FOTO Internasional
Reuters, CNBC Indonesia
27 March 2025 15:00

Warga Palestina berunjuk rasa menuntut diakhirinya perang, meneriakkan "Hamas keluar,", di Beit Lahiya, Jalur Gaza utara, Selasa (25/3/2025). Protes publik ini jarang terjadi di wilayah yang dikuasai Hamas, kelompok yang memicu perang terbaru dengan serangannya ke Israel pada 7 Oktober 2023. (REUTERS/Stringer)

Beberapa anak-anak turut ambil bagian dalam aksi protes tersebut. Mereka terlihat membawa berbagai poster berisi tuntutan sambil mengibarkan bendera putih sebagai simbol perdamaian. Gaza utara adalah salah satu wilayah yang paling hancur akibat konflik. Banyak bangunan berubah menjadi puing, dan penduduk terpaksa mengungsi berkali-kali. (REUTERS/Stringer)

Para demonstran terlihat berbaris di jalanan berdebu di Beit Lahiya, meneriakkan tuntutan mereka. Unggahan lain menunjukkan spanduk bertuliskan "Cukup perang," dengan massa meneriakkan "Kami tidak menginginkan perang." (Tangkapan Layar Video Reuters/)

Pejabat senior Hamas, Basem Naim, mengatakan masyarakat berhak memprotes penderitaan akibat perang tetapi mengecam adanya "agenda politik mencurigakan." Pernyataan ini muncul setelah saingan politik Hamas, gerakan Fatah, mendesak kelompok itu untuk mendengarkan tuntutan rakyat Gaza. (REUTERS/Stringer)

Sejak serangan Hamas ke Israel yang menewaskan 1.200 orang dan menculik 251 sandera, lebih dari 50.000 warga Palestina tewas dalam serangan Israel. Gaza hancur, memaksa ratusan ribu orang mengungsi. Setelah gencatan senjata berakhir pada 18 Maret, Israel kembali menyerang, menewaskan hampir 700 warga Gaza. Upaya diplomasi belum menghasilkan terobosan terkait masa depan Gaza. (REUTERS/Stringer)