Jakarta, CNBC Indonesia - Penasihat Khusus Presiden RI untuk Urusan Ekonomi dan Pembangunan Nasional, Bambang Brodjonegoro buka-bukaan soal dampak dari pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Dia melihat tumbuhnya ekonomi di Indonesia sejauh ini hanya diuntungkan oleh banyak orang kaya, sedangkan orang dengan penghasilan menengah hingga miskin pun belum merasakan cukup besar dampak tumbuhnya ekonomi RI.
Dalam acara Indonesia Economic Summit 2025 yang digelar oleh Indonesia Business Council (IBC), Bambang mengatakan hal ini tercermin dari data koefisien Gini atau Gini Ratio. Menurutnya, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) ini hanya berbicara soal masyarakat terbawah, mulai dari garis kemiskinan dan jumlah orang berpenghasilan menengah. Sedangkan jumlah orang berpenghasilan tinggi jarang diungkap.
"Itulah sebabnya setiap kali kita memiliki Gini Ratio biasanya selalu diremehkan. Maksud saya data ini masih lebih baik daripada yang seharusnya. Jika kita membagi masyarakat menjadi lima kelompok pendapatan yang berbeda, pendapatan tinggi, pendapatan menengah, calon pendapatan menengah, hampir miskin dan miskin, sayangnya data BPS hanya berbicara tentang yang terbawah, garis kemiskinan, orang-orang yang hidup di garis kemiskinan," kata Bambang dalam acara Indonesia Economic Summit 2025 yang digelar oleh Indonesia Business Council (IBC) di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa (18/2/2025).
Meski begitu, Bambang cukup senang dengan data terakhir yang menunjukkan bahwa angka kemiskinan berada di bawah 9%, yang menandakan bahwa orang-orang yang berada di garis kemiskinan sudah berkurang.
Namun jika dilihat secara keseluruhan, maka distribusi populasi cenderung mengarah ke tiga kelompok terbawah, yaitu kelompok calon miskin, kelompok hampir miskin, dan kelompok miskin itu sendiri.
"Sebenarnya saya senang dengan data kemiskinan terbaru yang sudah berada di bawah 9%, artinya kemiskinan sudah berkurang. Tetapi jika kita lihat keseluruhan, maka distribusi populasi sangat condong ke tiga kelompok terbawah, yaitu kelompok calon miskin, kelompok hampir miskin, dan kelompok miskin itu sendiri," ujar Bambang.
Bambang pun memberikan masukan bahwa untuk meningkatkan kualitas pendapatan di kelas menengah ke bawah, maka beberapa hal harus diperhatikan dengan baik, seperti daya beli, pendapatan riil, dan investasi.
"Jadi tugas utama kita adalah bagaimana kita dapat meningkatkan kualitas pendapatan di kelas menengah ke bawah, maaf, hampir miskin dan kelas menengah yang bercita-cita tinggi. Kata kuncinya, tentu saja, seperti yang Anda sebutkan dengan tepat di awal, adalah daya beli, kemudian pendapatan riil, dan berikutnya investasi," pungkasnya.
(chd/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Jurus Pemerintah Capai Target Realisasi Investasi di 2025
Next Article Mantan Menkeu Beri Warning Soal Efek Kenaikan PPN 12%