Komunitas Bumi Datar Terbang ke Antartika, Temukan Bukti Sendiri

3 days ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Sekelompok orang menempuh perjalanan jauh ke Antartika untuk membuktikan kepercayaan mereka bahwa Bumi berbentuk datar, bukan berbentuk bola. Namun, mereka harus gigit jari karena justru menemukan bukti bahwa keyakinan mereka salah.

IFL Science melaporkan bahwa perjalanan ke Antartika tersebut adalah bagian dari proyek bernama Final Experiment, yang dipimpin oleh Will Duffy, seorang pastor dari Colorado.

Empat orang dari kelompok yang mewakili "Bumi datar" dan empat orang dari kelompok "Bumi bulat" diterbangkan ke Antartika untuk memyaksikan Matahar yang bersinar pada tengah malam di kutub selatan Bumi. Duffy ingin agar perjalanan tersebut menjadi "akhir dari debat soal bentuk Bumi."

Biaya yang dihabiskan untuk tiap orang dalam perjalanan ke Antartika mencapai US$ 31.495 (Rp 507 juta).

Matahari di tengah malam di Antartika adalah salah satu bukti bahwa bentuk Bumi bulat karena hanya mungkin terjadi di permukaan yang melengkung dan berotasi. Saat musim panas, Bumi condong ke arah Matahari sehingga kutub selatan akan terus-terusan menghadap Matahari. Fenomena ini tak mungkin terjadi di permukaan datar.

Kelompok Bumi Datar sering mengklaim bahwa Traktat Antartika 1959, yang melarang warga sipil berkunjung ke kutub selatan, adalah sebuah konspirasi untuk menyembunyikan bentuk Bumi sebenarnya.

"Saya menciptakan The Final Experiment untuk mengakhiri debat ini, untuk selamanya. Setelah kita datang ke Antartika, orang tak perlu lagi menghabiskan waktu mereka berdebat soal bentuk Bumi," kata Duffy.

Jeran Campanella, seorang kreator konten yang percaya bahwa Bumi datar, mengaku kepercayaannya goyah setelah melihat sendiri matahari bersinar di tengah malam di Antartika.

"Kadang Anda salah dalam kehidupan. Saya tadinya percaya tidak ada matahari 24 jam. Bahkan, saya sangat yakin. Sekarang saya lihat sendiri, itu ada," kata Campanella.

Namun, Austin Whitsitt, orang yang percaya dengan teori Bumi datar yang ikut serta ke Antartika, tetap memegang teguh kepercayaannya.

"Saya tahu banyak orang bertanya, bagaimana ini [matahari 24 jam] terjadi menurut saya. Saya pernah melihat demonstrasi fisik bagaimana ini semua terjadi, saya pikir data yang akan kita kumpulkan lewat perjalanan ini akan membantu mengklarifikasi apa yang sebetulnya terjadi," kata Whitsitt.

[Gambas:Youtube]


(dem/dem)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Kunci Manfaatkan Big Data Bagi Kemajuan Bisnis & Ekonomi RI

Next Article Gunung Berapi Ini Semburkan Emas Senilai Rp 94 Juta Sehari

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|