Kiamat Driver Online Segera Tiba, Tandanya Makin Kencang di AS

4 days ago 11

Jakarta, CNBC Indonesia - Perkembangan mobil otomatis (autonomous vehicle/AV) makin pesat dan memunculkan kekhawatiran hilangnya pekerjaan sopir (driver). Pasalnya, mobil otomatis tidak membutuhkan pengemudi untuk menjalankan kendaraan.

Mobil otomatis kemudian mengubah lanskap industri ride-hailing alias transportasi online. Mulai banyak perusahaan yang memperkenalkan taksi otomatis atau diistilahkan robotaxi.

Amerika Serikat (AS) dan China adalah dua negara yang paling ambisius menggarap teknologi robotaxi. Dalam laporan Reuters pada 2024, sudah ada 19 kota di China yang mengimplementasikan pengujian robotaxi dan robobus.

Industri robotaxi dan mobil otomatis secara umum memunculkan nama-nama baru di dunia otomotif modern. Beberapa yang terkenal adalah Cruise, Didi Chixing, Baidu Apollo, WeRide, AutoX, SAIC Motor, Pony.ai, Zoox, Tesla, hingga Waymo.

Di AS, Waymo yang merupakan anak usaha Alphabet adalah satu-satunya perusahaan yang sudah memegang izin uji coba robotaxi.

Pada 2024, Waymo mengatakan robotaxi-nya sudah melayani 200.000 perjalanan berbayar per minggu di area San Francisco, Los Angeles, dan Phoenix.

Di tahun ini, Waymo kian gencar melakukan ekspansi robotaxi di berbagai daerah. Austin di Texas, serta Sunnyvale di California, Miami di Florida, menjadi beberapa wilayah yang baru-baru ini dikatakan akan digarap Waymo.

Selain itu, robotaxi Waymo juga akan melebarkan cakupannya di San Francisco, meliputi Mountain View di Los Altos, Palo Alto.

Waymo Masuk ke Markas Trump

Terbaru, The Verge melaporkan Waymo juga baru mengumumkan ekspansi robotaxi di Washington, DC. Layanan Waymo One dikatakan akan beroperasi di pusat pemerintahan tersebut mulai 2026 mendatang.

Washington, DC dikenal sebagai wilayah yang memiliki regulasi super ketat untuk AV. Aturan di Washington, DC melarang mobil otomatis untuk mengaspal di jalanan tanpa didampingi pengemudi yang berjaga-jaga jika terjadi kesalahan.

Para pendukung teknologi AV telah mendesak dewan kota untuk melonggarkan pembatasan agar kendaraan yang sepenuhnya otonom dapat beroperasi di jalan umum. Seorang juru bicara departemen transportasi DC tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Kendaraan yang dikemudikan secara manual oleh Waymo sejatinya telah terlihat di sekitar Washington, DC sejak tahun lalu. Seorang manajer produk Waymo mengatakan kepada media berita lokal bahwa perusahaan itu terutama berfokus pada lingkungan seperti Dupont Circle, Foggy Bottom, dan Penn Quarter.

Waymo belum mengomentari ukuran area layanannya atau lingkungan mana yang menjadi targetnya jika diluncurkan tahun depan.

Meluncurkan layanan robotaxi di pusat pemerintahan federal merupakan langkah yang berisiko. Pemerintah federal sebagian besar tidak banyak berperan dalam mengatur AV, dan menyerahkannya kepada negara bagian untuk mengembangkan buku aturan mereka sendiri demi penerapan yang aman.

Undang-undang yang mendukung jumlah AV di jalan umum telah terhenti di Kongres selama lebih dari 7 tahun, dengan para anggota parlemen berselisih pendapat mengenai berbagai masalah. Antara lain terkait keselamatan, tanggung jawab, dan jumlah pengecualian yang tepat dari standar keselamatan kendaraan bermotor federal.

Selain itu, Washintong, DC adalah kota tersendiri dengan tantangan transportasi yang unik. Kota ini memiliki kemacetan lalu lintas terburuk di AS karena populasi yang terus bertambah dan infrastruktur yang stagnan. Waymo belum mengatakan berapa banyak kendaraan yang akan dibawa ke Washington, DC.

Sebelumnya, Washintong, DC telah melakukan beberapa pengujian AV. Cruise, anak perusahaan General Motors yang kini sudah tidak beroperasi, menguji beberapa kendaraannya di sana. Perusahaan lain yang sudah tidak beroperasi, Argo AI yang didukung Ford, sebelumnya juga telah menguji AV di distrik tersebut.

Waymo selama ini mencitrakan teknologinya sebagai pilihan yang lebih aman daripada kendaraan yang dikemudikan manusia. Perusahaan tersebut telah merilis data asuransi yang menunjukkan bahwa kendaraannya menyebabkan lebih sedikit kerusakan properti dan lebih sedikit cedera fisik saat terjadi kecelakaan daripada pengemudi manusia.

Banyak Sopir Terancam Nganggur

Belum jelas seperti apa dampak pengembangan robotaxi dan AV di AS akan berdampak pada hilangnya pekerjaan sopir.

Sementara itu, di China, kekhawatiran di kalangan para sopir sudah membludak. China memiliki 7 juta sopir online yang terdaftar pada 2024. Angka itu jauh lebih besar ketimbang 4,4 juta orang pada 2 tahun lalu.

Data menunjukkan banyak orang beralih menjadi sopir online di tengah sulitnya bursa kerja karena kelesuan ekonomi. Efek samping robotaxi akan menimbulkan kekhawatiran baru bagi para pekerja tersebut.

Pada Juli 2024, diskusi soal hilangnya pekerjaan karena robotaxi menjadi trending di media sosial. Banyak orang bertanya-tanya "apakah mobil tanpa awak akan mencuri mata pencarian para sopir taksi?".

Liu Yi (36 tahun) adalah salah satu dari 7 juta sopir online di China yang khawatir akan kehilangan pekerjaan. Pria yang berdomisili di Wuhan tersebut mulai bekerja paruh waktu sebagai sopir online pada tahun ini.

Liu dan banyak sopir online lainnya khawatir soal masuknya sistem Full Self-Driving (FSD) milik Tesla ke China, yang akan mempercepat 'kiamat' driver online di negara tersebut.

Sopir lainnya bernama Wang Guoqiang (63 tahun) melihat ancaman besar di depan mata dari inovasi teknologi.

"Ride-hailing adalah pekerjaan untuk kelas bawah," kata dia.

"Jika Anda membunuh industri ini. Apa yang tersisa bagi kami?" ia bertanya.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Naikkan Mutu & Kualitas Tenaga Kerja Dengan Teknologi & AI

Next Article Kiamat Driver Online di Depan Mata, Tandanya Makin Jelas

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|