Jakarta, CNBC Indonesia - Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Raden Pardede mengungkapkan target pertumbuhan ekonomi 8% yang ditegaskan Presiden Prabowo Subianto bukan hal yang mustahil dicapai.
Raden mengatakan hal ini tidak mustahil karena Indonesia pernah tumbuh mencapai 8,23% pada periode 1996-1997. Untuk kembali mengulang masa kejayaan ini, Indonesia memerlukan extra effort mengoptimalkan semua mesin pertumbuhannya.
"Investasi perlu didorong tinggi bahkan lebih tinggi dari posisi sekarang dengan menarik sejumlah sumber pembiayaan untuk melaksanakan berbagai program pembangunan," kata Raden yang mewakili Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Sarasehan 100 Ekonom, Rabu (3/12/2024).
Selama ini, menurutnya, banyak kapital atau modal yang masuk, termasuk ke sektor infrastruktur tetapi belum dimanfaatkan dengan baik. Masalah ini bisa ditangani dengan menekan angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR). ICOR Indonesia tercatat masih berada di angka 6,33% pada 2023.
Semakin besar ICOR, maka semakin mahal investasi. Indonesia tercatat memiliki ICOR yang cukup tinggi di Asean. Negara-negara Asean memiliki rata-rata ICOR lebih rendah, yakni sekitar 4-5%.
Pada 2021, ICOR Indonesia berada di angka 8,66%, lalu turun menjadi 6,02% pada 2022. Namun pada 2023 ICOR Indonesia kembali naik menjadi 6,33%. Kini di era Presiden Prabowo, pemerintah menargetkan penurunan ICOR hingga 4,5%.
"Dalam rencana Presiden dari 6,96% menjadi kisaran 4,5% kalau tidak diturunkan kebutuhan kapital menjadi besar dan tidak mungkin dicapai penambahan capital 8-9% PDB. Artinya investment to GDP bisa mencapai 42-43% dari sekarang 31%," tegas Raden.
"Tapi kalau kita turunkan ICOR maka kebutuhan investasi akan jauh lebih turun," katanya.
Menteri Investasi atau Kepala BKPM di era Presiden Jokowi Bahlil Lahadalia pernah mengungkapkan tingginya ICOR ini menandakan 'kebocoran' dalam ekonomi yang masih tinggi. "Karena itu kan tingkat kebocoran ekonomi yang tinggi," kata dia.
Bahlil berharap ke depannya dapat menurunkan skor ICOR di Indonesia, sembari mempertahankan pencapaian yang telah diraih. Dia yakin dengan segala perbaikan yang terjadi, maka minat investor ke Indonesia akan semakin tinggi.
"Investor akan datang ke sebuah negara kalau negaranya itu betul-betul familiar dengan investasi," kata dia.
Tingginya ICOR ini menandakan 'kebocoran' dalam ekonomi yang masih tinggi. "Karena itu kan tingkat kebocoran ekonomi yang tinggi," kata dia.
Bahlil berharap ke depannya dapat menurunkan skor ICOR di Indonesia, sembari mempertahankan pencapaian yang telah diraih. Dia yakin dengan segala perbaikan yang terjadi, maka minat investor ke Indonesia akan semakin tinggi.
"Investor akan datang ke sebuah negara kalau negaranya itu betul-betul familiar dengan investasi," kata dia.
Dia mengatakan salah satu aspek yang perlu diperbaiki adalah perizinan. Dia bilang kemudahan perizinan ini harus diperbaiki bersama oleh semua pemangku kepentingan.
"Harus ada kesadaran kolektif dari pimpinan kementerian, gubernur, bupati, wali kota. Harus ada kesadaran bahwa investor itu penting. Tidak ada sebuah negara di dunia ini yang negaranya maju tanpa ada investasi," kata dia.
"Karena investor itu, investasi itu melahirkan pendapatan negara, lapangan pekerjaan, pendapatan daerah, perputaran ekonomi yang baik," kata Bahlil.
(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Ganggu Investasi, Luhut: Kurangi Orang "Toxic" di Pemerintahan
Next Article Live Now! 100 Ekonom Bahas Peluang Ekonomi RI di Era Kepemimpinan Baru