Pedagang Mega Mall Bekasi Mencari Sisa-sisa Cuan dalam Gelap

7 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Azan magrib menggema di langit Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (5/3). Tandanya waktu berbuka puasa.

Sejumlah pengendara di Jalan Ahmad Yani tampak melipir untuk sesaat membatalkan puasa mereka. Sekilas tak ada yang berbeda. Lampu-lampu mulai menyala, polisi mengatur lalu lintas, dan sesekali terdengar suara klakson kendaraan.

Namun, ketika mata melirik ke arah Mega Mall Bekasi yang berdiri di pinggir jalan raya, suasana suram langsung terasa. Mal yang biasanya menarik pandangan karena lampu terangnya itu kini sunyi dan gelap setelah diterjang banjir. Tak ada lagi cahaya yang berbinar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aktivitas yang tampak dari pinggir jalan hanya mobil boks dan bak terbuka yang hilir mudik membawa karung hingga kardus. Jalan yang dilalui kendaraan itu pun tampak becek dan kadang mencipratkan sisa lumpur ke orang yang ada di dekat situ.

Kantong-kantong parkir kendaraan roda empat dan roda dua tampak gelap. Banjir besar yang melanda pada Selasa (4/3) menyisakan genangan air setinggi 30 sentimeter (cm). Beberapa kendaraan terendam banjir.

Aktivitas manusia baru terlihat di lobi belakang Mega Mall Bekasi. Tampak puluhan pedagang berkumpul dengan penerangan seadanya. Lantai becek dan udara lembab. Suasananya begitu muram.

Diiringi gema salawat dari toa masjid terdekat, mereka memilah-milah sisa barang dagangan mereka yang mungkin bisa diselamatkan dari bencana banjir.

Baju, celana, aksesoris, hingga maneken berserakan seolah tak bertuan. Semuanya basah dan terendam lumpur. Beberapa pedagang ada yang mengambil potongan baju yang kemungkinan berasal dari toko mereka.

Baju-baju itu mereka peras. Mereka berharap bisa menjual kembali barang dagangan mereka meski hanya setengah bahkan seperempat harga semula.

"Mau dibersihin dulu, kita pilih, yang bagus-bagus bisa dijual lagi," kata Oestavian salah satu karyawan toko pakaian di Mega Mall Bekasi. Sambil berbincang, ia istirahat sebentar dan makan.

Dengan senyum getir, Oestavian mengatakan harus menyelamatkan barang-barang di toko dengan susah payah. Sebab, toko tempat ia biasa berjualan kini masih terendam air sekitar 1 meter. Listrik yang padam juga menyulitkan mereka mengambil sisa-sisa barang.

"Kita ambil ya sambil gelap-gelapan, pakai senter saja, terus ada yang pakai senter HP," ujar dia.

Pedagang Mega Mall Bekasi memilah barang dagangan mereka yang berhasil diselamatkan.Para pedagang di Mega Mall Bekasi mencari-cari sisa barang dagangan mereka yang terendam banjir. Berharap bisa dijual lagi demi menutup kerugian. (Foto: CNNIndonesia/Arief)

Tak jauh Oestavian, berdiri seorang pria bernama Fahrozak (50). Dia menjual aksesoris seperti gelang hingga kalung. Saat bertemu, celananya digulung dan kemejanya sudah basah.

Fahrozak pasrah dan kecewa. Dia bercerita setengah barang dagangannya hanyut terbawa air luapan Kali Bekasi. Ia begitu sedih, sebab toko yang ia bangun bertahun-tahun rusak hanya dalam sekejap.

"Bertahun-tahun dagang hancur seketika. Rugi kami otomatis kalau banjir enggak bisa ngapa-ngapain kan udah kayak kuali disini," tutur dia.

Ia tak pernah menyangka banjir dahsyat menyapu hampir seluruh barang dagangannya. Fahrozak menuturkan peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 09.00 WIB atau satu jam sebelum mal dibuka.

Saat air bah masuk ke dalam mal, ia belum tiba. Begitu pula dengan sejumlah karyawannya.

Upaya Fahrozak menyelamatkan toko dengan segera datang ke mal juga tak berbuah hasil. Ia juga kesulitan menempuh perjalanan menuju mal karena banjir mengepung di mana-mana.

"Jadi enggak bisa datang cepat juga banjir di mana-mana," tutur dia.

Fahrozak mengaku tak pernah dapat informasi dari manajemen bahwa tempat usahanya pernah terkena banjir beberapa tahun silam. Peristiwa banjir satu dekade lalu di Mega Mall Bekasi hanya jadi 'cerita legenda' dari mulut ke mulut para pedagang.

"Baru 1,5 tahun (sewa toko) di sini, enggak tahu pernah ada banjir," kata Fahrozak sambil menghela napas.

Sama seperti pedagang lain, dia berharap aksesoris yang terselamatkan ini bisa dijual kembali agar bisa sedikit mengurangi kerugiannya yang mencapai Rp200 juta.

Fahrozak dan para pedagang lain memiliki satu harapan yang sama, yakni manajemen dan pemerintah tidak lepas tangan.

Mereka berharap pemerintah dan manajemen tak hanya menyalahkan alam. Namun, juga memberikan bantuan dan solusi kepada pedagang.

"Ya manajemen juga harus ada tanggung jawabnya atas kerugian seperti ini. Pemerintah juga cari solusinya lah," ujar Fahrozak.

"Solusinya mungkin ada tempat dagang sementara kalau gitu kan enak. Manajemen juga harus menanggung kerugian. Persentasenya terserah pokoknya ada," ucapnya.

(tsa/mab)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|