Bogor, CNBC Indonesia - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sebagai salah satu anggota usaha Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID memastikan produksi batu bara perusahaan akan bertumbuh di tahun 2025 mendatang.
Sekretaris Perusahaan PTBA, Niko Chandra mengungkapkan perusahaan akan berupaya meningkatkan produksi batu baranya di tahun 2025 mendatang. Walau tidak disebut angka pastinya, Niko mengatakan hal tersebut salah satunya untuk memenuhi kebutuhan batu bara domestik yang diproyeksikan akan meningkat di tahun depan.
"Tampaknya sih, kita sih belum bisa announce ya (produksi 2025), tapi kita akan ada growth pasti untuk menaikkan peluang untuk produksi," ujarnya dalam acara Media Gathering PTBA, di Aston Bogor, dikutip Sabtu (30/11/2024).
Proyeksi kenaikan kebutuhan batu bara domestik itu sendiri, lanjut Niko, didorong oleh kenaikan konsumsi listrik PT PLN (Persero) hingga adanya rencana program 3 juta rumah.
"Mengenai growth dan sebagainya, memang ya kita selalu merencanakan pasti ada growth yang positif," sambungnya.
Sedangkan, dia juga menilai kebutuhan akan komoditas batu bara di lingkup global akan melonjak. Salah satu hal yang mendorong proyeksi pertumbuhan kebutuhan batu bara itu adalah terpilihnya Donald J. Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).
Seperti diketahui, Trump yang sempat memimpin AS pada 2016-2020 lalu cenderung mendukung sektor energi fosil dan komoditas.
"Di tatanan global sebetulnya dengan kebijakan kalau kita lihat Trump yang terpilih itu, ya sama yang kayak periode sebelumnya gitu, bakal agak relatif berjaya gitu ya industri batu bara," jelasnya.
Di sisi lain, memang, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sempat mengatakan pemerintah saat ini tengah menghitung Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) mineral dan batu bara (minerba) yang diajukan oleh perusahaan untuk produksi di Indonesia.
Foto: PT Bukit Asam Tbk (PTBA) kembali mewujudkan komitmennya dalam upaya hilirisasi dan peningkatan nilai tambah pertambangan batu bara. Salah satunya adalah dengan memproduksi karbon aktif dari bahan baku batu bara.
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) kembali mewujudkan komitmennya dalam upaya hilirisasi dan peningkatan nilai tambah pertambangan batu bara. Salah satunya adalah dengan memproduksi karbon aktif dari bahan baku batu bara.
Hal itu dinilai demi menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan komoditas minerba yang juga bisa berpengaruh pada harga jual.
"Menyangkut RKAB itu kan gini. Kita itu pingin Dirjen Minerba dan timnya itu sedang menghitung agar setiap RKAB dari semua komoditas yang keluar itu harus menjaga keseimbangan. Jangan sampai supply lebih banyak daripada demand," bebernya di sela acara Minerba Expo 2024, di Jakarta, Senin (25/11/2024).
Dia mengatakan, jika terlalu banyak produksi yang tidak diimbangi dengan kebutuhan di pasar, maka bisa dipastikan harga komoditas termasuk batu bara akan jatuh.
"Di situlah yang disebut oleh para senior-senior saya bahwa mengelola sumber daya alam ini harus dengan bijak. Dan kalau kita mampu mengelolanya dengan baik, maka di satu sisi harganya bisa kita atur," tambahnya.
Selain itu, upaya pemerintah untuk menjaga keseimbangan pasar tersebut juga ditujukan agar Indonesia bisa menjaga ketersediaan cadangan komoditas minerba dalam negeri. Salah satunya, dengan tidak melakukan produksi secara berlebihan.
"Ya juga untuk menjaga masa waktu perpanjangan daripada cadangan kita. Kalau kita joran-joran, nanti habis nanti cadangan kita," tandasnya.
Sejatinya, Direktur Utama PTBA Arsal Ismail sempat mengungkapkan bahwa RKAB PTBA sudah disetujui oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk 3 tahun, yakni 2024, 2025, hingga 2026 mendatang.
Adapun target produksi batu bara perusahaan pada 2026 ditargetkan bisa meningkat hingga 60-an juta ton dari saat ini 41 juta ton per tahun.
"Sudah (disetujui) RKAB, selama 3 tahun ya 2024, 2025, dan 2026," ungkap Arsal saat ditemui usai acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PTBA di Jakarta, Rabu (8/5/2024).
Detailnya, Arsal menyebutkan, untuk tahun 2024 ini produksi batu bara perusahaan yang disetujui sebesar 41 juta ton. Sedangkan pada tahun 2025 sebesar 50 juta ton. Kemudian, pada 2026 produksi batu bara disetujui sekitar 60 juta ton.
"Kalau yang 2024 kan sudah saya sampaikan 41-an juta (ton). Kalau yang 2025 sesuai dengan RKAB sekitar 50 juta (ton), dan 2026 kita naik lagi hampir 60-an (juta ton). Itu yang dari sisi RKAB," bebernya.
(wur)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Strategi Perusahaan Batu Bara Pertahankan Tata Kelola yang Baik
Next Article Batu Bara RI Disulap Jadi Komponen Baterai EV, Begini Prosesnya