Perang Dagang Memanas! China Balas Tarif AS dan Investigasi Google Cs

2 months ago 27

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia kian memanas setelah China resmi memberlakukan tarif balasan terhadap sejumlah impor dari Amerika Serikat (AS), sebagai respons terhadap tarif baru yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.

Langkah China ini terjadi hanya beberapa jam setelah tarif tambahan sebesar 10% yang dikenakan AS terhadap seluruh impor dari China mulai berlaku pada Selasa (4/2/2025), pukul 12:01 pagi waktu setempat.

Trump sebelumnya berulang kali memperingatkan bahwa Beijing tidak cukup serius dalam menghentikan aliran obat-obatan terlarang ke AS, khususnya fentanyl, opioid mematikan yang telah memicu krisis kesehatan di Amerika.

Sebagai tanggapan, Kementerian Keuangan China mengumumkan tarif sebesar 15% untuk batu bara dan gas alam cair (LNG) asal AS, serta tarif 10% terhadap minyak mentah, peralatan pertanian, dan beberapa jenis kendaraan.

Selain itu, Beijing juga mulai melakukan investigasi anti-monopoli terhadap Google, perusahaan induk Alphabet Inc, serta memasukkan PVH Corp-pemilik merek Calvin Klein-dan perusahaan bioteknologi AS, Illumina, ke dalam daftar entitas yang tidak dapat dipercaya.

Di saat yang sama, China memperketat kontrol ekspor atas sejumlah logam tanah jarang dan mineral penting lainnya yang sangat dibutuhkan untuk teknologi tinggi dan transisi energi bersih.

"Perang dagang ini masih berada di tahap awal, dan kemungkinan peningkatan tarif lebih lanjut masih sangat tinggi," tulis Oxford Economics dalam catatannya, seraya menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi China, dilansir Reuters.

Ancaman Trump

Dalam konferensi pers pada Senin, ia mengancam akan menaikkan tarif lebih lanjut jika Beijing tidak menghentikan ekspor fentanyl ke AS.

"China, semoga saja, akan berhenti mengirim fentanyl ke AS. Jika tidak, tarif akan naik secara signifikan," kata Trump.

Sementara itu, China bersikeras bahwa masalah fentanyl adalah masalah domestik AS, dan berencana menggugat kebijakan tarif AS ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) serta mengambil tindakan balasan lainnya. Namun, Beijing juga menyatakan masih membuka pintu untuk negosiasi.

Trump dijadwalkan berbicara langsung dengan Presiden China, Xi Jinping, akhir pekan ini dalam upaya mencari solusi, meskipun harapan akan tercapainya kesepakatan cepat masih diragukan.

"Berbeda dengan Kanada dan Meksiko, jauh lebih sulit bagi AS dan China untuk mencapai kesepakatan yang diinginkan Trump secara ekonomi maupun politik," kata Gary Ng, ekonom senior di Natixis, Hong Kong.

"Bahkan jika ada kesepakatan di beberapa sektor, tarif masih bisa digunakan sebagai alat tekanan secara berulang, yang menjadi faktor ketidakstabilan pasar tahun ini."

Prediksi Analis

Adapun langkah China yang langsung membalas AS cukup mengejutkan para analis yang sebelumnya sempat ragu Beijing akan langsung mengambil tindakan signifikan.

"Kami memperkirakan China tidak akan langsung melakukan pembalasan setelah kenaikan tarif sebesar 10%, tetapi akan tetap membuka pintu negosiasi dan kerja sama," tulis analis bank UBS dalam sebuah catatan, dilansir AFP.

"Kami tidak memperkirakan China akan mengikuti strategi yang sama seperti pada putaran pertama kenaikan tarif pada tahun 2018-2019."

Sementara itu, jika perang dagang baru meningkat, "tindakan dapat mencakup tarif, kontrol ekspor pada mineral penting yang penting untuk manufaktur AS, akses pasar terbatas bagi perusahaan AS yang beroperasi di Tiongkok, atau depresiasi yuan," kata Harry Murphy Cruise, kepala ekonomi China dan Australia di Moody's Analytics,

"Perang dagang balasan pada masa jabatan pertama Trump tidak menguntungkan siapapun; hal itu membuat perdagangan menjadi lebih mahal dan menghambat pertumbuhan di kedua negara," kata Murphy Cruise.

Untuk saat ini, analis percaya bahwa tindakan terbaru tidak akan terlalu berdampak.

"Tarif 10% bukanlah guncangan besar bagi ekonomi China," kata Zhang Zhiwei di Pinpoint Asset Management dalam sebuah catatan. "Hal itu tidak mungkin mengubah ekspektasi pasar terhadap prospek makro China tahun ini, yang telah memperhitungkan tarif yang lebih tinggi dari AS."


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Tarif Dimulai! Trump Pasang Tarif 25% ke Kanada-Meksiko

Next Article Efek Trump 2.0, Posisi RI Bakal Sulit di 2025

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|