Jakarta, CNBC Indonesia - Perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) semakin memanas. Beijing akhirnya secara resmi mengumumkan pembalasan pada kebijakan Presiden Donald Trump, yang menaikkan tarif 10% ke barang-barang dari China.
Tarif baru akan berlaku 10 Februari. Lalu apa saja serangan Beijing?
Berikut rangkuman CNBC Indonesia Rabu (5/2/2025).
1.LNG & Batu Bara hingga Minyak & Peralatan Pertanian
Kementerian Keuangan China akan mengenakan tarif 15% atas impor gas alam cair (LNG) dan batu bara AS. Pungutan 10% juga diberikan atas minyak, peralatan pertanian, dan beberapa mobil.
Perlu diketahui, sekitar 5,4% dari impor LNG China berasal dari AS, dengan total 4,16 juta ton tahun lalu dan bernilai US$2,41 miliar. China membeli sekitar 10% dari ekspor LNG AS tahun lalu.
Namun, pembelian LNG ini hampir dua kali lipat dari tahun 2018. Hal itu terjadi saat terakhir kali AS dan China saling berhadapan dalam perang dagang.
Sebenarnya, AS bukanlah sumber utama batu bara bagi Beijing. Hanya 6,4% dari produksi batu bara AS yang dikirim ke China, menurut data ekspor AS.
Khusus minyak, AS adalah sumber minyak mentah yang relatif kecil bagi China, yang menyumbang 1,7% dari impornya tahun lalu dan bernilai sekitar US$6 miliar. Negara ini mengimpor rata-rata 230.540 barel per hari dari AS pada tahun 2024, turun 52% dari periode yang sama pada tahun 2023.
2.Pembatasan pada Rare Earth
Kementerian Perdagangan China dan Administrasi Umum Bea Cukai juga akan mulai mengenakan kontrol ekspor atas beberapa mineral dan logam tanah jarang (rare earth) yang penting bagi industri teknologi dan dan energi hijau AS. Ini terkait logam tungsten, telurium, bismut, indium, dan molibdenum serta produk-produk terkaitnya.
Kementerian Perdagangan China mengatakan tindakan ini dilakukan untuk "menjaga kepentingan keamanan nasional".
Meskipun kontrol tersebut tidak sampai pada pelarangan total, ekspor kemungkinan akan turun drastis karena perusahaan-perusahaan berjuang keras untuk mendapatkan lisensi ekspor, sebuah proses yang memakan waktu sekitar enam minggu.
Pembatasan ini diyakini berpotensi memukul AS lebih keras. Tungsten misalnya, digunakan dalam produksi berbagai hal seperti peluru artileri, pelat baja, dan alat pemotong karena kekerasannya yang ekstrem.
Sekitar 60% tungsten yang dikonsumsi AS digunakan untuk tungsten karbida, yang digunakan dalam konstruksi, pengerjaan logam, serta pengeboran minyak dan gas. China memproduksi sekitar 80% pasokan global pada tahun 2023.
Ini juga diyakini mengganggu ekspor Indium AS, yang penting dalam produksi layar ponsel dan TV. Termasuk telurium, bismut, serta molibdenum, yang penting untuk hal-hal seperti pengerjaan logam.
China adalah salah satu produsen utama semua bahan ini di dunia.
3.Penyelidikan ke Google hingga Calvin Klein
Regulator antimonopoli China juga mengumumkan penyelidikan terhadap Google milik Alphabet sambil memasukkan PVH Corp, perusahaan induk untuk berbagai merek termasuk Calvin Klein. Perusahaan bioteknologi Illumina juga masuk dalam daftar perusahaan potensial yang dapat menjadi sasaran sanksi.
4.Truk Listrik & Tesla
Truk listrik yang diimpor dari AS juga akan dikenakan tarif sebesar 10%. Ini diyakini berdampak pada Tesla, milik sekutu Trump, Elon Musk, yang telah mempromosikan truk listriknya di China.
China Masih Membuka Waktu Bernegosiasi dengan Trump?
Meski begitu, kepala ekonom untuk China di perusahaan keuangan Belanda ING, Lynn Song, menyebut pemerintah Xi Jinping tampaknya tengah memberi kesempatan pada diplomasi kedua negara. Sebagai informasi, Trump diperkirakan akan berbicara melalui telepon dengan Presiden China Xi Jinping minggu ini.
"Menunda penerapan tarif hingga 10 Februari akan memungkinkan para pemimpin tingkat atas untuk bertemu sebelum itu, yang masih menciptakan peluang bagi kedua belah pihak untuk mundur dari jurang dan meredakan situasi," katanya, seperti dikutip Al Jazeera.
Namun Julien Chaisse, seorang profesor di City University of Hong Kong yang mengkhususkan diri dalam hukum ekonomi internasional, mengatakan bahwa banyak hal akan bergantung pada AS. Terutama, bagaimana Trump memandang keputusan China untuk mengancam tarif pembalasan.
"Jika Trump melihat ini sebagai tantangan langsung, pemerintahannya dapat menanggapi dengan pembatasan perdagangan tambahan. Ini akan mengintensifkan konflik," katanya kepada laman yang sama.
"Jika pun diplomasi gagal dan China telah memberi respons yang cukup terukur".
Sementara itu, ekonom senior di bank investasi Natixis di Hong Kong, Gary Ng menilai respons China saat ini berbeda dengan tahun 2018. Ada kombinasi "kekuatan" China yang membuatnya bisa berunding dengan AS.
"Kali ini, ini adalah campuran tarif pada produk yang ditargetkan, kontrol ekspor, dan pembatasan akses pasar. Ini berarti China menggunakan perannya sebagai salah satu pasar dan produsen terbesar di dunia untuk berunding dengan AS," jelasnya.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Perang Dagang Memanas, AS Vs China Masuki Babak Baru
Next Article Genderang "Perang" Baru AS-China Mulai, Siap-Siap Xi Jinping Murka