Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia terpantau bergerak stabil saat OPEC+ dikabarkan berencana memangkas produksi dan tensi konflik di Timur Tengah yang kembali panas.
Berdasarkan data Refinitiv pada perdagangan Selasa (3/12/2024) pukul 8.51 WIB harga minyak mentah acuan Brent tercatat US$71,86 per barel, menguat 0,04% dari posisi sebelumnya. Sementara acuan West Texas Intermediate (WTI) turun tipis 0,03% ke US$68,08 per barel.
OPEC+ kemungkinan akan memperpanjang pemotongan produksi minyak hingga akhir kuartal pertama tahun 2024, menurut empat sumber dari kelompok tersebut kepada Reuters. Langkah ini bertujuan untuk memberikan dukungan tambahan pada pasar minyak seperti dilansir Reuters Senin (2/12/2024).
"Kemungkinan besar pengurangan ini akan diperpanjang hingga kuartal pertama," ujar salah satu sumber yang menolak disebutkan namanya.
Meskipun ada pemotongan pasokan oleh grup, patokan minyak global minyak mentah Brent ebagian besar bertahan dalam kisaran $70 hingga $80 per barel tahun ini dan pada hari Senin diperdagangkan sekitar $72 per barel, setelah mencapai titik terendah tahun 2024 di bawah $69 pada bulan September..
Kelompok OPEC+ saat ini menahan tingkat produksi 5,86 juta barel per hari, atau sekitar 5,7% dari permintaan global, melalui serangkaian langkah yang disepakati sejak 2022 untuk mendukung pasar.
Sebelumnya, kenaikan produksi sebesar 180.000 barel per hari dijadwalkan mulai Januari, setelah sempat ditunda dari Oktober karena penurunan harga. Namun, kenaikan tersebut kemungkinan akan tetap tertunda mengingat situasi pasar saat ini.
Di sisi lain, perang Arab semakin memanas. Jet Rusia menyerang kota Idlib, Suriah, Minggu waktu setempat. Ini merupakan hari kedua, negara Presiden Vladimir Putin, terlibat serangan intensif di negeri Presiden Bashar al-Assad.
Dilaporkan CNBC International, kota di Suriah utara tersebut telah dikuasai pemberontak. Para pemberontak adalah koalisi kelompok bersenjata sekuler arus utama yang didukung Turki bersama dengan Hyat Tahrir al Sham, kelompok Islamis yang merupakan kekuatan militer oposisi yang paling tangguh.
Serangan itu juga diikuti tentara Suriah. Mereka mengatakan tentara menargetkan tempat persembunyian kelompok pemberontak dan membantah menyerang warga sipil.
Perang telah menewaskan ratusan ribu orang dan membuat jutaan orang mengungsi. Perang telah berlangsung sejak 2011 tanpa akhir yang resmi.
Namun, sebagian besar pertempuran besar terhenti beberapa tahun belakangan. Ini setelah Iran dan Rusia membantu pemerintah Assad menguasai sebagian besar wilayah dan semua kota besar.
CNBC Indonesia Research
(ras/ras)
Saksikan video di bawah ini:
Video: IHSG Gagal Reli Hingga Harga Emas & Minyak Anjlok
Next Article Stok Minyak AS Menipis, Harga Minyak Mentah Menguat