Siaga Bencana-Hujan Lebat! Kepala BMKG Ungkap Tanda-Tanda Awal Petaka

4 hours ago 1

Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan agar waspada ancaman cuaca ekstrem hingga tanggal 6 Februari 2025.

Disebutkan, BMKG mengidentifikasi berbagai fenomena atmosfer yang memengaruhi cuaca di Indonesia.

Untuk itu, BMKG mengimbau tetap tenang dan siaga menghadapi perubahan cuaca ekstrem, serta pahami langkah evakuasi jika diperlukan. BMKG pun berjanji akan memperbaru informasi sesuai dengan perkembangan cuaca terbaru.

Menghadapi potensi cuaca ekstrem, BMKG mengimbau masyarakat untuk:

- Waspada terhadap kemungkinan hujan lebat yang disertai petir
- Berhati-hati terhadap jalanan licin yang berpotensi membahayakan keselamatan
- Siap siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, yang dapat terjadi kapan saja
- Memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG, seperti https://www.bmkg.go.id/.

Waspadai Bencana, Ini Tanda-Tanda Awalnya

Plt Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memperingatkan masyarakat agar waspada dan langsung bertindak jika muncul tanda-tanda awal bencana saat cuaca ekstrem melanda. Hal itu disampaikannya saat konferensi pers "Potensi Cuaca Ekstrem di Wilayah Indonesia", Sabtu (1/2/2025).

Menurutnya, dalam sepekan terakhir tercatat curah hujan sangat lebat hingga ekstrem terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Di antaranya, 229 mm/hari di Kalimantan Timur, 192 mm/hari di Sulawesi Tengah (26/1/25), 154 mm/hari di Kepri (27/1/25), dan 264 mm/hari di sekitar wilayah Jabodetabek (28/1/25).

"Masyarakat yang berada di daerah rawan bencana diimbau untuk lebih waspada terhadap kemungkinan cuaca ekstrem. Tetaplah mengikuti informasi terbaru dari BMKG guna memperkuat langkah antisipasi dan meminimalkan risiko bencana hidrometeorologi," kata Dwikorita, dikutip dari situs resmi BMKG, Senin (3/2/2025).

"Dan, mewaspadai apabila terjadi tanda-tanda lereng akan longsor, segera menghindar dari lereng dan melapor ke aparat yang berwenang untuk segera dilakukan pengamanan lokasi. BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan terus memantau perkembangan informasi cuaca terbaru sebagai langkah antisipasi terhadap potensi dampak yang mungkin terjadi," tambahnya.

Dia juga meminta pemerintah daerah, pihak terkait, dan masyarakat untuk siap siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor.

"Adapun tindakan yang perlu dilakukan untuk antisipasi longsor ialah menghindari berada di kawasan rawan tanah longsor mulai saat hujan, tidak mengganggu/ melakukan penggalian pada lereng-lereng di kawasan rawan tanah longsor," katanya.

"Karena usaha mitigasi bencana hidrometeorologi yang sesungguhnya adalah mengenali perkembangan cuaca dan lingkungan di sekitar tempat tinggal kita," tegas Dwikorita.

Sebelumnya, dalam Rapat Koordinasi Antisipasi Bencana Hidrometeorologi di Kantor Gubernur Prov. Jawa Tengah pada Senin, (27/01/2025), Dwikorita juga mengingatkan pentingnya pemahaman terhadap tanda-tanda awal bencana.

"Jika melihat gejala seperti tanah retak, rembesan air, atau pohon yang tiba-tiba miring, segera laporkan ke aparat berwenang untuk langkah evakuasi," ungkapnya.

Peringatan Dini Cuaca Berlaku 3-6 Februari 2025

Pada akhir Januari hingga awal Februari, angin Monsun Asia menjadi faktor utama yang meningkatkan curah hujan. Hujan juga dipengaruhi oleh Madden Julian Oscillation (MJO) yang berada di fase 4 (Samudra Hindia Barat), La Nina yang lemah, serta aktivitas gelombang atmosfer yang mendukung pertumbuhan awan konvektif.

MJO diperkirakan berdampak pada wilayah utara Indonesia, seperti Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Maluku Utara.

Sementara itu, gelombang Rossby Ekuator terdeteksi di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, yang turut meningkatkan curah hujan.

Gelombang Kelvin juga diperkirakan terjadi di beberapa wilayah, termasuk Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi, yang berkontribusi dalam pembentukan awan hujan menjelang awal Februari.

Dalam beberapa hari terakhir, seruakan udara dingin yang signifikan diperkirakan akan berpotensi mencapai wilayah barat Indonesia. Fenomena ini merupakan aliran udara dingin dari Siberia menuju ekuator dan berpotensi memicu cuaca ekstrem, seperti hujan deras dan angin kencang di berbagai daerah.

Selain itu, sirkulasi siklonik terpantau di Samudra Hindia selatan Jawa, utara Kalimantan, dan Laut Australia, menciptakan daerah konvergensi di Lampung hingga barat Jawa, Maluku, Maluku hingga Papua selatan, serta Kalimantan Utara. Pola belokan angin yang terjadi dari Sumatra Selatan hingga Papua juga meningkatkan kemungkinan terbentuknya awan hujan.

"Kombinasi seruakan udara dingin, sirkulasi siklonik, konvergensi, dan belokan angin ini mendukung peningkatan curah hujan di berbagai wilayah, seperti Aceh, Sumatra Utara, Lampung, DKI Jakarta, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua," tulis BMKG dalam keterangan di situs resmi, dikutip Senin (3/2/2025).

"Dengan fenomena ini, masyarakat diimbau untuk waspada terhadap potensi cuaca ekstrem di berbagai daerah di Indonesia," lanjut BMKG.

BMKG memprediksi, selama Periode 3-6 Februari 2025 di Indonesia umumnya hujan ringan.

Sementara itu, hujan dengan intensitas sedang hingga ekstrem yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, berpotensi terjadi di:

Hujan Sedang - Lebat

Aceh, Sumatra Barat, Kep. Riau, Sumatra Selatan, Bengkulu, Lampung, DI Yogyakarta, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.

Hujan Lebat - Sangat Lebat

Jawa Timur, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Selatan.

Hujan Sangat Lebat - Ekstrem

Maluku.

Potensi Angin Kencang

Riau, Kep.Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Banten, DK Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Selatan.

Warga menilik salah satu rumah terdampak banjir bandang di Kecamatan Wera, Kabupaten BIma, Nusa Tenggara Barat pada Senin (3/2). (Dok. BPBD Kabupaten Bima)Foto: Warga menilik salah satu rumah terdampak banjir bandang di Kecamatan Wera, Kabupaten BIma, Nusa Tenggara Barat pada Senin (3/2). (Dok. BPBD Kabupaten Bima)
Warga menilik salah satu rumah terdampak banjir bandang di Kecamatan Wera, Kabupaten BIma, Nusa Tenggara Barat pada Senin (3/2). (Dok. BPBD Kabupaten Bima)


(dce/dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Alasan Warga RI Disebut "Kurang" Sadar Ancaman Cuaca Ekstrem

Next Article Video: Musim Hujan Dimulai, BMKG Waspadai Potensi Hujan Es

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|