Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hadir dalam pembukaan perdagangan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam pidatonya, Mahendra mengungkapkan beberapa hal terkait kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), bursa global hingga kondisi perekonomian nasional dan dunia.
Berikut pidato lengkap Mahendra Siregar, Kegiatan pembukaan perdagangan perdana Bursa Efek Indonesia ini merupakan kegiatan awal tahun yang memiliki makna penting. Momentum ini menjadi awal dukungan yang baik bagi aktivitas pasar modal di tahun yang baru, tetapi juga menjadi penguat komitmen bersama menjaga integritas, stabilitas, dan daya saing pasar modal Indonesia di tengah tantangan ekonomi global.
Kondisi ketidakpastian dunia sesungguhnya menjadi peluang besar bagi pasar modal Indonesia menunjukkan resiliensi-nya yang tinggi, sebagai cerminan perekonomian nasional dan kinerja perusahaan-perusahaan tercatat Indonesia.
Pembukaan perdagangan di awal tahun merupakan sarana kami mendengarkan arahan Bapak Presiden melalui Ibu Menteri Keuangan, khususnya terkait sektor jasa keuangan termasuk industri pasar modal, dapat berperan lebih aktif mendukung berbagai program strategis pemerintah dan target pertumbuhan ekonomi nasional.
Selaras dengan kinerja perekonomian nasional, berbagai indikator kinerja Pasar Modal Indonesia tahun 2024 menunjukkan pertumbuhan cukup baik
IHSG tahun 2024 ditutup pada tanggal 30 Desember di level 7.079,91, yang walaupun turun 2,6% dari tahun lalu, namun di atas level terendah 6,726,92 pada 19 Juni 2024. Rentang besar antara tingkat tertinggi dan terendah indeks di tahun 2024 merefleksikan volatilitas pasar modal global sebagai dampak perkembangan perekonomian dunia
Nilai kapitalisasi pasar IHSG mencapai Rp12,3 ribu triliun atau tumbuh 6%, yang apabila dibandingkan dengan ekonomi nasional sudah mencapai 56% dari PDB.
Dari aktivitas penghimpunan dana di Pasar Modal, hingga 31 Desember 2024 telah tercatat 199 penawaran umum dengan total nilai penghimpunan dana mencapai Rp259,24 triliun, termasuk 43 Emiten baru dengan nilai IPO sebesar Rp16,68 triliun dan PUPS senilai Rp41,77 triliun.
Pada Bursa Karbon, sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 27 Desember 2024, tercatat volume transaksi mencapai 908 ribu ton CO2 ekuivalen, dengan total nilai transaksi akumulasi mencapai Rp50,64 miliar. Hingga saat ini, sebanyak 100 perusahaan telah berpartisipasi sebagai pengguna jasa.
Jumlah Single Investor Identification (SID) mencapai 14,8 juta, atau meningkat 22,21% ytd dan melebihi target pencapaian SID pada tahun 2024.
Namun demikian, kita juga melihat masih banyak ruang perbaikan yg harus dilakukan. Indeks LQ45 yang berisi saham-saham perusahaan terbesar dan paling likuid serta biasanya menjadi rujukan investasi Fund Manager global dan domestik, melemah 15,6%. Kontribusi pasar saham terhadap PDB, walau tumbuh masih berada di bawah negara kawasan seperti India sebesar 140%, Thailand sebesar 101% dan Malaysia sebesar 97% dari PDB.
Sementara itu walau dari sisi jumlah IPO Indonesia konsisten masuk dalam 10 terbesar secara global dalam beberapa tahun terakhir, namun dari nilai IPO masih relatif kecil di kawasan. Hal serupa juga dapat kita lihat bahwa dibandingkan dengan populasi dewasa, jumlah investor di pasar modal mencapai 7,4%.
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa untuk merealisasikan ruang dan potensi pertumbuhan PM yang masih sangat besar diperlukan perkuatan ekosistem pasar modal Indonesia, termasuk terkait dengan aspek integritas pasar yang menjadi landasan utama terciptanya a well functioning and efficient capital market.
Kinerja Pasar Modal yang positif merupakan modal penting bagi kita untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun demikian, terdapat isu-isu struktural yang dapat menghambat optimalisasi potensi pasar modal mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, di antaranya pasar yang kurang dalam sehingga memiliki volatilitas yang tinggi, issuers dan produk keuangan yang masih terbatas, basis investor baik institusional dan retail yang masih kecil, serta isu crowding out antar-instrumen keuangan maupun insentif fiskal bagi sektor-sektor prioritas.
Untuk itu, reformasi struktural perlu terus dilanjutkan agar potensi pasar modal sebagai sarana penggalangan dana bagi investasi dan pertumbuhan perusahaan-perusahaan dan perekonomian nasional dapat makin terwujud.
Pada tahun 2025, OJK bersama seluruh pemangku kepentingan termasuk Self Regulatory Organization (SRO) berkomitmen untuk mengimplementasikan berbagai program strategis Pemerintah. Berbagai program tersebut difokuskan pada penguatan dan pengembangan pasar modal salah satunya melalui peningkatan pendalaman pasar, antara lain, Peningkatan kuantitas dan kualitas perusahaan tercatat.
Program strategis ini dilaksanakan melalui berbagai inisiatif termasuk meningkatkan porsi saham free float dan mendorong perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar untuk melantai di bursa. Selain itu, kami juga akan melakukan penguatan regulasi dan sistem dalam proses Penawaran Umum agar lebih efisien dan transparan.
Pengembangan Produk, Infrastruktur dan Layanan Baru
Program ini dilaksanakan melalui peningkatan peran investor institusi pada pasar perdana dan sekunder di Pasar Modal. Dalam konteks ini, kami mendorong optimalisasi penggunaan Efek Beragun Aset (EBA) untuk mendukung likuiditas pelaksanaan program 3 juta rumah. Untuk itu, kami siap mendorong sinergi untuk memperkuat skema dan ekosistem EBA.
Kami juga akan mengembangkan produk baru dan optimalisasi pemanfaatan produk pasar modal eksisting termasuk bursa karbon dan produk yang berwawasan ESG, serta pengembangan infrastruktur beserta layanan transaksi efek.
Penguatan Anggota Bursa dan Manajer Investasi (MI)
Penguatan anggota bursa dan MI juga menjadi prioritas kami melalui peningkatan kapasitas, tata kelola, pengendalian internal, manajemen risiko dan kepatuhan anggota bursa dan MI, termasuk keamanan teknologi informasi dan operasional. Selain itu, anggota bursa dan MI diharapkan dapat lebih berperan dalam memperluas penetrasi produk pasar modal, tidak terbatas pada saham saja. Hal tersebut diiringi dengan penguatan perlindungan kepada investor guna memastikan kepercayaan investor.
Di samping penguatan dan pengembangan pasar modal di atas, penguatan integritas pasar akan terus dilakukan melalui penegakan hukum yang tegas dan konsisten, terutama untuk melindungi investor ritel dari saham-saham dengan pergerakan yang tidak wajar.
Untuk melaksanakan berbagai program tersebut, kami juga memerlukan dukungan pemerintah, antara lain, penyempurnaan kerangka pengaturan di sektor keuangan seperti penyelesaian produk turunan Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK), antara lain peraturan terkait cut loss dan penurunan nilai aset investasi yang dikelola BUMN.
kebijakan terkait implementasi pajak karbon dan regulasi Batas Atas Emisi (BAE) sektoral untuk mendorong pengembangan bursa karbon.
dukungan paket kebijakan insentif dan stimulus termasuk kebijakan perpajakan untuk pengembangan sektor-sektor prioritas, serta.
dukungan kementerian dan lembaga serta seluruh pemangku kepentingan dalam berbagai program pendalaman pasar untuk meningkatkan daya saing dan efisiensi produk pasar modal serta daya tarik investasi kepada investor global.
Sebelum mengakhiri laporan pada pagi hari ini, dalam kesempatan yang berharga ini, sekali lagi kami menyampaikan komitmen untuk terus menjaga sinergi dan kolaborasi antar-seluruh pemangku kepentingan, dalam mewujudkan industri Pasar Modal yang tidak hanya menjadi pilar perekonomian nasional, tetapi juga mendukung visi Indonesia Emas dan Pembangunan Berkelanjutan.
(ayh/ayh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Siap-Siap! Aturan IPO & Listing di BEI Bakal Diperketat!
Next Article OJK: Kinerja Perbankan Stabil, Kredit Tumbuh 12,36%