Alasan Sebenarnya Elon Musk Dukung Donald Trump Mati-matian Terungkap

1 month ago 18

Jakarta, CNBC Indonesia - Elon Musk menjadi sorotan setelah Donald Trump memenangkan Pemilu AS. Orang terkaya di dunia tersebut terang-terangan mendukung Trump, bahkan sampai menggelontorkan uang lebih dari US$100 juta melalui komite politik America PAC yang ia bentuk untuk memenangkan kandidat dari Partai Republik.

Beberapa politikus Republik memberikan kredit ke Musk atas kemenangan Trump melawan Kamala Harris dari Partai Demokrat. Trump sendiri memuja-muji Musk dalam pidato kemenangannya. Ia menyebut Musk sebagai "bintang baru" yang harus dijaga sebagai aset negara.

Dikutip dari Inc, Jumat (8/11/2024), Musk sudah meminta imbalan dari Trump untuk kepentingan bisnisnya yang bergerak di berbagai sektor, mulai dari mobil listrik dan robot (Tesla), roket dan satelit (SpaceX), hingga media sosial (X).

Permintaan khusus itu dilayangkan sebelum Trump dinyatakan menang dalam Pemilu AS, menurut laporan New York Times.

"Musk meminta Trump merekrut beberapa karyawan SpaceX untuk posisi krusial di pemerintahan, termasuk di Departemen Kehakiman AS (DOJ), jika menang Pemilu AS," tertera dalam laporan tersebut.

Sebagai informasi, SpaceX memiliki kepentingan besar dengan pemerintah AS terkait kontrak untuk peluncuran roket satelit di luar angkasa dan lisensi menggelar internet berbasis satelit Starlink di area pinggiran AS.

Namun, belakangan beberapa kontrak SpaceX dengan pemerintah yang bernilai miliaran dolar AS terancam.

Salah satunya kontrak senilai US$4,4 miliar di bawah misi NASA ke Bulan yang disebut menghabis-habiskan anggaran. Selain itu, ada juga kontroversi permintaan subsidi hampir US$900 juta yang ditolak oleh Komisi Komunikasi Federal (FCC) untuk menyediakan akses internet satelit ke komunitas pedesaan AS.

Menempatkan dua karyawan top SpaceX pada posisi strategis di DOJ diharapkan dapat memuluskan kepentingan Musk terhadap kontrak dan pendanaan dari pemerintah.

Selain SpaceX, Tesla juga menerima keuntungan miliaran dolar AS setiap tahun dari kredit karbon dan keringanan pajak pembeli mobil listrik. Untuk menjaga hal ini, atau bahkan mungkin memperluas manfaatnya, Musk ingin menempatkan orang-orang dekatnya di pemerintahan Trump.

"Memiliki teman baik di Gedung Putih akan jadi hal yang sangat menguntungkan Tesla dan SpaceX," kata Scott Amey, General Counsel di pengawas kontrak federal Project on Government Oversight, kepada New York Times.

"Kita patut khawatir dengan keputusan-keputusan yang tidak menguntungkan pembayar pajak, ketika ada hubungan dekat antara pemerintah dan pebisnis," ia menuturkan.

Pertanyaannya, apakah Trump bersedia membayar utang budi ke Musk sebesar itu? Melihat rekam jejaknya, sepertinya bukan hal yang tak mungkin.

Sejak kalah pada Pemilu 2020, Trump beberapa kali menyerang kebijakan pemerintahan Biden terkait pendanaan dan promosi teknologi energi hijau.

Sebagai bagian dari itu, Trump berjanji akan memangkas keringanan pajak US$7.500 untuk pembeli mobil listrik, yang tentunya menjadi mimpi buruk bagi Tesla. Namun, ketika Musk mendeklarasikan dukungan penuhnya bahkan lewat cara propaganda di media sosial X, Trump tampak melunak.

"Saya mendukung mobil listrik," kata Trump pada Agustus lalu, sebulan setelah Musk menyatakan dukungannya.

"Saya harus [mendukung mobil listrik] karena Elon mendukung saya sepenuhnya," ia menuturkan.

Pada bulan lalu dalam kampanye Trump di Madison Square Garden, Musk juga menegaskan kembali kebersediaannya untuk mengepalai 'Departemen Efisiensi Pemerintah' yang direncanakan Trump.

Organisasi itu memiliki misi untuk mengidentifikasi dan memangkas pengeluaran di lembaga pemerintah.

Musk mengatakan rencananya saat mengepalai organisasi itu. Ia ingin memangkas setidaknya US$2 triliun dari total anggaran fiskal 2024 sebesar US$6,75 triliun.

Beberapa pakar mengatakan intensi sebenarnya Musk untuk mendapat posisi itu adalah memeras dan mereduksi kekuasaan lembaga-lembaga federal.

Namun, jika nantinya bukan Musk yang mendapatkan posisi di pemerintahan, melainkan 'orang dekatnya', maka sosok miliarder itu tak perlu pusing bertentangan dengan banyak pihak. Namun, ia bisa tetap meraup keuntungan untuk bisnisnya.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Jika Trump Menang, China Terancam Dalam Sektor Teknologi

Next Article Komentar Tak Terduga Elon Musk Usai Donald Trump Ditembak

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|