Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. atau yang dikenal dengan emas Antam terpantau kembali menguat dan lagi-lagi mencetak rekor tertinggi barunya pada perdagangan Sabtu (5/10/2024).
Melansir data dari situs resmi PT Antam, logammulia.com, di butik emas LM Graha Dipta Pulo Gadung Jakarta, harga emas satuan 1 gram pada hari ini dibanderol Rp 1.482.000/batang, menguat Rp 11.000 dari posisi Jumat kemarin.
Bahkan, harga emas Antam kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) lagi hari ini. Terakhir emas Antam mencetak ATH yakni kemarin.
Sementara itu, harga pembelian kembali atau buyback emas Antam pada pagi hari ini berada di harga Rp 1.319.000 per gram, naik Rp 10.000 dari posisi perdagangan kemarin.
Berikut harga emas Antam pada hari ini:
Harga emas Antam yang kembali mencetak rekor pada hari ini terjadi meski harga emas global tengah melandai.
Merujuk data Refinitiv pada perdagangan kemarin, harga emas dunia ditutup turun 0,14% di US$ 2.652,24 per troy ons. Dalam sepekan, emas global terpantau melemah 0,22% secara point-to-point.
Emas global yang melandai disebabkan karena perkasanya kembali dolar Amerika Serikat (AS). Index dolar AS (DXY) terpantau menguat 0,49% ke 102,49 kemarin. Dalam sepekan terakhir, DXY sudah melonjak 2,13%.
Ketika dolar AS kembali perkasa, maka emas cenderung merana. Ini karena emas adalah aset yang dibanderol dengan dolar AS. Ketika dolar AS mengalami apresiasi, maka emas jadi lebih mahal buat investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas turun, harga pun mengikuti.
Perkasanya dolar AS terjadi setelah dirilisnya data tenaga kerja terbaru AS yang kembali 'panas'. Data terbaru menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja di AS meningkat pada September lalu. Angka non-farm payroll (NFP) meningkat menjadi 254 ribu pekerjaan bulan lalu, lebih tinggi dari periode sebelumnya sebesar 159 ribu pekerjaan.
Sementara itu, tingkat pengangguran juga turun ke 4,1% pada bulan lalu, dari sebelumnya pada Agustus lalu yang tumbuh 4,2%.
Kedua data ini membuat pasar kembali skeptis terhadap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada pertemuan kebijakan tanggal 6-7 November mendatang.
Pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell sebelumnya sudah membuat pasar cenderung kecewa dan mulai melakukan aksi profit taking. Sebelumnya, Powell mengindikasikan tidak akan agresif memangkas suku bunga acuannya di sisa pertemuan The Fed tahun ini.
Powell berencana memangkas suku bunga sebesar 25 bps dalam dua pertemuan yakni November dan Desember mendatang, sehingga total pemangkasan suku bunga di sisa tahun ini hanya mencapai 50 bps dalam dua pertemuan.
Hal ini tidak sesuai ekspektasi pasar di mana mereka mengharapkan pemangkasan suku bunga mencapai 75 bps, dengan 25 bps dan 50 bps di salah satu pertemuan mendatang.
Sejauh ini, perangkat CME FedWatch memperlihatkan sebanyak 47,9% pelaku pasar berekspketasi suku bunga Teh Fed sudah di angka 4,00-4,25% pada Desember mendatang. Artinya, mereka berharap ada pemangkasan sebesar 75 bps.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini: