Smelter Nikel RI Tak Dibatasi, Siap-Siap Harga Bisa Ambruk!

11 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah dinilai perlu membatasi pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel kelas dua, yaitu untuk produk Nickel Pig Iron (NPI) dan Feronikel (FeNi). Sebab, dengan jumlah smelter yang semakin banyak, akan berdampak pada harga jual produk nikel di pasar global.

Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso menilai bahwa pembatasan smelter nikel sangat penting untuk dilakukan guna menjaga stabilitas harga nikel. Sebab, dengan pasokan yang cukup melimpah, hal itu akan berdampak pada anjloknya harga nikel di pasar global.

Menurut dia, bila ini terjadi, maka ini bisa membuat biaya produksi smelter yang dilakukan perusahaan menjadi tidak ekonomis. Bahkan, dengan harga nikel yang anjlok sekarang ini, hampir tidak bisa menutup biaya produksi dari smelter.

Adapun, maksud Hendi, pembatasan pembangunan smelter ditujukan untuk smelter nikel kelas dua. Terutama, smelter nikel yang menghasilkan produk Nickel Pig Iron (NPI) dan Feronikel (FeNi).

"Kalau oversupply seperti yang sudah terjadi di feronikel, harganya jatuh, karena oversupply yang secara tidak langsung dan tidak sengaja mungkin dilakukan, sehingga sekarang harga feronikel itu hampir tidak bisa menutup biaya produksi," kata Hendi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XII DPR RI, Rabu (4/12/2024).

Sebelumnya, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung membeberkan alasan merosotnya harga nikel dunia pada level US$ 16.000-an per ton. Harga nikel dunia sempat menyentuh US$ 21.000 per ton pada Mei 2024 lalu. Bahkan, harga nikel dunia sempat mengalami kenaikan yang signifikan hingga US$ 50.000 per ton pada tahun 2022.

Kemungkinan, kata dia, turunnya harga nikel saat ini salah satunya disebabkan kelebihan pasokan nikel dunia yang tidak diimbangi oleh permintaan akan nikel itu sendiri.

"Jadi, untuk jatuh harga, ini kan supply and demand. Jadi, kalau kita lihat dari industri, seharusnya kita harus mengidentifikasi untuk apa permasalahan jatuhnya harga nikel. Jadi, salah satunya mungkin itu kelebihan supply," jelasnya saat ditemui di sela acara ASEAN Mining Conference (AMC), di Meru Sanur, Bali, dikutip Selasa (19/11/2024).

Indonesia sendiri tercatat sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia. Dengan begitu, ke depan pemerintah akan melakukan evaluasi termasuk pasokan yang ada di pasar saat ini hingga kebutuhan industri akan nikel secara global.

"Jadi, untuk kelebihan supply, itu nanti kita akan lihat, itu kebijakan, nanti Pak Dirjen (Minerba) itu juga akan lakukan evaluasi, termasuk supply dari lapangan, kemudian dari industri smelternya sendiri, kemudian kebutuhan industri secara global kira-kira bagaimana," tandasnya.


(wia)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Tambang RI di Lelang, Ada yang Gak Laku & Terseret KPK

Next Article Bos MIND ID: Indonesia Bisa Jadi Pengatur Harga Timah Dunia

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|