Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah fakta memperlihatkan bagaimana beberapa negara Asia kini mulai mengintensifkan militernya. Dalam update terbaru misalnya, setidaknya tiga laporan yang mengindikasikan hal tersebut.
India kemarin meneriakkan bagaimana negeri itu sukses menguji coba rudal hipersonik sementara tetangga RI, Filipina, menandatangani kesepakatan intelijen militer dengan Amerika Serikat (AS). Di sisi lain, AS, Jepang dan Australia juga memperkuat kerja sama militer.
India Uji Coba Rudal Hipersonik
India dilaporkan telah menguji rudal hipersonik pertamanya. Rudal negara tetangga Asia RI tersebut ditembakkan dari Pulau Abdul Kalam di lepas pantai timur pada akhir pekan kemarin.
"India telah mencapai tonggak penting dengan berhasil melakukan uji coba penerbangan rudal hipersonik jarak jauh," kata Menteri Pertahanan Rajnath Singh dalam sebuah pernyataan pada Minggu, seperti dikutip AFP.
"Ini adalah momen bersejarah dan pencapaian signifikan ini telah menempatkan negara kita dalam kelompok negara terpilih yang memiliki kemampuan teknologi militer yang sangat penting dan canggih," tambah Singh.
Secara rinci, gambar video dirilis oleh Organisasi Penelitian dan Pengembangan Pertahanan (DRDO) India. Ditunjukkan bagaimana rudal ramping melesat ke langit malam diikuti oleh gelombang api.
Hipersonik adalah batas baru dalam teknologi rudal, karena terbang lebih rendah dan lebih sulit dideteksi daripada rudal balistik. Senjata ini dapat mencapai target lebih cepat dan dapat diperintahkan untuk mengubah target di tengah penerbangan.
Peluncuran hipersonik India dilakukan beberapa hari setelah China memamerkan jet tempur siluman J-35A dan pesawat nirawak serang baru. Ini juga termasuk peluncuran perdana sistem rudal permukaan-ke-udara HQ-19, yang dirancang untuk mencegat rudal balistik dan kendaraan luncur hipersonik.
Perlu diketahui, New Delhi telah memperdalam kerja sama pertahanan dengan negara-negara Barat dalam beberapa tahun terakhir, termasuk bergabung dalam aliansi Quad dengan AS, Jepang, dan Australia.
Tapi di sisi lain, India juga merupakan pembeli utama perangkat keras militer Rusia, termasuk sistem pertahanan rudal S-400 Moskow, meskipun ada ancaman sanksi AS atas kesepakatan bernilai miliaran dolar itu.
Kerja Sama Intelijen Filipina & AS
Sementara itu, Filipina dan AS menandatangani kesepakatan pembagian intelijen militer pada hari Senin. Ini memperdalam hubungan pertahanan antara kedua negara yang menghadapi "tantangan keamanan" bersama di kawasan tersebut.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menandatangani langsung perjanjian dengan mitranya dari Filipina, Gilberto Teodoro, di markas militer Manila. Keduanya juga meresmikan pembangunan pusat koordinasi yang akan memfasilitasi kolaborasi antara angkatan bersenjata mereka.
Disebut Perjanjian Keamanan Umum Informasi Militer (GSOMIA), pakta tersebut memungkinkan kedua negara untuk berbagi informasi militer rahasia dengan aman. Perlu diketahui, keterlibatan keamanan antara AS dan Filipina telah semakin dalam di bawah Presiden Joe Biden dan Presiden Ferdinand Marcos Jr, dengan kedua pemimpin sepakat melawan apa yang mereka lihat sebagai "kebijakan agresif China di Laut Cina Selatan (LCS) dan dekat Taiwan".
"Ini tidak hanya akan memungkinkan Filipina mengakses kemampuan yang lebih tinggi dan barang-barang mahal dari as, tetapi juga akan membuka peluang untuk mengejar perjanjian serupa dengan negara-negara yang berpikiran sama," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Filipina Arsenio Andolong.
China sendiri melalui Kementerian Luar Negeri mengatakan Senin bahwa segala jenis perjanjian militer atau kerja sama keamanan tidak boleh ditujukan terhadap atau merugikan kepentingan pihak ketiga. Termasuk tidak boleh merusak perdamaian regional atau memperburuk ketegangan di kawasan.
"Satu-satunya pilihan yang tepat untuk menjaga keamanan nasional dan menjaga perdamaian serta stabilitas di kawasan ini adalah dengan mematuhi hubungan bertetangga yang baik dan otonomi strategis," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian.
AS dan Filipina memiliki perjanjian pertahanan bersama yang dimulai sejak tahun 1951. Perjanjian ini dapat diberlakukan jika salah satu pihak diserang, termasuk di LCS.
AS, Jepang dan Australia
Di sisi lain, Australia, Jepang, dan AS berkomitmen untuk kerja sama militer yang lebih erat dalam melatih pasukan mereka, Minggu. Ini pun terkair hubungan mereka dalam upaya untuk melawan kekuatan militer China.
Menteri Pertahanan Australia Richard Marles menjamu Lloyd Austin dan Menteri Pertahanan Jepang Gen Nakatani dalam pertemuan trilateral, yang pertama diadakan di Australia. Berdasarkan perjanjian baru tersebut, Brigade Penyebaran Cepat Amfibi Jepang- unit marinir elit- akan dikerahkan ke Darwin untuk bekerja dan berlatih secara teratur bersama pasukan Australia dan AS.
"Ini adalah pernyataan yang sangat penting bagi kawasan dan dunia tentang komitmen yang dimiliki ketiga negara kita dalam bekerja sama satu sama lain," kata Marles.
"Ini akan membangun interoperabilitas antara ketiga negara kita," tambahnya.
Austin mengatakan kemitraan tersebut akan meningkatkan kegiatan pengawasan dan pengintaian intelijen antara ketiga negara. Mereka menegaskan kemitraan akan memajukan tujuan untuk Indo Pasifik yang aman dan damai.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Militer AS & Korea Selatan Kompak Latihan Gabungan
Next Article Awas Perang Asia Pecah, 36 Jet Tempur China 'Kepung' Taiwan