Perdana Menteri Prancis Mundur, Digulingkan Lewat Mosi Tidak Percaya

1 month ago 13

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Prancis Michel Barnier, yang sebelumnya dikenal sebagai negosiator utama Uni Eropa dalam pembicaraan Brexit, harus menghadapi kenyataan pahit ketika pemerintahannya dijatuhkan dalam mosi tidak percaya yang bersejarah pada Rabu (4/12/2024) malam.

Setelah hanya menjabat selama tiga bulan, Barnier kini tercatat sebagai Perdana Menteri Prancis dengan masa jabatan tersingkat sejak berdirinya Republik Kelima pada tahun 1958. Dirinya akan mengajukan pengunduran diri pada Kamis (5/12/2024).

Barnier, yang dilantik oleh Presiden Emmanuel Macron pada September untuk memimpin pemerintahan minoritas setelah pemilu parlemen yang tidak menghasilkan mayoritas, menunjukkan ketenangannya di tengah situasi yang sulit.

"Saya tidak takut," ujar Barnier, beberapa saat sebelum parlemen memutuskan nasib pemerintahannya. "Saya jarang merasa takut dalam hidup politik saya," tegasnya, dilansir AFP.

Ketenangan ini juga terlihat dalam peran sebelumnya sebagai negosiator Brexit untuk Uni Eropa, di mana ia dikenal sebagai figur yang tegas, sopan, dan sangat dihormati oleh timnya.

Perjalanan Karier

Barnier memulai karier politiknya pada usia 27 tahun sebagai anggota parlemen dari wilayah Haute Savoie, kawasan pegunungan Alpen yang sering ia sebut sebagai asal usul pendekatan metodisnya dalam bekerja. Ia kemudian menduduki berbagai posisi penting, termasuk sebagai Menteri Luar Negeri dan Komisaris Uni Eropa, sebelum kembali ke panggung politik nasional.

Ketika diangkat menjadi Perdana Menteri, Barnier yang kini berusia 73 tahun menjadi yang tertua dalam sejarah modern Prancis, menggantikan Gabriel Attal yang berusia 35 tahun. Namun, meskipun memiliki pengalaman panjang, Barnier mengakui bahwa ia tidak tertarik mempertahankan jabatan tersebut dengan segala cara.

"Menjadi Perdana Menteri adalah suatu kehormatan," katanya dalam wawancara televisi sehari sebelum mosi tidak percaya. "Tetapi semua kemewahan kekuasaan? Saya tidak peduli dengan itu."

Keputusan Bersejarah

Dalam mosi tidak percaya, partai-partai oposisi dari sayap kanan dan kiri berhasil menggulingkan pemerintahan Barnier. Ini menandai akhir yang dramatis dari jabatan perdana menteri yang singkat namun penuh tantangan.

Seorang menteri dalam kabinetnya menyebut Barnier sebagai "inkarnasi stabilitas", tetapi kritik juga muncul, dengan seorang anggota parlemen menggambarkannya sebagai "kekecewaan besar" dan "terlalu kuno".

Barnier juga dikenang karena bukunya, My Secret Brexit Diary: A Glorious Illusion, yang menyoroti pandangannya terhadap keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Dalam buku tersebut, ia menulis, "Mereka (Inggris) tidak menyadari konsekuensi sebenarnya dari apa yang dipertaruhkan."

Setelah gagal mendapatkan nominasi dari partai sayap kanan The Republicans untuk menantang Macron dalam pemilu presiden 2022, Barnier sebagian besar menghilang dari panggung politik Prancis.

Dalam pidatonya setelah mosi tidak percaya, Barnier menekankan bahwa ia ingin dikenang sebagai "seorang pria yang jujur, patriot, dan seorang Eropa sejati yang melayani negaranya dengan martabat".


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Dilarang Ikut Pameran Militer, Israel Gugat Presiden Macron

Next Article Prabowo Kunjungi Prancis, Temui Presiden Macron-Bahas Hal Ini

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|