Jakarta, CNBC Indonesia - Persatuan Perhimpunan Penghuni Rumah Susun (P3RSI) mengeluhkan rencana pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada Iuran Pengelolaan Lingkungan (IPL). Hal itu disebabkan karena tidak sedikit penghuni yang menunggak pembayaran IPL.
"Jangan kira penghuni apartemen itu kaya semua, tidak. Saya tahu kondisi warga saya, banyak juga IPL saja sulit untuk bayar, apalagi ditambah PPN. Orang yang tinggal di apartemen justru banyak yang menengah, kalau orang kaya tinggalnya di rumah tapak, sekalipun di dalam gang ya, karena harga rumah tapak di Jakarta sudah mahal," ungkap Ketua Umum Persatuan Perhimpunan Penghuni Rumah Susun Indonesia (P3RSI) Adjit Lauhatta kepada CNBC Indonesia, Rabu (25/9/2024).
Seperti diberitakan detik, Adjit juga mengatakan bahwa penyesuaian IPL juga merupakan hal yang sulit direalisasikan karena banyak terjadi penolakan dari penghuni, apalagi dengan adanya pengenaan PPN.
"Kalau seperti ini orang jadi malas tinggal di apartemen, yang sekarang ada aja okupansi bisa di 50% itu tergolong bagus, dan dari situ belum tentu semua bayar IPL, banyak yang akhirnya nunggak juga,"lanjutnya.
Seperti diketahui, IPL digunakan untuk berbagai hal pemeliharaan, misalnya perbaikan lift, AC, hingga membayar gaji karyawan. Penghuni rusun dan apartemen pun gerah sehingga bakal melakukan aksi unjuk rasa di jalanan.
IPL juga tidak termasuk iuran biaya parkir bulanan yang terkadang bisa tembus jutaan Rupiah. Penerapan PPN terkait IPL tentu bisa meningkatkan pengeluaran para penghuni rumah susun maupun apartemen.
Terlepas dari hal yang berkaitan dengan rencana penerapan Ketika pengeluaran bulanan membengkak dan pendapatan tidak kunjung bertambah maka inilah yang akan terjadi pada keuangan pribadi.
Ketika pengeluaran bertambah dan pemasukan tergolong stagnan, maka uang yang disisihkan untuk menabung atau berinvestasi akan menurun.
Dalam perencanaan keuangan, rasio menabung ideal setiap bulan adalah 10% dari pemasukan. Saat nilai tersebut menurun, besar kemungkinan uang yang Anda butuhkan di masa depan baik tujuan finansial di jangka pendek maupun jangka panjang akan semakin sulit untuk terkumpul.
Besar pasak daripada
Defisit arus kas bulanan terjadi di saat total pengeluaran Anda melebihi pemasukan. Anggap saja, dalam sebulan total pemasukan Anda adalah Rp 10 juta, dan jika pengeluaran Anda mencapai Rp 12 juta, maka akan ada defisit arus kas sebesar Rp 2 juta Rupiah.
Efek dari defisit arus kas tentu bisa mempengaruhi keuangan Anda secara menyeluruh. Pertama adalah hilangnya dana darurat lantaran tabungan Anda akan terkuras sedikit demi sedikit lantaran biaya hidup yang tinggi, dan yang kedua adalah kondisi di mana Anda terpaksa berutang untuk membiayai hidup.
Ketika berutang adalah jalan yang ditempuh, maka hal itu akan menciptakan pengeluaran wajib baru dalam hidup. Nilai kekayaan bersih Anda pun akan menurun.
(aak/aak)
Saksikan video di bawah ini: