Jakarta, CNBC Indonesia - Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan milisi Syiah Lebanon, Hizbullah, memiliki dampak bagi rencana serupa di Gaza, Palestina dengan kelompok bersenjata Hamas.
Dilansir The Guardian, masalah perdamaian di Gaza sangat dipengaruhi posisi politik dalam negeri Israel. Ia menyebut kelompok sayap kanan yang sebelumnya telah mendorong penggagalan gencatan senjata di Lebanon akan lebih militan dalam memperjuangkan agar peperangan di Gaza terus berjalan.
"(Perdana Menteri) Benjamin Netanyahu sebelumnya telah menghalangi kemajuan menuju kesepakatan sandera-untuk-perdamaian dengan desakannya agar pasukan Israel mempertahankan kendali atas Koridor Philadelphia, zona penyangga di dalam perbatasan Gaza-Mesir," tulis media tersebut.
Israel sendiri sejauh ini masih berupaya untuk hanya memerangi Hamas di Gaza. Negeri Yahudi itu saat ini belum secara resmi menyatakan niat untuk mengambil alih wilayah pesisir Palestina itu.
Namun sejumlah politisi sayap kanan telah meminta Netanyahu untuk mengambil alih Gaza. Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, mengatakan awal minggu ini bahwa Israel harus menduduki Jalur Gaza dan mengurangi separuh populasi Palestina melalui 'dorongan emigrasi sukarela'.
"Kita bisa dan harus menaklukkan Jalur Gaza. Kita tidak perlu takut dengan kata itu," kata Smotrich.
Hal serupa juga telah disuarakan Menteri Keamanan Israel Itamar Ben-Gvir. Ia diketahui merupakan salah satu tokoh yang cukup vokal dan lantang atas pengambilan sejumlah wilayah Palestina untuk menjadi kedaulatan Israel.
"Ben-Gvir mengkritik gencatan senjata Lebanon, tetapi sayap kanan tidak siap untuk menjatuhkan koalisi Netanyahu karena hal itu. Meski begitu, sayap kanan secara kredibel mengancam akan menggulingkan Netanyahu jika ada kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas," tulis The Guardian.
Ancaman Netanyahu
Di luar perang Gaza, Netanyahu sendiri memiliki situasi yang rapuh. Netanyahu menghadapi tuduhan penyuapan, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan dalam tiga kasus terpisah.
Ia pun harus tetap menjabat agar memiliki peluang terbaik untuk terhindar dari penjara. Keadaan perang yang terus berlanjut adalah argumen terbaiknya untuk menentang pemilihan umum lebih awal sebelum masa jabatan Knesset ini berakhir pada Oktober 2026.
"Tanpa perang di Lebanon, ia semakin bergantung pada perang yang terus berlanjut di Gaza. Pada saat yang sama, gencatan senjata di utara membebaskan tentara dan amunisi untuk digunakan di jalur pantai yang sudah hancur," tulis The Guardian dalam analisisnya.
Selain itu, Netanyahu juga perlu untuk terus melanjutkan perang di Gaza karena Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Donald Trump, telah menjelaskan kepada PM Israel itu bahwa ia ingin pertempuran berakhir sebelum ia kembali ke Ruang Oval pada tanggal 20 Januari.
"Ini adalah dilema yang akan coba dihindari Netanyahu dalam beberapa minggu mendatang. Salah satu jalan keluar baginya adalah meningkatkan serangan tanpa ampun terhadap Gaza untuk menenangkan kaum ekstrim kanan."
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Israel & Lebanon Sepakat Gencatan Senjata 60 Hari
Next Article Israel Menggila Lagi, Bombardir Lebanon-Bunuh Komandan Hamas