Badung, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berharap industri dana pensiun (dapen) nasional terus bertumbuh secara positif, mencapai Rp1.500 triliun (US$95 miliar), naik 10,1% secara tahunan (yoy) per September. Meskipun begitu, Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono mengungkapkan kontribusinya masih minim terhadap perekonomian RI, hanya sekitar 5%-6% dari produk domestik bruto (PDB).
Ogi mengatakan kontribusi dapen terhadap perekonomian Indonesia harus ditingkatkan lagi ke depannya. Baik dalam pendalaman pasar, sisi manajemen risiko, hingga ekosistem industri dapen.
''Ini harus kita tingkatkan ke depannya, baik menyangkut masalah peningkatan pendalaman pasar kemudian risk management governance, kemudian ekosistem industri dapen dan penerapan standar internasional,'' pungkasnya di Konferensi Pers OECD/IOPS/OJK Global Forum on Private Pensions 2024, Padma Hotel Legian, Bali, Selasa (19/11/2024).
Menurut Ogi, dapen masih fokus pada produk-produk yang terkait dengan pendapatan tetap (fixed income), seperi surat berharga negara (SBN). Ia berharap ke depannya OJK juga bisa berkontribusi pada pasar modal Indonesia.
''Kita berharap dapen bisa berkontribusi untuk pendanaan bagi sektor keuangan di Indonesia. Saat ini memang masih fokus pada produk-produk yang masih relative fixed income securities, seperti SBN dan sebagainya. Ke depannya kita berharap bahwa dapen bisa kontribusi di capital market,'' ucapnya.
Di industri dapen secara internasional pun, dapen telah terbukti dapat mengangkat pasar saham India. Diketahui, dapen di India dapat dialokasikan ke saham sebesar 75%. The Economist mencatat, Indeks MSCI India melesat 80% sejak tahun 2019.
Sementara itu, jumlah alokasi dana masyarakat India untuk dapen meningkat dalam 10 tahun terakhir, sering masyarakat merelokasi dana dari tabungan di bank.
Menurut data The Economist, seiring dengan tren perubahan kebiasaan investasi tersebut, porsi aset dari dapen dan reksa dana India akan mencapai sepertiga dari keseluruhan alokasi investasi masyarakat.
Meskipun begitu, di Indonesia, Ogi mengakui masih ada kesenjangan besar dalam kepemilikan dapen.
"Karena orang menyadarkan orang, kalau saya bekerja, nanti saya pensiun, saya manfaat pensiun dari mana? Nah, itu kan harus perlu kesadaran. Jadi ini membalikkan dari kewajiban [dapen], menjadi kebutuhan," ujar Ogi.
Mengatasi masalah tersebut, OJK selaku tuan rumah, menggelar Rangkaian Kegiatan IOPS Committee Meetings dan Annual General Meeting serta OECD/IOPS/OJK Global Forum on Private Pensions 2024 yang berlangsung pada 18-20 November 2024 di Bali, Indonesia.
"Forum ini memberikan landasan penting untuk kolaborasi internasional dan pertukaran pengetahuan. Bersama-sama dengan stakeholder Dana Pensiun di dunia, kita dapat menemukan solusi untuk memperkuat sistem dana pensiun kita masing-masing," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam sambutannya.
(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Efek Anjloknya Daya Beli, Penyaluran Kredit Multifinance Turun
Next Article Begini Cara OJK Bikin Pensiunan di RI Hidup Layak Tak Jadi Beban Anak