Perang Saudara Menggila di Negara Muslim Ini, 65 Tewas dalam Sehari

2 months ago 28

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang saudara makin menggila di Sudan, negara dengan populasi Muslim besar. Pertempuran sengit terjadi di wilayah selatan dan barat, menewaskan sedikitnya 65 orang dan melukai lebih dari 130 orang pada hari Senin.

Di Kordofan Selatan, tembakan artileri di ibu kota negara bagian Kadugli menewaskan sedikitnya 40 orang dan melukai 70 orang. Kota yang dikuasai oleh tentara nasional Sudan, menjadi sasaran serangan Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan-Utara (SPLM-N), yang dipimpin oleh Abdel Aziz al-Hilu, yang juga memiliki pengaruh di negara bagian tersebut.

"Serangan Hilu terhadap warga sipil di Kadugli bertujuan untuk mengacaukan wilayah," kata Gubernur Mohamed Ibrahim, dikutip AFP, Selasa (4/2/2025).

Di wilayah barat Darfur, serangan udara militer terjadi di Nyala, menewaskan 25 orang dan melukai 63 orang pada hari Senin. Serangan itu menghantam "Cinema Distrik", sebuah wilayah di bawah kendali kelompok paramiliter bernama Pasukan ukungan Cepat (RSF).

RSF menyebut tentara Sudan menggunakan bom barel terhadap warga sipil di beberapa lingkungan di Nyala. RSF sendiri mengendalikan sebagian besar wilayah Darfur, termasuk Nyala, meski tentara nasional Sudan menguasai wilayah kecil di dekatnya bernama El-Fasher.

Sementara itu, badan migrasi PBB mengatakan pada hari Senin bahwa lebih dari 600.000 orang telah mengungsi dari Darfur Utara hanya antara bulan April 2024 dan Januari 2025. Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) melaporkan 95 insiden di seluruh Darfur Utara, lebih dari separuhnya terjadi di El-Fasher, selama periode ini.

"Insiden-insiden ini menyebabkan sekitar 605.257 orang (121.179 rumah tangga) mengungsi," kata laporan IOM.

Sudan telah terperosok dalam konflik sejak April 2023. Pertempuran, khususnya antara tentara reguler dan RSF, meningkat dalam beberapa minggu terakhir.

Perang saudara tersebut telah menewaskan puluhan ribu orang, mengungsikan lebih dari 12 juta orang, dan menghancurkan infrastruktur Sudan yang rapuh. Perang juga memaksa sebagian besar fasilitas kesehatan berhenti beroperasi.

"Wanita, anak-anak, dan pria Sudan membayar harga atas pertempuran yang terus berlanjut oleh pihak yang bertikai," kata juru bicara sekretaris jenderal PBB Stephane Dujarric.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Pesawat Jatuh Dekat Ladang Minyak di Sudan, 20 Orang Tewas

Next Article Perang Saudara Pecah di Negara Ini, Jet Tempur Bom Pasar-21 Tewas

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|