Siap-Siap! Trump Jadi Ancaman Nyata Perdagangan RI, Sudah Terbukti

2 weeks ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia - Kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) 2024 diprediksi membawa dampak signifikan terhadap perdagangan global, termasuk ekspor Indonesia.

Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BK Perdag) Kementerian Perdagangan, Fajarini Puntodewi menjelaskan, kebijakan luar negeri America First yang diusung Trump akan kembali menjadi prioritas dalam pemerintahannya.

"Kemenangan Trump tentu akan memunculkan 'America First' jilid dua. Kebijakan beliau itu adalah untuk perlindungan terhadap perekonomian dalam negeri (AS)," kata Punto dalam Gambir Trade Talk ke-17 di Jakarta, Selasa (19/11/2024).

Menurutnya, salah satu kebijakan proteksionis yang kemungkinan besar akan diterapkan oleh Trump adalah penambahan tarif impor untuk semua barang yang masuk ke AS.

"Tarif impor direncanakan naik 10-20%. Khusus untuk barang dari China, tarifnya bahkan bisa melonjak 60-100%. Kebijakan ini tentu mempengaruhi hubungan dagang, baik dengan AS maupun China, yang merupakan mitra utama perdagangan Indonesia," jelasnya.

Punto menyebut Trump sebagai sosok pemimpin yang dikenal memiliki pendekatan agresif terhadap perdagangan internasional. Pada periode pertama pemerintahannya, kebijakan serupa sempat diberlakukan, namun Indonesia masih mampu menjaga kinerja ekspor.

Presiden terpilih AS Donald Trump berbicara saat bertemu dengan anggota DPR dari Partai Republik di Capitol Hill di Washington, AS, 13 November 2024. (REUTERS/Brian Snyder)Foto: Presiden terpilih AS Donald Trump berbicara saat bertemu dengan anggota DPR dari Partai Republik di Capitol Hill di Washington, AS, 13 November 2024. (REUTERS/Brian Snyder)
Presiden terpilih AS Donald Trump berbicara saat bertemu dengan anggota DPR dari Partai Republik di Capitol Hill di Washington, AS, 13 November 2024. (REUTERS/Brian Snyder)

"Kalau kita melihat pengalaman Trump periode pertama, saat itu ekspor kita masih surplus dan trennya naik. Jadi, kita berharap situasi ini bisa terulang di periode kedua pemerintahannya," ucap dia.

Namun demikian, Punto tetap mengingatkan bahwa perubahan kebijakan tarif dapat menciptakan tantangan baru bagi Indonesia, terutama karena AS dan China adalah mitra dagang strategis.

Oleh karena itu, Punto mengatakan pemerintah akan segera merumuskan strategi untuk menghadapi kebijakan dagang AS yang baru. Forum diskusi di internal Kementerian Perdagangan dan dengan pelaku usaha akan diadakan untuk mencari solusi.

"Tentu langkah-langkah strategi apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi hal tersebut, saya harapkan bisa muncul juga dari forum diskusi pagi hari ini, kira-kira apa yang akan kita lakukan," ucapnya.

Meski tantangan dari kebijakan AS akan berat, Punto tetap optimistis Indonesia dapat mempertahankan kinerja ekspor yang positif.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso optimistis kemenangan Donald Trump dalam pemilu presiden Amerika Serikat (AS) yang digelar Selasa (5/11/2024) waktu setempat, tak berdampak kepada neraca perdagangan Indonesia.

Adapun optimismenya itu berkaca dari neraca perdagangan RI yang justru meningkat terus selama era kepemimpinan Donald Trump pada tahun 2017-2021 lalu. Di mana berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan RI ke AS pada tahun 2018 senilai US$ 8,2 miliar, tahun 2019 senilai US$ 8,5 miliar, tahun 2020 senilai US$ 10 miliar, dan terus naik sampai tahun 2021 mencapai US$ 14,5 miliar.

"Ya selama ini pengalaman yang ada kan neraca dagang tetap naik jadi nggak ada perubahan. Enggak ada hambatan. Saya optimistis enggak ada masalah apa-apa," kata Budi usai melakukan ekspose barang impor ilegal di Jakarta, Jumat (8/11/2024).

Selain itu, Budi juga menyoroti ekspor RI yang terus meningkat pada era Trump sebelumnya. Karena itu, dia tetap berharap ke depannya ekspor produk RI ke AS tidak mengalami hambatan. Meskipun kini santer kabar, Trump telah mengusulkan penambahan tarif sebesar 10% hingga 20% pada semua impor, dengan pungutan yang jauh lebih tinggi pada impor dari China.

"Memang kan isunya akan ada biaya masuk tambahan ya. Tapi saya pikir, kalau dulu kan kita juga ekspor meningkat terus waktu Donald Trump. Jadi mudah-mudahan tidak ada masalah ya. Mudah-mudahan justru kita mempunyai daya saing untuk itu," ujarnya.

Perlu diketahui, berkaca dari periode sebelumnya saat Trump memimpin (Januari 2017-Januari 2021), ekspor Indonesia ke AS melonjak 15,3% di era Trump dari US$ 16,14 miliar pada 2016 menjadi US$ 18,62 miliar pada akhir 2020. Kenaikan ini lebih tinggi dibandingkan empat tahun terakhir era Barack Obama yang hanya naik 8,52%.


(wur)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Elon Musk Diajak Trump Gabung Urus Pemerintah

Next Article MA AS Putuskan Trump Kebal Hukum Atas Tindakan Resmi Sebagai Presiden

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|