Jakarta, CNBC Indonesia - Ikan coelacanth merupakan ikan laut dalam yang hidup di lepas pantai Afrika bagian selatan dan Indonesia. Selama ini, para ilmuwan percaya bahwa ikan 'fosil hidup' itu telah punah.
Fosil hidup merupakan sebuah istilah dari Charles Darwin. Ia pertama kali menyebut istilah tersebut dalam bukunya The Origin of Species tahun 1859. Fosil hidup dianggapnya sebagai spesies "menyimpang" atau "tidak normal" dibandingkan dengan spesies lain pada saat itu.
Meskipun tidak didefinisikan dengan jelas pada masa Darwin, konsep tersebut telah diadopsi oleh ratusan ahli biologi sejak saat itu. Akan tetapi, istilah "fosil hidup" dan spesies yang pantas menyandang gelar tersebut, masih menjadi bahan perdebatan dalam komunitas ilmiah.
Dalam penelitian baru yang dipublikasikan di Nature Communications, ilmuwan mengidentifikasi fosil spesies coelacanth berusia 380 juta tahun yang telah punah ditemukan di Australia Barat.
Fosil-fosil tersebut terpelihara dengan sangat baik. Mereka berasal dari periode transisi penting dalam sejarah evolusi panjang spesies ikan ini.
Tim peneliti Universitas Flinders, bersama dengan rekan-rekan lain dari Australia, Kanada, dan Eropa, menemukan spesies baru fosil ikan coelacanth di Gooniyandi Country di Australia Barat bagian utara, demikian dikutip dari The Conversation, Selasa (19/11/2024).
Fosil hidup Coelacanth adalah ikan "bersirip cuping", yang berarti mereka memiliki tulang kuat di bagian sirip. Para ilmuwan percaya bahwa mereka lebih dekat hubungannya dengan tetrapoda daripada dengan kebanyakan ikan lainnya.
Coelacanth telah ada sejak lama. Fosil tertua yang diketahui berusia lebih dari 410 juta tahun. Namun, karena fosil-fosil ini sebagian besar berupa fragmen, tidak banyak diketahui tentang seperti apa coelacanth paling awal.
Akhirnya, pada akhir periode Cretaceous, 66 juta tahun yang lalu, semua tanda-tanda keberadaan coelacanth secara misterius menghilang dari catatan fosil.
Dan dalam waktu lama, para ilmuwan berasumsi bahwa coelacanth adalah korban dari dampak asteroid besar yang juga menandai kematian dinosaurus, bersama dengan kehidupan di Bumi lainnya.
Namun, semua itu berubah pada 1938, ketika para nelayan di Afrika Selatan menarik seekor ikan besar yang misterius dari kedalaman laut yang tidak seperti yang pernah mereka lihat sebelumnya.
Seorang karyawan museum setempat yang sangat tertarik pada ilmu pengetahuan alam, Marjorie Courtenay-Latimer, segera tahu bahwa ikan itu istimewa.
Baru-baru ini, tim peneliti dari Universitas Flinders, menemukan spesies baru fosil ikan coelacanth di Gooniyandi Country di Australia Barat bagian utara.
Sekitar 380 juta tahun yang lalu, situs tersebut merupakan terumbu karang tropis yang dihuni oleh lebih dari 50 spesies ikan.
Ngamugawi wirngarri, fosil coelacanth baru, adalah ikan pertama yang ditemukan di daerah tersebut yang diberi nama yang diberikan kepada kita dari bahasa Gooniyandi.
Nama tersebut berarti "ikan purba untuk menghormati Wirngarri", seorang tetua yang dihormati di komunitas tersebut.
Ngamugawi adalah coelacanth yang diawetkan dengan tiga dimensi dari Periode Devon (359 juta hingga 419 juta tahun lalu). Fosil ini memberikan pengetahuan tentang anatomi awal hewan tersebut.
Lambat berubah
Studi terhadap spesies baru ini mengarahkan peneliti untuk menganalisis sejarah evolusi semua coelacanth yang diketahui. Dalam melakukannya, peneliti menghitung laju evolusi sepanjang sejarah mereka yang mencapai 410 juta tahun.
Mereka menemukan bahwa coelacanth umumnya berevolusi secara lambat, dengan beberapa pengecualian yang menarik.
Lebih jauh, ilmuwan menganalisis serangkaian faktor lingkungan yang dianggap sebagai kandidat potensial untuk memengaruhi laju evolusi coelacanth. Faktor-faktor tersebut meliputi aktivitas lempeng tektonik, suhu laut, kadar oksigen air, dan kadar karbon dioksida atmosfer.
Dari semua variabel yang diamati, variabel yang paling memengaruhi laju evolusi coelacanth adalah aktivitas lempeng tektonik. Spesies coelacanth baru lebih mungkin berevolusi selama periode peningkatan aktivitas tektonik, karena gerakan seismik mengubah habitat.
Bersamaan dengan analisis terhadap semua fosil coelacanth, peneliti juga mengamati dengan saksama dua spesies yang masih hidup, Latimeria chalumnae dan Latimeria menadoensis.
Sekilas, ikan-ikan ini tampak hampir identik dengan beberapa ikan sejenisnya dari ratusan juta tahun yang lalu. Namun, setelah dianalisis lebih dekat, terlihat bahwa mereka sebenarnya berbeda dari kerabat mereka yang telah punah.
Meskipun Latimeria pada dasarnya telah berhenti mengembangkan ciri-ciri baru, proporsi tubuhnya dan detail DNA-nya masih sedikit berubah. Jadi, mungkin itu bukanlah "fosil hidup".
(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini: