Jakarta, CNBC Indonesia - China buka suara terkait kekhawatiran meningkatnya perang di dunia saat ini. China mendesak semua pihak tenang dan menahan diri.
Pernyataan dikeluarkan pasca Rusia mengeluarkan ancaman nuklir, dengan merubah doktrin syarat penggunaan senjata atomnya. Sehari sebelumnya Amerika Serikat (AS)mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh Washington Army Tactical Missile System (ATACMS), menyerang kota-kota Rusia.
"Dalam situasi saat ini, semua pihak harus tetap tenang dan menahan diri, bekerja sama melalui dialog dan konsultasi untuk meredakan ketegangan dan mengurangi risiko strategis," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian ketika ditanya tentang keputusan tersebut dan serangan di dalam Rusia, Rabu sore, dikutip Kamis (21/11/2024).
"Sikap China yang mendorong semua pihak untuk meredakan situasi dan berkomitmen pada resolusi politik krisis Ukraina tetap tidak berubah," tambah Lin dikutip AFP.
"China akan terus memainkan peran konstruktif dalam hal ini," katanya.
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron telah meminta Presiden China Xi Jinping untuk menggunakan seluruh pengaruhnya ke Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia mendesak de-eskalasi.
"China memiliki kapasitas untuk bernegosiasi dengan Presiden Putin sehingga ia menghentikan serangannya terhadap Ukraina," tegasnya saat berbincang di KTT G20 Brasil.
China sudah menampilkan dirinya sebagai pihak yang netral dalam perang Ukraina. Beijing kerap mengatakan mereka tidak mengirimkan bantuan yang mematikan ke kedua belah pihak, tak seperti AS dan negara-negara Barat lainnya.
Namun, China tetap menjadi sekutu politik dan ekonomi Rusia yang dekat. NATO telah mencap Beijing sebagai "pendukung yang menentukan" perang tersebut.
Per 31 Agustus 2024, Misi Pemantauan Hak Asasi Manusia PBB di Ukraina telah mendokumentasikan sedikitnya 11.743 warga sipil tewas dan 24.614 terluka di Ukraina sejak dimulainya perang. Pejabat PBB dan Ukraina mengatakan angka sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi, mengingat sulitnya memverifikasi kematian dan cedera.
Negara-negara Barat yakin Rusia telah menderita korban yang jauh lebih parah daripada Ukraina. Bahkan bisa kehilangan lebih dari 1.000 tentara yang tewas per hari selama periode pertempuran sengit di timur.
Ekonomi Ukraina menyusut sekitar sepertiga pada tahun 2022. Meskipun mengalami pertumbuhan pada tahun 2023 dan sejauh ini tahun ini, ekonominya masih hanya 78% dari ukurannya sebelum perang.
Rusia sendiri kini menghadapi lonjakan inflasi. Bank sentral memperkirakan inflasi mencapai 8 hingga 8,5%.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Rusia: AS Pertaruhkan PD 3 Karena Izinkan Ukraina Gunakan Rudal
Next Article PD 3 di Depan Mata, Biden Izinkan Ukraina Pakai Bom AS Serang Rusia