Simak! Aturan Investasi yang Bikin Warren Buffett Kaya Raya dari Saham

3 days ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor sukses yang berhasil mendulang kekayaan dari investasi saham, yaitu Warren Buffett memiliki satu kata-kata mutiaranya dalam berinvestasi yang paling terkenal.

Strategi investasi Buffett menonjol karena penolakannya terhadap kerugian. Alih-alih menerima kerugian, ia cenderung melipatgandakan posisinya atau bahkan meningkatkan investasinya ketika posisi tersebut bertentangan dengannya.

"Aturan pertama dalam sebuah investasi adalah jangan sampai kehilangan [uang]. Dan aturan kedua dalam sebuah investasi adalah jangan melupakan aturan pertama. Dan hanya itulah aturan yang ada," begitulah kutipan tersebut, dilansir dari Yahoo Finance.

Tidak ada seorang pun yang ingin mengalami kerugian finansial. Namun dengan mengambil risiko yang telah diperhitungkan dan berinvestasi pada perusahaan yang menjanjikan, masyarakat mempunyai potensi untuk memperoleh keuntungan yang signifikan.

Bahkan Berkshire Hathaway Inc. awalnya kalah taruhan. Buffett membeli sebuah perusahaan tekstil, karena mengira itu adalah harga yang murah.

Dalam rekaman wawancara dengan Becky Quick dari CNBC, Buffett secara terbuka membahas keputusannya yang disesalkan pada tahun 1964 untuk mengakuisisi Berkshire Hathaway, sebuah perusahaan tekstil yang sedang merosot dan berbasis di Massachusetts.

Buffett dengan jujur menyebut langkah ini sebagai kesalahan senilai US$200 miliar dan salah satu iinvestasi terburuk yang pernah dia lakukan.

Meskipun menyadari keadaan yang tidak menguntungkan sejak awal, Buffett bertahan selama sekitar 20 tahun, didorong oleh tekadnya untuk tidak mudah menyerah.

Buffett membenarkan keputusan untuk menutup operasi tekstil dengan mempertimbangkan biaya yang harus dikeluarkan. Bisnis yang sedang mengalami kesulitan ini memerlukan investasi besar agar tetap kompetitif, namun keuntungan yang diperoleh akan lebih lemah jika dibandingkan dengan lini bisnis Berkshire lainnya yang sedang berkembang pada saat itu.

Buffett percaya bahwa memilih untuk berinvestasi akan menghasilkan keuntungan yang buruk, sementara menolak berinvestasi akan membuat perusahaan menjadi tidak kompetitif. Dalam suratnya kepada pemegang saham pada tahun 1985, dia menyebut keputusan sulit itu sebagai "pilihan yang menyedihkan".

Setelah membuat keputusan, akhirnya Berkshire Hathaway bertransformasi dari bisnis tekstil yang merugi menjadi perusahaan induk yang terdiversifikasi senilai US$755 miliar saat ini.

Saat mengevaluasi investasi potensial, dia dan mitranya mempertimbangkan keunggulan kompetitif perusahaan dan kemampuannya mempertahankan keunggulan tersebut dalam jangka panjang. Mereka mencari bisnis yang mereka yakini akan mempertahankan kekuatan dan profitabilitasnya selama lima, 10, atau 20 tahun.

Strategi ini menjadi populer belakangan ini seiring dengan penurunan pasar baru-baru ini dan pertumbuhan investasi pada bisnis swasta dan startup. Pasar yang sedang lesu baru-baru ini menyebabkan sejumlah merek bernilai miliaran dolar mencapai titik terendah baru pada beberapa perusahaan seperti Meta Platforms, Inc. dan Netflix Inc.

Perusahaan-perusahaan ini mengalami penurunan lebih dari 70% sebelum kembali naik ke level tertinggi sepanjang masa. Demikian pula, munculnya platform crowdfunding ekuitas seperti StartEngine memungkinkan investor untuk berinvestasi di perusahaan rintisan dan perusahaan yang sedang berkembang pada tahap awal.

Jenis investasi ini membuat investor bertahan selama beberapa tahun di perusahaan tahap awal yang mereka percayai. Kemudian setelah mereka IPO, investor sering kali melihat keuntungan besar.

Filosofi investasi Buffett yang sering disebut sebagai value investor telah berhasil diterapkan di berbagai bidang. Misalnya, dia mengakuisisi See's Candies pada tahun 1972 dan menginvestasikan lebih dari US$ 1 miliar di saham The Coca-Cola Co. pada tahun 1988, yang keduanya ternyata memberikan keuntungan berlipat-lipat pada hari ini.


(haa/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Ekonom Bongkar "Siasat" RI Tangkal Efek Proteksionisme Trump

Next Article IHSG Kembali Ditutup Melemah, Akhiri Tren Positif

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|