Dolar Nyaris Rp16.000, Begini Analisa dan Ramalan Rupiah Akhir Tahun

1 month ago 10

Jakarta, CNBC Indonesia-Tekanan terhadap nilai tukar rupiah belum berakhir. Mata uang garuda terus anjlok terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga nyaris menembus Rp16.000.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan situasi ini disebabkan oleh situasi global akibat meningkatnya tensi geopolitik, terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS dan prospek pemangkasan suku bunga AS atau Fed Fund Rate semakin kecil.

"Rupiah akhir-akhir ini tertekan," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (21/11/2024)

Dilansir dari Refinitiv, rupiah berada di angka Rp15.095/US$ pada 25 September 2024 dan pada awal perdagangan hari ini, rupiah terperosok ke angka Rp15.950/US$ atau mendekati level psikologis Rp16.000/US$.

Depresiasi rupiah ini terjadi sebesar 5,66% dalam kurun waktu kurang dari dua bulan.

Menurut Andry, peran Bank Indonesia (BI) sangat ditunggu untuk melakukan stabilisasi seperti yang sudah diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG). "BI akan fokus menjaga stabilitas Rupiah di tengah meningkatnya ketidakpastian eksternal," jelasnya.

BI menahan suku bunga acuan atau BI rate pada level 6% pada November 2024. Andry melihat keputusan tersebut sejalan dengan langkah stabilisasi terutama dalam memberikan imbal hasil yang menarik kepada investor.

"Kami melihat BI masih memiliki ruang untuk memangkas BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5,75% pada akhir tahun ini jika pasar keuangan stabil," kata Andry.

Harapan masuknya aliran modal ke dalam negeri justru datang dari kemungkinan The Fed kembali menurunkan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate sebelum tutup tahun.

"Hal ini akan meningkatkan potensi lebih banyak modal yang kembali ke pasar domestik; karenanya, kami memperkirakan USD/IDR dapat mencapai kisaran 15.400-15.700 per USD pada akhir tahun 2024," ujarnya.

Hal yang senada disampaikan oleh Head of Equity Research Bahana Sekuritas, Putera Satria Sambijantoro. Penguatan dolar AS memang menjadi momok menakutkan bagi banyak negara karena memukul hampir semua mata uang, termasuk rupiah.

"USDIDR mungkin hanya diperdagangkan pada 15.500-15.600 per dolar pada akhir tahun," kata Putera kepada CNBC Indonesia.

Putera berpandangan, BI tidak akan memangkas suku bunga acuan sampai dengan akhir tahun untuk memastikan rupiah stabil. Pemangkasan baru akan dilakukan pada tahun depan sebesar 50 bps.

"Asumsi kami terhadap suku bunga BI adalah 5,5% pada tahun anggaran 2025, dengan penurunan suku bunga masing-masing sebesar 25 bps pada semester pertama dan kedua tahun 2025, dengan asumsi adanya penurunan teknis pada indeks dolar di awal tahun depan," terangnya.

Bank Indonesia (BI) meminta investor tetap tenang di tengah tingginya ketidakpastian global yang mengguncang pasar keuangan. BI memastikan pasokan dolar Amerika Serikat (AS) cukup untuk memenuhi kebutuhan, termasuk dalam intervensi menjaga stabilitas nilai tukar.

"Keberadaan kecukupan dolar AS masih cukup," ungkap Deputi Gubernur BI Destry Damayanti dalam konferensi pers, Rabu (20/11/2024)

Kecukupan dolar AS, kata Destry bisa dilihat dari posisi cadangan devisa Indonesia akhir Oktober 2024 tercatat tinggi sebesar 151,2 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Di samping itu, realisasi SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing tercatat sebesar Rp968,82 triliun, US$ 3,39 miliar, dan US$387 juta per 18 November 2024. "SVBI tercatat keniakan signifikan," jelasnya.

Pelemahan rupiah, menurut Destry merupakan dampak dari situasi global khususnya Amerika Serikat (AS). Perkasanya dolar AS menghantam hampir seluruh mata uang dunia, tak cuma rupiah. Meski demikian, rupiah masih tidak separah mata uang negara lain.

Dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2023 maka rupiah hanya mengalami depresiasi sebesar 2,74%. Jauh lebih baik dibandingkan dengan Dolar Taiwan, Peso Filipina dan Won Korea dengan kisaran 5-7%

"Secara fundamental sih kami cukup confidence dan kami harap ini tentu temporary dan makanya BI akan terus di market beri confidence di pasar," terang Destry.


(mij/mij)

Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG & Rupiah Kompak Tertekan Jelang Akhir Pekan

Next Article Rupiah Anjlok buat Money Changer Antre, Segini Harga Jualnya

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|