Jakarta, CNBC Indonesia - Usulan mengejutkan datang dari Presiden Donald Trump soal jalur Gaza. Negerinya Amerika Serikat (AS), berencana mengambil alih wilayah Palestina tersebut.
Hal ini telah menuai kritik dari pemerintah di seluruh dunia. Namun, rencana Trump, yang diumumkan di Gedung Putih bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, masih minim rincian.
Meski demikian, berikut fakta-fakta terkait rencana Trump, seperti dikutip AFP pada Kamis (6/2/2025).
Kepemilikan Jangka Panjang
Dalam pernyataan pada konferensi pers Selasa, Trump menyebut AS akan mengambil alih Jalur Gaza dan nantinya akan bekerja di sana juga. Ini mengindikasikan bahwa Jalur Gaza akan dimilikinya dalam jangka panjang.
"Kami akan memilikinya dan bertanggung jawab untuk membongkar semua bom berbahaya yang belum meledak dan senjata lainnya di lokasi tersebut," katanya.
"Ratakan lokasi tersebut, dan singkirkan bangunan yang hancur, ratakan, ciptakan pembangunan ekonomi yang akan menyediakan lapangan pekerjaan dan perumahan dalam jumlah tak terbatas bagi penduduk di area tersebut," tambahnya.
Ketika didesak untuk memberikan rincian, Trump mengatakan ia "melihat posisi kepemilikan jangka panjang". Menurutnya rencana itu dapat membawa stabilitas besar ke bagian Timur Tengah itu dan mungkin seluruh Timur Tengah.
Usir Warga Palestina di Gaza?
Trump mengisyaratkan warga Palestina di Gaza direlokasi. Pembangunan kembali tak ditujukan oleh "orang-orang yang sama".
"Itu tidak boleh melalui proses pembangunan kembali dan pendudukan oleh orang-orang yang sama yang benar-benar telah berdiri di sana dan berjuang untuknya dan tinggal di sana dan meninggal di sana dan menjalani kehidupan yang menyedihkan di sana," ujarnya.
"Satu-satunya alasan warga Palestina ingin kembali ke Gaza adalah karena mereka tidak punya alternatif," kata Trump.
"Saya membayangkan orang-orang dunia tinggal di sana. Orang-orang di dunia. Saya pikir Anda akan menjadikannya tempat yang internasional dan luar biasa... Dan saya pikir seluruh dunia, perwakilan dari seluruh dunia, akan berada di sana," jelasnya lagi.
"Orang Palestina, juga, orang Palestina akan tinggal di sana. Banyak orang akan tinggal di sana. Namun, mereka telah mencoba cara lain dan mereka telah mencobanya selama puluhan tahun dan puluhan tahun. Itu tidak akan berhasil. Itu tidak berhasil. Itu tidak akan pernah berhasil."
Pasukan AS Turun di Gaza
Di sisi lain Trump juga mengisyaratkan rencananya menurunkan pasukan AS. Ia mengatakan hal itu dapat dilakukan "jika perlu".
"Sejauh menyangkut Gaza, kami akan melakukan apa yang diperlukan. Jika perlu, kami akan melakukannya," kata Trump ketika ditanya apakah pasukan Amerika akan dilibatkan.
Sebut Riviera Timur Tengah
Dalam pernyataannya, Trump menyebut akan menyulap Gaza menjadi Riviera Timur Tengah. Ia mengatakan "ini bisa menjadi sesuatu yang sangat luar biasa" bagi wilayah tersebut.
"Kami akan mengambil alih bagian itu, dan kami akan mengembangkannya, menciptakan ribuan dan ribuan lapangan kerja, dan itu akan menjadi sesuatu yang dapat dibanggakan oleh seluruh Timur Tengah," tambahnya.
"Saya pikir potensi di Jalur Gaza tidak dapat dipercaya."
Klaim Dukungan dari Para Pemimpin Arab
Trump mengklaim bahwa para pemimpin Arab mendukung rencananya. Meskipun, setelah diumumkan Trump, Liga Arab sangat menentangnya.
"Saya dapat memberi tahu Anda, saya berbicara dengan para pemimpin negara-negara lain di Timur Tengah, dan mereka menyukai gagasan itu. Mereka mengatakan itu benar-benar akan membawa stabilitas, dan yang kita butuhkan adalah stabilitas," ungkapnya.
Komentar Trump ini sebenarnya telah memicu kecaman di seluruh dunia, khususnya di dunia Arab. Komentarnya tersebut tampaknya menantang hak warga Palestina untuk menentukan nasib sendiri, dengan para kritikus mengecamnya sebagai potensi "pembersihan etnis."
Relokasi Sementara?
Setelah pengumuman Trump, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio yang berbicara dari Guatemala, memperjelas niat Trump di Gaza. Ia juga mengatakan bahwa Trump hanya ingin warga Palestina meninggalkan Gaza untuk sementara waktu sementara wilayah tersebut dibangun kembali.
"Itu dimaksudkan sebagai, menurut saya, langkah yang sangat murah hati. Tawaran untuk membangun kembali dan bertanggung jawab atas pembangunan kembali," katanya.
Tak Ada Dana AS
Di kesempatan berbeda, juru bicara AS Karoline Leavitt juga mengklarifikasi omongan Trump. Ia berujar AS tidak akan "membiayai" pembangunan kembali di Gaza.
Reaksi RI
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI buka suara soal rencana relokasi warga Gaza dan juga pengambilalihan wilayah tersebut. Menurut Kemlu RI, tindakan Trump akan menghambat terwujudnya Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat sebagaimana dicita-citakan oleh "Solusi Dua Negara" berdasarkan perbatasan 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
"Indonesia dengan tegas menolak segala upaya untuk secara paksa merelokasi warga Palestina atau mengubah komposisi demografis Wilayah Pendudukan Palestina," bunyi pernyataan Kemlu RI.
"Indonesia menyerukan kepada komunitas internasional untuk memastikan penghormatan terhadap hukum internasional, khususnya hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri serta hak mendasar untuk kembali ke tanah air mereka," tegas Kemlu.
"Indonesia kembali menegaskan bahwa satu-satunya jalan layak menuju perdamaian abadi di kawasan adalah dengan menyelesaikan akar penyebab konflik: pendudukan ilegal dan berkepanjangan oleh Israel atas wilayah Palestina."
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Mengejutkan! Trump Sebut AS Akan Ambil Alih Gaza
Next Article Fakta-Fakta Penembakan Trump di Lapangan Golf: Kronologi, Wajah Pelaku