Kabar Manusia Flores Masih Berkeliaran Picu Perdebatan Ahli Dunia

4 days ago 14

Jakarta, CNBC Indonesia - Manusia Flores disebut oleh seorang antropolog asal Australia masih ada di tengah masyarakat modern.

Jejak 'Homo floresiensis' di Flores telah lama menjadi pemicu diskusi di dunia ilmuwan. Spesies manusia ini disebut pula 'Hobbit' karena ciri-ciri fisiknya mirip spesies fiksi karangan Tolkien di The Lord of the Rings.

Homo floresiensis adalah salah satu spesies yang diduga memiliki keterkaitan dengan manusia yang dikenal dengan sebutan 'Homo sapiens'. Ahli evolusi biologi percaya Homo sapiens berasal dari satu leluhur dengan spesies primata seperti orangutan, simpanse, dan kera.

Spesies nenek moyang Homo sapiens sendiri juga terbagi berdasarkan wilayah tempat tinggalnya. Misalnya 'Neanderthals' dan 'Homo antecessor' di Eropa, Denisovans di Asia, Homo naledi di Afrika Selatan, dan Homo erectus yang tersebar di beberapa wilayah lain.

Homo Floresiensis dipercaya bertubuh pendek, dengan tinggi badan cuma 106 cm. Mereka memiliki otak berukuran kecil, tak punya dagu, dan telapak kakinya rata.

Seperti nenek moyang kita lainnya, keluarga Homo floresiensis dipercaya telah punah sejak puluhan ribu tahun yang lalu. Namun, penemuan pada 2004 lalu mencuatkan pertanyaan baru.

Kala itu, kelompok arkeolog menemukan serpihan atau fosil yang dipercaya sebagai Homo floresiensis di Liang Bua, yakni gua besar di Kepulauan Flores. Setelah diamati, usia fosil itu dipercaya berasal dari 12.000 tahun lalu.

Sebagai catatan, 12.000 tahun lalu peradaban manusia sudah lumayan modern. Manusia sudah bisa berkebun, beternak, memelihara binatang, bahkan punya kepercayaan kompleks seperti agama.

Seharusnya, ketika peradaban manusia sudah semasif itu, Homo floresiensis sudah punah alias berevolusi menjadi bentuk manusia modern.

Penemuan tahun 2004 itu kemudian mengundang komentar seorang antropolog bernama Gregory Forth pada 2022 lalu. Menurut dia, setidaknya ada 30 warga lokal suku Lio yang bersaksi bahwa mereka melihat makhluk kerdil mirip manusia.

Warga setempat menyebut makhluk misterius itu sebagai 'setengah manusia, setengah kera'. Forth pun meyakini bahwa makhluk tersebut adalah Homo floresiensis yang masih tersisa.

Bantahan antropolog

Keyakinan Forth lalu dibantah oleh Matthew Tocheri, yakni peneliti di Smithsonian Institution. Ia fokus mempelajari soal sejarah evolusi manusia.

Menurut Tocheri, ia akan jadi salah satu orang yang paling antusias jika manusia Flores purba nyatanya belum punah. Namun, ia meragukan hipotesis tersebut.

"Saya tak akan menghabiskan waktu untuk mencari tahu keberadaan mereka. Sudah pasti mereka telah punah," ujarnya, dikutip dari Iflscience, Rabu (26/5/2023).

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa suatu spesies dapat bertahan di tengah populasi jika jumlah individunya mencapai angka tertentu. Sangat kecil kemungkinan Homo floresiensis saat ini ada banyak.

Namun, jika penampakannya cuma terlihat oleh 30 warga lokal Lio, jumlah itu terlalu kecil untuk bertahan di tengah populasi modern.

Corey Bradshaw, seorang ilmmuwan dari Flinders University mengamini pendapat Tocheri.

"Untuk hitung-hitungan dasarnya, 50 individu efektif dibutuhkan untuk menghindari kepunahan sebuah spesies. Ini setara dengan populasi 250 sampai 500 orang," ia menjelaskan.

Artinya, untuk populasi 2.500 hingga 5.000 orang, setidaknya diperlukan 500 individu efektif dari spesies tertentu agar bisa terus bertahan hidup.


(dem/dem)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Naikkan Mutu & Kualitas Tenaga Kerja Dengan Teknologi & AI

Next Article Tanda Kiamat Makin Jelas, Dunia Lain Muncul di Mana-Mana

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|