Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian China kini bisa dikatakan tidak baik-baik saja. Bahkan, sejumlah pemerintah daerah terlilit masalah utang yang membuat ekonomi daerah makin terpuruk.
Kondisi ini akhirnya membuat Presiden Xi Jinping mengeluarkan kebijakan baru, yakni mengumumkan pemberian paket stimulus jumbo lima tahun senilai 10 triliun yuan atau setara Rp 21.900 triliun pada Jumat (08/11/2024).
Stimulus jumbo ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah utang pemerintah daerah, sambil mengisyaratkan lebih banyak dukungan ekonomi akan datang tahun depan.
Kondisi ini pun turut menjadi perhatian Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan. Namun dia mengingatkan, paket stimulus ekonomi China ini bisa membuat industri di dalam negeri China bangkit dan bisa berpotensi berdampak pada kelebihan produksi barang-barang, dan tentunya ini bisa berdampak pada Indonesia.
"Kalau kita lihat Pemerintah China itu memberikan stimulus sangat besar karena keadaan ekonominya tidak baik-baik saja sekarang, very very jelek keadaan ekonominya. Karena di provinsi, di daerah mereka nggak bisa jual tanah, tidak bisa minjam, membuat ekonomi mereka stuck. Tapi dia keluarin stimulus sekarang dia kasih sampai 19% kalau saya gak keliru, US$ 3 triliun," bebernya dalam acara Virtual Public Lecture ASN Talent Academy Explore, Lembaga Administrasi Negara (LAN), secara daring, Senin (2/12/2024).
"Anda bisa bayangin itu dampaknya gimana dia bisa nanti oversupply, bisa juga apa namanya, produksi ke Indonesia. Jadi kita harus cermat mengamati hal-hal semacam ini. Nah, saat ini bersamaan kita dihadapi dengan tantangan jangka menengah yang tidak kalah besarnya ketahanan pangan global," tegasnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Lan Fo'an mengatakan kepada wartawan bahwa otoritas berencana untuk 'secara aktif menggunakan' ruang defisit yang tersedia yang dapat diperluas tahun depan. Ia mengingatkan kembali pernyataannya bulan Oktober, ketika ia mengatakan bahwa ruang untuk mengambil langkah ini 'cukup besar'.
"Program tersebut mulai berlaku tahun ini dan akan berlangsung hingga akhir tahun 2026 dengan nilai sekitar 2 triliun yuan per tahun," kata Lan kepada wartawan dikutip CNBC International.
"Mulai tahun ini, otoritas pusat akan menerbitkan obligasi khusus pemerintah daerah senilai 800 miliar yuan per tahun selama lima tahun, dengan total 4 triliun yuan."
Kebijakan tersebut akan berkontribusi pada upaya pemerintah daerah untuk mengurangi apa yang disebut 'utang tersembunyi'. Menurut perkiraan Lan, utang tersebut dapat turun dari 14,3 triliun yuan pada akhir tahun 2023 menjadi 2,3 triliun yuan pada tahun 2028 dengan adanya stimulus ini.
Di sisi lain, Direktur eksekutif untuk perusahaan di Fitch Bohua, Haizhong Chang, menyatakan bahwa stimulus ini merupakan langkah konkret dalam upaya menghapuskan utang pemerintah daerah.
"Langkah-langkah penyelesaian utang tersembunyi pemerintah daerah yang diperkenalkan oleh China saat ini merupakan perwujudan konkret dari pergeseran kebijakan ekonomi pemerintah pusat, dengan jumlah total utang yang melampaui ekspektasi pasar, sampai batas tertentu," kata Chang.
"Dibandingkan dengan jumlah penyelesaian utang dalam beberapa tahun terakhir, skalanya kali ini jauh lebih besar," tambahnya.
(wia)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Luhut Beri Pesan Ini ke Pemenang Pilkada 2024
Next Article China Tiba-Tiba Gelar Rapat Penting Hari Ini, Ada Apa Xi Jinping?