Jangan Asal Beli Saham! Gini Cara Pilih Emiten yang Mampu Bayar Utang

1 month ago 10

Jakarta, CNBC Indonesia - Jika Anda ingin menilai sebuah perusahaan memiliki fundamental yang baik, maka jangan sekali-kali terpusat hanya pada pertumbuhan labanya, tetapi juga kemampuan mereka dalam melunasi utangnya. Adapun indikator yang bisa Anda gunakan adalah rasio likuiditas.

Pada intinya, rasio ini akan membantu Anda memahami seberapa besar kemampuan perusahaan membayar utang yang akan jatuh tempo.

Tidak hanya investor, kreditur juga kerap memperhatikan rasio likuiditas ini sebagai pedoman dalam mengukur kemampuan perusahaan mengembalikan pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang.

Kreditor dan pemasok biasanya lebih percaya untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas tinggi.

Lalu, bagaimana cara menghitung rasio likuiditas? Sebelum menghitung rasio likuiditas, Anda tentu harus memahami tiga jenis rasio ini:

Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka pendek menggunakan total aset lancar yang dimiliki, seperti kas, piutang, dan persediaan. Aset lancar sendiri adalah aset yang dapat diubah menjadi kas dalam waktu satu tahun.

Current ratio merupakan cara paling sederhana untuk menghitung likuiditas perusahaan, dengan membandingkan aset lancar dengan kewajiban lancar.

Rasio Cepat (Quick Ratio)

Quick ratio mengukur seberapa likuid perusahaan dalam melunasi utang jangka pendek menggunakan aset yang sangat likuid, tanpa mempertimbangkan persediaan karena dianggap aset yang paling sulit dicairkan. Ini dikarenakan persediaan bergantung pada seberapa cepat barang dapat dijual.

Rasio Kas (Cash Ratio)

Cash ratio menggambarkan kemampuan perusahaan dalam melunasi utang jangka pendek yang segera jatuh tempo dengan aset yang paling mudah dicairkan, seperti kas atau setara kas.

Secara umum, rasio likuiditas yang lebih dari 1 menandakan perusahaan cukup likuid. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik kondisi perusahaan, karena berarti kas yang dimiliki lebih besar dibandingkan dengan utang jangka pendek. Untuk mengetahui apakah likuiditas perusahaan sudah memadai, kita bisa membandingkan rasio ini dengan rata-rata perusahaan lain di sektor yang sama.

Debt to Equity Ratio (DER)

Pada intinya, besar kecilnya utang perusahaan tidak bisa diukur hanya dari nominalnya saja. Mungkin saja utang sebesar Rp 1 triliun bisa dianggap kecil bagi satu perusahaan, namun sangat besar bagi perusahaan lainnya.

Oleh karena itu, dalam menilai utang, Anda perlu memakai rasio utang berbanding ekuitas atau Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini membandingkan total utang perusahaan dengan modal yang dimiliki.

Umumnya, investor menetapkan DER sebesar 1 kali sebagai batas wajar utang perusahaan, yang berarti total utang dan modal berada dalam jumlah yang seimbang. Namun, sejumlah investor lain masih bisa mentolerir DER yang lebih tinggi, misalnya hingga 2 kali, jika kondisi operasional perusahaan masih mendukung.

Debt to Asset Ratio (DAR)

Merupakan rasio utang terhadap aset. DAR menjadi salah satu indikator penting dalam analisis laporan keuangan yang menunjukkan seberapa besar porsi utang perusahaan dibandingkan dengan total aset yang dimiliki. Rasio ini digunakan untuk menilai risiko keuangan perusahaan dan kemampuannya dalam mengelola utang.

Semakin tinggi rasio utang terhadap aset, semakin besar pula risiko finansial yang ditanggung perusahaan, karena artinya perusahaan memiliki lebih banyak utang yang harus dilunasi. Sebaliknya, rasio yang lebih rendah menunjukkan bahwa perusahaan memiliki lebih sedikit utang relatif terhadap asetnya, yang menandakan posisi keuangan yang lebih aman.

Tertarik mempelajari analisis laporan keuangan agar keuntungan investasi saham Anda menjadi lebih maksimal? Daftarkan diri Anda sekarang juga di Kelas Cuan, Belajar Baca Laporan Keuangan dari 0, Biar Gak Salah Pilih Saham.

Hanya dengan Rp 50 ribu, Anda bisa belajar saham langsung bersama Equity Analyst CNBC Indonesia. Tunggu apalagi, daftarkan diri Anda di sini.


(aak/aak)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Simak! Strategi Bertahan di Tengah Ekonomi Sulit

Next Article Gini Caranya Agar Gak Serakah & Serba Takut Saat Investasi Saham!

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|