak Iran.

Daftar OFAC mencakup kapal-kapal yang beroperasi sebagai bagian dari apa yang disebut Washington sebagai "armada bayangan" yang terlibat dalam kegiatan pelanggaran sanksi untuk mengangkut minyak dari Iran, Venezuela, dan Rusia.

Pada Desember, pemerintahan Biden mengumumkan sanksi baru terhadap 35 perusahaan dan kapal yang terkait dengan pengiriman minyak Iran. Sekitar 90% ekspor minyak mentah Iran dikirim ke China, sering kali dijual dengan potongan harga besar atau ditukar dengan barang, bukan uang tunai.

Sementara itu, China, importir minyak mentah terbesar di dunia, juga mengambil lebih banyak komoditas bahan bakar dari Rusia dibandingkan negara lain. Hal ini dilakukan Beijing setelah negara-negara G7 memberlakukan pembatasan harga pada minyak mentah Rusia menyusul serangan Moskow ke Ukraina pada Februari 2022.

Pada 2023, Rusia menyumbang hampir 20% dari minyak mentah impor China, dan mengekspor 8,64 juta ton, atau 1,2 juta barel per har, ke negara tetangganya di selatan bulan lalu. AS sejauh ini telah meningkatkan upaya selama setahun terakhir untuk menargetkan sumber daya yang mendukung upaya perang Rusia.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: AS Jatuhkan Sanksi Baru, Akan Tindak Kapal Tengker Minyak Rusia

Next Article Ahli Sebut AS Bisa 'Nakal' Ganggu Rusia-China, Jadi Biang Kerok PD 3

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|