Jakarta, CNBC Indonesia - Kelompok kriminal atau gangster kembali beraksi di Haiti. Pada akhir pekan kemarin, geng Wharf Jeremie melakukan pembantaian terhadap warga di wilayah Cite Soleil dan menewaskan 180 orang karena dugaan ilmu santet.
Dalam sebuah keterangan, Senin (9/12/2024), Kantor Perdana Menteri (PM) Haiti menyebutkan bahwa para korban sebagian besar adalah orang tua. Lembaga negara itu mengatakan akan mengambil langkah serius dengan melumpuhkan para gangster.
"Garis merah telah dilanggar. Kami akan memobilisasi semua pasukan untuk melacak dan memusnahkan mereka yang bertanggung jawab, termasuk pemimpin geng Wharf Jeremie, Monel 'Mikano' Felix, yang dituduh merencanakan serangan tersebut," tutur Kantor PM Haiti dikutip Reuters.
National Human Rights Defense Network (RNDDH), sebuah LSM di Haiti yang memantau lembaga-lembaga negara dan mempromosikan pendidikan hak asasi manusia, mengatakan pada Minggu bahwa sedikitnya 110 orang, semuanya berusia di atas 60 tahun, telah tewas di Cite Soleil selama akhir pekan.
Kemudian dikatakan bahwa jumlah korban tewas bisa lebih tinggi. Ini mengutip keterangan para saksi yang mengatakan bahwa 'mayat-mayat yang dimutilasi dibakar di jalan-jalan, termasuk beberapa orang muda yang tewas saat mencoba menyelamatkan penduduk'.
"Felix dari Wharf Jeremie memerintahkan kekerasan tersebut setelah anaknya jatuh sakit, dan setelah meminta nasihat dari seorang pendeta voodoo yang menuduh orang-orang tua di daerah tersebut menyakiti anak tersebut melalui ilmu santet. Kelompok tersebut mengatakan anak Felix telah meninggal pada Sabtu sore," ujar LSM itu.
Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stephane Dujarric, menegaskan bahwa jumlah korban tewas pada akhir pekan itu sedikitnya 184 orang. Ini termasuk 127 orang lanjut usia.
"Sekretaris Jenderal menegaskan kembali seruannya yang mendesak kepada Negara Anggota untuk menyediakan misi Dukungan Keamanan Multinasional dukungan finansial dan logistik yang dibutuhkan untuk membantu Kepolisian Nasional Haiti dengan sukses," katanya.
Cite Soleil adalah daerah kumuh padat penduduk di dekat pelabuhan Ibu Kota Port-au-Prince. Wilayah ini merupakan salah satu daerah termiskin dan paling berbahaya di Haiti.
Kontrol geng yang ketat, termasuk pembatasan penggunaan telepon seluler, telah membatasi kemampuan penduduk di Cite Soleil dan sebagian Haiti untuk berbagi informasi tentang pembantaian tersebut.
Pemerintah, yang terpecah belah karena pertikaian politik, telah berjuang untuk menahan kekuatan geng yang semakin besar di dalam dan di sekitar ibu kota. Kelompok bersenjata tersebut dituduh melakukan pembunuhan tanpa pandang bulu, pemerkosaan massal, penculikan untuk tebusan, dan memicu kekurangan pangan yang parah.
Pada bulan Oktober, geng Gran Grif mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan sedikitnya 115 orang di Pont-Sonde, sebuah kota di wilayah Artibonite yang merupakan lumbung pangan Haiti. Mereka mengatakan bahwa itu adalah pembalasan atas penduduk yang membantu kelompok bela diri menghalangi operasi mereka di jalan tol.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Lagi & Lagi! AS Veto Resolusi DK PBB Soal Gencatan Senjata Gaza
Next Article Truk Tangki BBM Meledak! 16 Orang Dinyatakan Tewas, 40 Luka-Luka