Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Prabowo Subianto menargetkan ekonomi Indonesia dapat tumbuh 8% dalam lima tahun ke depan. Melihat target ini, Penasihat Khusus Presiden RI untuk Urusan Ekonomi dan Pembangunan Nasional yang juga menjadi mantan Menteri Keuangan RI periode 2014-2016, Bambang Brodjonegoro pun buka suara.
Bambang mengatakan untuk Indonesia agar pertumbuhan ekonominya bisa tumbuh 8%, butuh perjuangan yang cukup menantang bagi Indonesia. Pasalnya, masih banyak kekurangan di mana salah satunya yakni data tingkat kemiskinan di Indonesia.
Dalam acara Indonesia Economic Summit 2025 yang digelar oleh Indonesia Business Council (IBC), Bambang mengatakan bahwa data koefisien Gini atau Gini Ratio saat ini hanya banyak dinikmati oleh orang yang berpenghasilan tinggi atau orang kaya.
Hal ini tercermin pada data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang hanya berbicara terhadap masyarakat terbawah, mulai dari garis kemiskinan dan jumlah orang berpenghasilan menengah. Sedangkan jumlah orang berpenghasilan tinggi jarang diungkap.
"Itulah sebabnya setiap kali kita memiliki Gini Ratio biasanya selalu diremehkan. Maksud saya data ini masih lebih baik daripada yang seharusnya. Jika kita membagi masyarakat menjadi lima kelompok pendapatan yang berbeda, pendapatan tinggi, pendapatan menengah, calon pendapatan menengah, hampir miskin dan miskin, sayangnya data BPS hanya berbicara tentang yang terbawah, garis kemiskinan, orang-orang yang hidup di garis kemiskinan," kata Bambang dalam acara Indonesia Economic Summit 2025 yang digelar oleh Indonesia Business Council (IBC) di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa (18/2/2025).
Meski begitu, Bambang masih cukup senang dengan data terakhir yang menunjukkan bahwa angka kemiskinan berada di bawah 9%, yang menandakan bahwa orang-orang yang berada di garis kemiskinan sudah berkurang.
Namun jika dilihat secara keseluruhan, maka distribusi populasi cenderung menagrah ke tiga kelompok terbawah, yaitu kelompok calon miskin, kelompok hampir miskin, dan kelompok miskin itu sendiri.
"Sebenarnya saya senang dengan data kemiskinan terbaru yang sudah berada di bawah 9%, artinya kemiskinan sudah berkurang. Tetapi jika kita lihat keseluruhan, maka distribusi populasi sangat condong ke tiga kelompok terbawah, yaitu kelompok calon miskin, kelompok hampir miskin, dan kelompok miskin itu sendiri," ujar Bambang.
Bambang pun memberikan masukan bahwa untuk meningkatkan kualitas pendapatan di kelas menengah ke bawah, maka beberapa hal harus diperhatikan dengan baik, seperti daya beli, pendapatan riil, dan investasi.
"Jadi tugas utama kita adalah bagaimana kita dapat meningkatkan kualitas pendapatan di kelas menengah ke bawah, maaf, hampir miskin dan kelas menengah yang bercita-cita tinggi. Kata kuncinya, tentu saja, seperti yang Anda sebutkan dengan tepat di awal, adalah daya beli, kemudian pendapatan riil, dan berikutnya investasi," pungkasnya.
Sebelumnya, pada September 2024, berdasarkan data dari BPS, tingkat kemiskinan Indonesia mencapai 8,57% pada September 2024, rekor terendah sejak 1960.
Pemerintah telah menetapkan tujuan ambisius untuk menghilangkan kemiskinan ekstrem yang didefinisikan sebagai pengeluaran kurang dari US$ 2,15 per orang per hari oleh Bank Dunia pada 2024.
Data terbaru yang tersedia untuk umum menunjukkan Indonesia berhasil menurunkan kemiskinan ekstrem menjadi 0,83% pada Maret 2024 dari 1,12% pada tahun sebelumnya.
(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: BPS: RI Surplus Neraca dagang USD 3,45 Miliar di Januari 2025
Next Article Kinclongnya Harga Emas, Deflasi Langsung Berganti Inflasi