Awas! Efek Perang Dagang 2.0 Bisa Serang Rupiah hingga Investasi RI

2 months ago 24

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia harus waspada terhadap kebijakan tarif perdagangan yang dilancarkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, kendati pengenaan tarif 25% untuk Kanada dan Meksiko telah ditunda.

Para ekonom menilai dengan adanya perang dagang baru ini, perekonomian Indonesia melalui jalur perdagangan maupun keuangan akan terdampak langsung.

Head of Equity Research Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro menjelaskan hal ini dapat mempengaruhi rupiah karena Indonesia mencatat surplus perdagangan sebesar US$17,9 miliar dengan AS sepanjang tahun 2024.

"Saat ini, Indonesia berada di peringkat ke-15 dalam daftar mitra defisit perdagangan terbesar AS, dan peringkat ke-3 di BRICS setelah China dan India," ujar Satria kepada CNBC Indonesia dikutip Selasa (4/2/2025).

Terbukti, rupiah mengalami gejolak pada hari Senin kemarin (3/2/2025), setelah Donald Trump mengumumkan pengenaan tarif untuk China, Meksiko dan Kanada.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,83% di angka Rp16.430/US$ pada hari ini, Senin (03/02/2025). Posisi ini merupakan yang terendah sejak 21 Juni 2024 atau sekitar tujuh bulan terakhir. Bank Indonesia (BI) akhirnya buka suara soal pelemahan rupiah tersebut.

Ekonom Universitas Paramadina menjelaskan pun mengatakan bunga surat utang Indonesia, seperti SBN, SRBI ataupun SVBI/SUVBI perlu lebih tinggi untuk berjaga-jaga dari dampak perang dagang Trump,

"Itu pun belum tentu aman dari potensi reversal. Jika reversal terjadi, nilai tukar rupiah akan merosot. Stabilitas nilai rupiah merupakan pintu masuk utama bagi terganggunya stabilitas makro kita," ujarnya.

Ia pun mengatakan sektor finansial dan pasar modal paling terpengaruh. Lalu sektor komoditas, khususnya tambang, akan terpengaruh oleh demand dan harga yang menurun.

"Jika perang dagang makin parah dengan tarif terhadap produk China yang makin tinggi, maka produk China akan membanjiri Indonesia, sektor manufaktur pun akan terdampak," ujarnya.

Dari segi investasi, Indonesia secara langsung dan tidak langsung juga akan terdampak, melalui sektor Foreign Direct Investment (FDI) dan investasi portofolio. Ketidakpastian global membuat investor cenderung mencari aset yang dipandang aman berdenominasi dolar AS atau mata uang keras lainnya.

"Tetapi kita harus terus waspada, karena ini baru memasuki babak pertama dari puluhan babak konflik perdagangan ekonomi dunia, yang di trigger oleh gaya pragmatis, unilateral dan isolationist Trump," ujarnya.

Ekonom dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro Wahyu Widodo mengatakan aliran investasi ke Indonesia dari AS, Cina, Kanada dan Meksiko ke Indonesia sebenarnya tidak akan banyak terpengaruh akibat perang dagang diantara negara-negara tersebut.

Pasalnya, Indonesia tidak terlibat langsung perang dagang dengan mereka.

'Aliran investasi ke Indonesia lebih karena faktor domestik seperti country risks, kepastian hukum, regulasi, birokrasi dan faktor kelembagaan lain yANg selama ini sudah banyak disampaikan oleh para investor," ujarnya.


(haa/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: BKPM Catat Realisasi Investasi RI 2024 Tembus Rp1.714 Triliun

Next Article Awas! Gara-Gara Trump, RI Bisa Banjir Produk China

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|