Jakarta, CNBC Indonesia - Untuk mendukung visi Indonesia Emas, pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) merancang strategi ambisius, terutama di sektor perdagangan dan ekspor. Hal ini juga sejalan dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8%, sebagaimana yang dicanangkan Presiden RI Prabowo Subianto.
Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BK Perdag) Kemendag Fajarini Puntodewi mengungkapkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2025 berada di angka 3,2%, sedikit lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya sebesar 3,3%, menurut laporan terbaru IMF. Namun demikian, sektor perdagangan global diperkirakan tumbuh lebih tinggi, mencapai 3,4%, dibandingkan tahun 2024 yang hanya sebesar 3,1%.
"Sementara untuk Indonesia, jika melihat proyeksi World Bank dan IMF, proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2025 mencapai 5,1%, meningkat dari 5% di tahun 2024," ungkap Punto dalam Gambir Trade Talk ke-17 di Jakarta, Selasa (19/11/2024).
Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% sebagaimana yang dicanangkan Presiden Prabowo, Kemendag telah menetapkan peta jalan untuk mendorong ekonomi melalui peningkatan ekspor. Pada 2025 target pertumbuhan ekspor ditetapkan di kisaran 7,1% sampai dengan 9,6% di akhir periode tahun 2029.
"Nah ini merupakan satu target yang cukup luar biasa, karena kalau kita melihat di tahun ini, (per) Oktober 2024 itu ekspor kita naik sebesar 1,3%. Tetapi pertumbuhan ekspor di bulan Januari-Oktober 2024 secara kumulatif ini sebesar satu koma sekian persen. Ini masih cukup baik dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya, dimana ekspor kumulatif kita itu tumbuh sebesar 0,3%," ujarnya.
Meski demikian, Punto mengaku optimistis surplus neraca perdagangan tetap dapat terjaga hingga akhir 2024. "Optimis di akhir tahun 2024 target neraca perdagangan surplus tetap tercapai dan juga masih terjadi peningkatan ekspor," tambahnya.
Adapun salah satu strategi yang dilaksanakan Kementerian Perdagangan di dalam memperluas pasar ekspornya, yaitu dengan melakukan perundingan perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/FTA)."Jadi sekarang ini PR-nya kita dengan Uni Eropa ya, dengan Uni Eropa itu harapannya kuartal 1 tahun depan atau mungkin akhir tahun ini sudah bisa diselesaikan.
Demikian juga dengan perundingan lainnya yang sedang berlangsung, yaitu dengan Peru kemudian dengan Kanada," ucap Punto.
Punto mengungkapkan, saat ini Indonesia memiliki 11 perjanjian perdagangan bebas bilateral. "Kalau dilihat dari data statistik, hampir 87% ekspor kita itu berasal dari negara-negara mitra yang memiliki perjanjian perdagangan bebas ini," ungkap dia.
"Kemudian tren ekspor dengan negara-negara ini juga meningkat ya. Ada 11 negara semuanya meningkat kecuali dengan Palestina. Jadi itu merupakan satu variabel yang cukup baik untuk Indonesia, untuk membuka akses pasarnya ke negara-negara lain yang masih punya potensi untuk menerima produk-produk kita. Karena memang diversifikasi pasar ini tentu cukup bagus untuk memperluas dan memperlebar pangsa produk Indonesia secara global," pungkasnya.
(dce)
Saksikan video di bawah ini:
Prabowo: Pertumbuhan Yang Tak Dirasakan Rakyat Adalah Wujud Kegagalan
Next Article Mendag: Indonesia Harus Kuasai Pasar Perdagangan Dunia