Trump Jadi Presiden AS, Begini Ramalan Nasib Industri Batu Bara

3 months ago 33

Bogor, CNBC Indonesia - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sebagai salah satu anggota usaha Holding BUMN Pertambangan MIND ID mengungkapkan ada angin segar untuk industri batu bara di dunia usai terpilihnya Donald J. Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).

Sekretaris Perusahaan PTBA Niko Chandra menyebutkan pihaknya, yang juga bergerak pada bidang pertambangan batu bara RI, menaruh harapan khususnya di sektor industri batu bara agar kembali 'memanas' pada kepemimpinan Trump.

"Yang pasti dengan kondisi ke depan yang masih positif apalagi secara kondisi geopolitik pasca terpilihnya Trump, tampaknya ada secercah harapan untuk industri batubara makin, bahasanya kalau dulu itu memanas gitu ya," katanya dalam acara Media Gathering PTBA, di Aston Bogor, dikutip Sabtu (30/11/2024).

Niko juga mengatakan industri batu bara 'diramal' akan berjaya pada masa kepresidenan Trump. Mengingat, Trump yang sempat memimpin AS pada 2016-2020 lalu cenderung mendukung sektor energi fosil dan komoditas.

PTBA sendiri saat ini menjadi salah satu perusahaan yang memproduksi batu bara di Indonesia. Sedangkan, Indonesia sendiri saat ini menjadi salah satu negara dengan produksi batu bara terbesar di dunia.

"Di tatanan global sebetulnya dengan kebijakan kalau kita lihat Trump yang terpilih itu, ya sama yang kayak periode sebelumnya gitu, bakal agak relatif berjaya gitu ya industri batu bara," tambahnya.

Dok PT Bukit Asam TbkFoto: Dok PT Bukit Asam Tbk
Dok PT Bukit Asam Tbk

Niko menjelaskan, saat ini PTBA memiliki total sumber daya batu bara mencapai total 5,85 miliar ton. Detailnya, terdapat 5 wilayah tambang batu bara yang dikelola oleh pihaknya.

Pertama, Tambang Tanjung Enim memiliki sumber daya sebesar 5,05 miliar ton. Diikuti oleh Tambang Peranap dengan sumber daya sebesar 0,67 miliar ton. Kemudian, Tambang Ombilin dengan sumber daya mencapai 0,1 miliar ton. Ada pula Tambang IPC-Batunas dan Tambang Bukit Kendi yang masing-masing mengandung sumber daya batu bara sebesar 0,02 miliar ton dan 0,001 miliar ton.

"Nah sebanyak 5 miliar ton ini jadi tantangan buat kita untuk bisa mengutilisasi dan tetap bagaimana menghadirkan energi untuk ketahanan energi nasional tentunya," ujarnya.

Walaupun Niko mengungkapkan hal tersebut diharapkan jadi angin segar bagi industri batu bara termasuk di Indonesia, dia menekankan pihaknya tetap akan mendorong program hilirisasi batu bara di Indonesia. Hal tersebut juga sejalan dengan langkah Presiden RI Prabowo Subianto untuk mendapatkan nilai tambah bagi negara salah satunya dari sektor pertambangan.

"Jadi mulai dari hulu kita punya anak-anak perusahaan yang memang bergerak di tambang sampai dengan di hilirnya jadi kita sudah punya beberapa lini bisnis yang mencakup hilirisasi terutama di PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) ya," imbuhnya.

Adapun, Niko menjabarkan bahwa kebutuhan akan batu bara untuk domestik kedepannya diproyeksikan akan terus meningkat.

Dia mengatakan proyeksi meningkatnya kebutuhan batu bara domestik didorong oleh kenaikan konsumsi listrik PT PLN (Persero) hingga adanya rencana program 3 juta rumah.

"Mengenai growth dan sebagainya, memang ya kita selalu merencanakan pasti ada growth yang positif," tandasnya.


(wur)

Saksikan video di bawah ini:

Utang RI Tembus Rp 8.560 T Hingga Trump Siap Perang Tarif

Next Article Batu Bara RI Disulap Jadi Komponen Baterai EV, Begini Prosesnya

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|