Jakarta, CNBC Indonesia - "Perang" baru bisa saja dimulai antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE). Hal ini ditegaskan Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner seraya memperingatkan Paman Sam.
Peringatan ini bukan merujuk ke konflik senjata antara kedua belah pihak. Melainkan perang dagang jika Donald Trump memenangkan pemilihan presiden (pilpres) AS, November mendatang.
"Kontroversi perdagangan tidak pernah menghasilkan pemenang, yang ada hanyalah pecundang," kata Linder di sela-sela pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington, D.C, akhir pekan sebagaimana dikutip dari CNBC International, Senin (28/10/2024).
"Dalam hal ini kita memerlukan upaya diplomatik untuk meyakinkan siapa pun yang memasuki Gedung Putih bahwa hal itu bukan demi kepentingan terbaik AS, apalagi memiliki konflik perdagangan dengan Uni Eropa," tambahnya.
"Kami pasti mempertimbangkan pembalasan," tegasnya.
Perlu diketahui Trump sendiri kini kembali maju dalam pilpres AS melalui Partai Republik AS. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Presiden ke-45 AS, yang memimpin sejak 2017 hingga 2021.
Di era Trump, AS terlibat 'perang dagang' dengan China, di mana ia menaikkan sejumlah tarif ke barang-barang Negeri Xi Jinping. Perang dagang AS-Eropa juga meletus di mana Washington sempat mengusulkan mengenakan bea masuk ke beberapa produk kawasan itu, mulai dari jet komersial besar hingga produk susu dan anggur.
Kala itu AS menganggap UE memberi subsidi pesawat terkait pembuatan Airbus, yang membahayakan pabrik pesawat AS, Boeing. Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menilai kedua belah pihak telah mengeluarkan subsidi senilai miliaran dolar untuk mendapatkan keuntungan.
Dalam update kampanye terbarunya, Trump telah melontarkan gagasan bahwa jika dia terpilih, tarif sebesar 10% hingga 20% dapat dikenakan pada hampir semua impor, tidak peduli dari mana asalnya. Dalam laporan Reuters, mengutip lembaga ekonoi Jerman IW, jika tarif sebesar 20% diterapkan oleh AS, produk domestik bruto (PDB) UE dan Jerman akan turun di tahun-tahun mendatang.
"Masalah perdagangan AS terletak pada China dan bukan pada UE," kata Lindner
"UE tidak boleh menjadi efek samping negatif dari kontroversi antara AS dan Cina," tambahnya.
Perlu diketahui, perdagangan adalah salah satu pilar utama perekonomian Jerman. Meningkatnya ketegangan, ketidakpastian, dan tarif akan memberikan dampak yang lebih besar terhadap negara tersebut dibandingkan negara lain.
Awal bulan ini, kantor statistik Jerman, Destatis, mengatakan bahwa posisi AS sebagai mitra dagang bagi Jerman semakin meningkat. Badan tersebut mengatakan bahwa sejak tahun 2021, AS menjadi mitra dagang terbesar kedua setelah China meski pada paruh pertama tahun 2024, perdagangan luar negeri dengan AS lebih tinggi dibandingkan dengan China.
"Pada tahun 2023, sekitar 9,9% ekspor Jerman ditujukan ke AS," menurut Destatis.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Militer AS & Korea Selatan Kompak Latihan Gabungan
Next Article Dunia Makin Sikut-sikutan, Sri Mulyani Akui Posisi RI Sulit!