FOTO Internasional
Reuters, CNBC Indonesia
02 December 2024 09:07

Wilayah utara Suriah kembali memanas setelah serangan mendadak oleh pemberontak yang dipimpin oleh kelompok Islam Hayat Tahrir al-Sham (HTS), berhasil merebut kota strategis Aleppo. Serangan ini mengguncang rezim Bashar al-Assad yang telah lama bergantung pada dukungan Rusia dan Iran untuk mempertahankan kekuasaannya. (REUTERS/Mahmoud Hasano)

Dalam upaya mempertahankan kendali, pasukan Suriah yang didukung Rusia melancarkan serangan udara ke sejumlah wilayah yang dikuasai oposisi. Serangan di dekat stadion Aleppo dan sebuah rumah sakit menewaskan 12 orang, sementara di Idlib, serangan menewaskan empat orang dan melukai 54 lainnya. (The White Helmets/Handout via REUTERS)

Pemerintah Suriah mengklaim serangan menargetkan pusat komando musuh, namun White Helmets melaporkan dampak besar pada warga sipil. Menlu Iran Abbas Araghchi tiba di Damaskus untuk menyatakan dukungan penuh Teheran dan memastikan pemberontakan akan diatasi dengan bantuan sekutu. (The White Helmets/Handout via REUTERS)

"Menghadapi pemberontakan ini tidak hanya penting bagi Suriah, tetapi juga untuk stabilitas kawasan," kata Assad dalam pernyataannya, dilansir The Guardian, Senin (2/12/2024). (REUTERS/Mahmoud Hassano)

Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, menyuarakan keprihatinan dan menyerukan resolusi politik. Sementara itu, pejabat Turki dan AS terus memantau situasi, dengan Washington menegaskan bahwa mereka tidak terlibat dalam serangan ini, meskipun menuding ketergantungan Assad pada Iran dan Rusia sebagai penyebab ketidakstabilan. (The White Helmets/Handout via REUTERS)

Kehilangan Aleppo menyoroti tantangan besar yang dihadapi pasukan Assad, yang tampaknya kesulitan merespons serangan sementara sekutunya, Rusia, yang terfokus pada perang di Ukraina. Adapun pemberontak yang didukung Turki dan kelompok milisi Kurdi telah bergerak untuk menguasai wilayah yang ditinggalkan pasukan Assad. (The White Helmets/Handout via REUTERS)

Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Geir Pedersen, memperingatkan bahwa konflik ini tidak dapat diselesaikan secara militer. Situasi ini mencerminkan bagaimana konflik Suriah tetap menjadi titik panas geopolitik, dengan berbagai aktor regional dan internasional terlibat dalam upaya untuk mempertahankan atau merombak keseimbangan kekuatan. (The White Helmets/Handout via REUTERS)