Jakarta, CNBC Indonesia - Dua negara raksasa Eropa, Prancis dan Jerman, memberikan peringatan terbaru kepada presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Hal ini dibeberkan sejumlah pejabat tertinggi negara itu, Rabu (8/1/2025).
Dalam pernyataan yang disiarkan di televisi, Kanselir Jerman Olaf Scholz, mengatakan bahwa Trump telah memicu 'kesalahpahaman' di antara para pemimpin Eropa. Ini dipicu pernyataan calon Partai Republik itu yang menyebut siap meluncurkan perang ekonomi dan militer terhadap Denmark untuk mengambil alih Greenland.
"Prinsip tentang tidak dapat diganggu gugatnya perbatasan berlaku untuk setiap negara, terlepas dari apakah negara itu berada di sebelah Timur atau Barat kita dan setiap negara harus menghormatinya, terlepas dari apakah negara itu kecil atau negara yang sangat kuat," kata Scholz, dikutip The Guardian.
Hal serupa juga disampaikan Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noël Barrot. Barrot mengatakan bahwa Eropa akan membela hukum internasional.
"Tidak ada pertanyaan tentang Uni Eropa yang membiarkan negara lain di dunia, siapa pun mereka, menyerang perbatasan kedaulatannya," ucapnya.
Barrot menambahkan di radio France Inter, bahwa, meskipun ia tidak percaya AS 'akan menginvasi' Greenland, 'kita telah memasuki era yang menyaksikan kembalinya hukum yang terkuat'.
Greenland merupakan koloni Denmark hingga tahun 1953. Namun pulau terbesar di dunia itu sekarang menjadi wilayah pemerintahan sendiri, dan pada tahun 2009 memperoleh hak untuk mengklaim kemerdekaan melalui pemungutan suara..
Sejauh ini, Kopenhagen telah membuka dirinya untuk berdialog dengan Trump tentang kerja sama untuk mengatasi masalah keamanan yang sah terkait Greenland, sembari menolak segala bentuk ancaman kekerasan atau paksaan.
Menteri Luar Negeri Denmark, Lars Løkke Rasmussen, mengatakan bahwa adalah kepentingan semua pihak untuk meredakan ketegangan dalam diskusi. Namun ia menegaskan bahwa sejauh ini tidak mungkin pulau di Utara bumi itu jatuh ke tangan Washington.
"Saya punya pengalaman sendiri dengan Donald Trump dan saya juga tahu bahwa Anda tidak boleh mengatakan semua yang Anda pikirkan dengan lantang," ungkapnya.
"Kami sepenuhnya menyadari bahwa Greenland punya ambisinya sendiri. Jika ambisi itu terwujud, Greenland akan merdeka, meskipun tidak berambisi menjadi negara federal di AS."
Denmark sendiri sejauh ini terjebak dalam situasi sulit. Selain tekanan dari Trump, negara itu mendapatkan tuntutan yang semakin besar dari kelas politik Greenland untuk kemerdekaan penuh.
Perdana Menteri Greenland, Múte B. Egede, mengadakan pembicaraan dengan raja Denmark di Kopenhagen pada hari Rabu. Dalam pernyataan tahun barunya, Egede mengatakan bahwa Greenland sekarang siap untuk mengambil langkah besar berikutnya dalam upaya untuk melepaskan diri dari 'belenggu kolonialisme'.
Di sisi lain, Putra presiden Trump, Donald Trump Jr, terbang sebentar ke Greenland pada hari Selasa. Ia masih terus merayu agar pulau raksasa yang kaya mineral itu dijual kepada Washington.
"Mereka adalah orang-orang yang merasa telah dieksploitasi. Mereka tidak diperlakukan secara adil oleh Denmark. Mereka dicegah mengeksploitasi sumber daya alam mereka, baik itu batu bara, uranium, tanah jarang, emas, atau berlian. Greenland benar-benar tempat yang hebat," tuturnya.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Geger! Donald Trump Umumkan AS Bakal Caplok Kanada
Next Article Inflasi Eropa Sentuh Level Terendah 3 Tahun, ECB Pangkas Suku Bunga?