Doom Spending Bikin Miskin Gen Z dan Millennial! Ini Caranya Biar Kaya

2 months ago 27

Jakarta, CNBC Indonesia - Belakangan ini, Doom Spending kerap menjadi trending topic sekaligus perbincangan di media massa dan dikaitkan sebagai aktivitas yang bisa memiskinkan warga generasi Z maupun millennial. Lantas apa yang bisa dilakukan oleh kedua generasi tersebut untuk menjaga keuangan dan kaya di masa depan?

Doom spending diartikan sebagai kebiasaan berbelanja secara impulsif demi menenangkan diri akibat perasaan pesimis terkait ekonomi dan masa depan.

Berdasarkan pernyataannya di CNBC Make It, Pendiri startup asal Silicon Valley, Daivik Goel mengaku bahwa kebiasaan boros yang kerap dilakukannya, seperti membeli pakaian mewah, produk teknologi terbaru, hingga berfoya-foya berawal dari rasa tidak puas dengan pekerjaan dan tekanan dari teman sebayanya.

"Orang-orang menyadari bahwa menabung untuk membeli rumah akan memakan waktu yang sangat lama. Jadi, menghabiskan uang untuk barang lain akan menjadi pilihan," ucap Goel.

Sementara menurut dosen senior keuangan di King's Business School dan mantan bankir, Ylva Baeckstrom mengungkapkan bahwa "doom spending" yang muncul akibat paparan media sosial bisa menjadi hal yang tidak sehat dan fatal. Dan tak menutup kemungkinan kedua generasi tersebut akan menjadi lebih miskin ketimbang generasi berikutnya.

Survei Keamanan Finansial International Your Money CNBC yang dilakukan oleh Survey Monkey, hanya sebanyak 36,5% orang dewasa di dunia yang merasa lebih baik secara finansial daripada orang tua mereka. Sementara itu 42,8% lainnya merasa bahwa mereka sebenarnya lebih buruk daripada orang tua mereka. Hasil ini diperoleh dari survei terhadap 4.342 orang dewasa di seluruh dunia.

"Generasi yang tumbuh sekarang adalah generasi pertama yang akan lebih miskin daripada orang tua mereka untuk waktu yang sangat lama. Ada perasaan bahwa Anda mungkin tidak akan pernah bisa mencapai apa yang dicapai orang tua Anda," tegas Baeckstrom.

Asal berhemat pun bisa bahaya

Setiap orang berpotensi mewarisi gaya hidup dan dan perspektif keluarganya terkait finansial. Baeckstorm sendiri mengatakan sikap-sikap ini berasal dari bagaimana cara seseorang dibesarkan, seperti apakah mereka kaya atau miskin, bagaimana keluarga mengelola uang, dan siapa yang mengendalikannya.

Namun apakah dengan belajar berhemat dan mengekang diri terhadap belanja bisa menjadi solusi atas segala permasalahan ini? Jawabannya adalah belum tentu.

"Psikologi finansial berbicara tentang aspek-aspek keuangan dan hal yang manusiawi, sebut saja seperti bagaimana seseorang berpikir, merasa, dan bertindak secara finansial. Hal ini juga mengatur hubungan mereka dengan uang di masa lalu, saat ini, dan masa depan," ucap seorang psikolog finansial yang juga merupakan perencana keuangan bersertifikasi (CFP) di Wisconsin, Preston D. Cherry, tahun lalu di CNBC Make It.

Menurut Cherry, secara psikis kata "belanja" atau mengeluarkan uang jauh lebih baik ketimbang "budgeting." Belanja terkesan bisa memberikan Anda kebebasan dan fleksibilitas dalam uang yang Anda miliki.

Cherry pun menegaskan, hidup hemat atau mengekang diri tanpa tujuan bisa menciptakan tekanan psikis yang berujung pada "revenge spending," atau belanja berlebihan untuk mengkompensasi keinginan yang selalu dibatasi karena hemat.

Rancang pengeluaran dengan penuh kesadaran

Rencana keuangan ini dipopulerkan oleh penulis buku I Will Teach You To Be Rich, Ramit Sethi, yang terkenal dengan serialnya di Netflix. Dan sejatinya, metode ini amat sangat mudah dipraktekkan siapapun termasuk Anda.

Anda hanya perlu melacak empat jenis pengeluaran yang ada yakni:

- Pengeluaran tetap: Cicilan, sewa, atau pengeluaran rutin lain yang bersifat tetap

- Pengeluaran untuk tabungan dana darurat, sinking fund, atau tabungan lain

- Pengeluaran untuk membeli aset-aset investasi (saham, emas, reksa dana, dan lainnya)

- Pengeluaran gaya hidup

Dengan mengetahui besaran dari empat pengeluaran ini, Anda bisa memastikan bahwa hal-hal yang bersifat prioritas akan bisa teratasi secara finansial dengan baik.

Lantas apakah dengan metode ini seseorang bisa menjadi cepat kaya dan lolos dari keterpurukan?

"Kaya adalah bisa hidup ideal dalam perspektif Anda, itu bisa mengandung banyak arti. Mulai dari mampu menjemput anak dari sekolah setiap hari, membeli pakaian mahal tanpa merasa bersalah, dan lainnya," ujar Ramit, dalam wawancaranya tahun lalu di CNBC Make It.

Menurut Ramit, kaya tidak selalu identik dengan memiliki uang dalam jumlah tertentu, karena Anda sendirilah yang harus menentukannya.


(aak/aak)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Gen Z & Milenial Disebut Bisa Cepat Miskin Efek "Doom Spending"

Next Article Awas! Ini 5 Kesalahan Finansial Para Fresh Graduate yang Bikin Miskin

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|