Jakarta, CNBC Indonesia - Pengalihan armada taksi konvensional menjadi taksi listrik dapat mengurangi emisi dan meningkatkan kualitas udara di Jakarta. Dampak positif taksi listrik telah ditunjukkan oleh berbagai kota di dunia.
Salah satu contohnya adalah Xanh SM di Vietnam yang memiliki solusi dua-dalam-satu yang tidak hanya mengurangi emisi, tetapi juga membentuk persepsi publik terhadap kendaraan listrik.
Sebagai ibu kota yang penuh aktivitas, Jakarta bukanlah kota yang asing terhadap polusi udara. Setiap tahun, saat musim kemarau tiba, kabut abu-abu menyelimuti kota ini seperti tamu yang tak diundang, mengganggu kehidupan sehari-hari, dan menyelimuti cakrawala.
Jakarta sering menempati peringkat sebagai salah satu yang paling tercemar di dunia. Pada Juni 2024, Jakarta kembali menduduki peringkat pertama dalam laporan IQAir, sebuah lembaga pemantau kualitas udara asal Swiss.
Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Agus Dwi Susanto mengatakan, polusi udara bukan sekadar gangguan, melainkan telah menjadi ancaman nyata bagi kesehatan masyarakat. Polusi udara menjadi pembunuh diam-diam bagi masyarakat.
Penelitian organisasi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat yang bekerja di luar ruangan di Jakarta menghadapi risiko lebih tinggi terhadap infeksi saluran pernapasan akut, serta penyakit kardiovaskular dan paru-paru kronis akibat buruknya kualitas udara di kota ini. Penyebab utamanya adalah transportasi yang menyumbang 44% dari total polusi udara di Jakarta.
Dengan emisi kendaraan mendominasi profil polusi di kota ini, kebutuhan mendesak untuk beralih ke moda transportasi yang lebih bersih menjadi semakin jelas. Di tengah krisis ini, taksi listrik menghadirkan peluang ganda: mengurangi emisi sekaligus mengubah persepsi publik terhadap mobilitas yang berkelanjutan.
Motor penggerak ekonomi Jakarta juga menjadi sumber udara yang mencekik, lantaran ada 24 juta kendaraan melintasi jalanannya setiap hari. Pertumbuhan kendaraan bermotor yang terus meningkat seperti mobil, sepeda motor, dan bus berbahan bakar diesel telah memenuhi kota ini dengan partikel berbahaya dan nitrogen oksida. Campuran racun ini memperburuk penyakit pernapasan dan merusak ekosistem.
Menyadari perlunya tindakan segera, Jakarta telah mengadopsi langkah-langkah agresif untuk menekan emisi kendaraan. Hingga saat ini, dua zona rendah emisi (low-emission zones/LEZ) telah dibentuk di kota ini, mengikuti model yang diterapkan di kota-kota besar dunia. Zona-zona ini membatasi akses kendaraan dengan emisi tinggi, sehingga mendorong penggunaan kendaraan listrik dan hibrida.
Bersamaan dengan itu, Jakarta juga menerapkan skema lalu lintas ganjil-genap, di mana kendaraan dengan nomor pelat tertentu bergantian melintasi jalan raya. Namun, kendaraan listrik (EV) dikecualikan dari aturan ganjil-genap sebagai upaya untuk mempromosikan produk tersebut.
Uji emisi sebagai pilar penting lain dalam rencana Jakarta telah diwajibkan untuk semua kendaraan berusia lebih dari tiga tahun. Ketidakpatuhan terhadap standar ini akan dikenai denda, sehingga akan memperkuat komitmen kota untuk menangani polusi dari sumbernya. Kota-kota satelit seperti Bogor dan Depok juga turut berpartisipasi dalam memperluas cakupan uji emisi dan memastikan kendaraan yang memasuki Jakarta memenuhi standar yang lebih ketat.
Namun, meskipun LEZ dan regulasi emisi terbilang penting, langkah-langkah ini saja tidak cukup untuk mengurai polusi Jakarta. Kota ini harus melangkah lebih jauh. Langkah paling ambisius pemerintah terletak pada elektrifikasi.
Ambisi Elektrifikasi Indonesia
Pada tahun 2019, Presiden Joko Widodo menandatangani peraturan yang menjadi landasan adopsi kendaraan listrik di Indonesia. Regulasi bersejarah ini memperkenalkan berbagai insentif baik untuk produsen maupun konsumen, yaitu pembebasan pajak, pengurangan tarif impor untuk komponen kendaraan listrik, dan subsidi besar untuk pembelian mobil serta sepeda motor listrik. Upaya ini sejalan dengan dorongan yang lebih luas untuk menghijaukan sektor transportasi Indonesia dan, pada akhirnya, jaringan energinya.
Jakarta sebagai pusat dari berbagai upaya ini, telah mulai mengintegrasikan bus listrik ke dalam armada transportasi publiknya. Bus-bus yang dioperasikan oleh PT Transportasi Jakarta mampu memberikan gambaran tentang masa depan kota yang lebih bersih dan lebih tenang.
Dengan target mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 30% pada tahun 2030, kehadiran bus-bus ini mencerminkan komitmen nyata terhadap keberlanjutan.
Berbagai jaringan stasiun pengisian daya juga terus berkembang, dengan lokasi di pusat perbelanjaan, SPBU, dan gedung-gedung pemerintahan. Hal ini merupakan investasi infrastruktur penting yang bertujuan menghilangkan kekhawatiran akan jarak tempuh bagi pengguna kendaraan listrik.
Namun, tujuan elektrifikasi Indonesia tidak terbatas pada transportasi umum. Insentif fiskal yang diberikan pemerintah telah membuka peluang bagi inovasi sektor swasta, dan taksi listrik mungkin menjadi salah satu peluang yang paling menjanjikan di antaranya.
Kasus bagi Taksi Listrik
Bayangkan armada taksi melintasi jalanan Jakarta tanpa suara deru mesin dan tanpa asap knalpot, melainkan beroperasi dengan energi bersih. Dengan menggantikan mesin pembakaran internal dengan alternatif bertenaga baterai, manfaat lingkungan langsung terasa, yaitu berkurangnya emisi gas rumah kaca dan udara yang lebih bersih untuk jutaan penduduk.
Studi nyata dari berbagai negara menunjukkan dampak transformatif taksi listrik terhadap emisi perkotaan. Di Guangzhou, sebuah studi tahun 2021 yang diterbitkan dalam Environmental Science & Technology mencatat bahwa penurunan emisi partikel (PM) sebesar 34% dan nitrogen oksida (NOx) sebesar 51% setelah adopsi taksi listrik.
Analisis tahun 2024 juga menyoroti manfaat kendaraan listrik berbasis baterai (BEV), dengan pengurangan emisi antara 8,72 hingga 85,71 kilogram karbon dioksida (CO2) per kendaraan setiap bulan selama operasi, dengan rata-rata penurunan bulanan 9,47%.
Di Cambridge, Inggris, kebijakan yang mewajibkan kendaraan listrik untuk taksi telah menghasilkan sekitar 10% armada Hackney Carriage menjadi sepenuhnya listrik, menurunkan emisi NOx di pusat kota hingga 11%.
Namun, dampak taksi listrik tidak hanya sebatas angka lingkungan. Keberadaan taksi listrik yang mencolok di jalanan turut membentuk persepsi masyarakat terhadap kendaraan listrik.
Setiap taksi listrik dengan merek yang mencolok menjadi billboard bergerak untuk keberlanjutan, menormalisasi teknologi ini dan mendorong adopsi kendaraan listrik secara individu. Dengan demikian, armada taksi listrik tidak hanya berfungsi sebagai solusi praktis tetapi juga duta publik untuk masa depan Jakarta yang lebih hijau.
Operator taksi pun memiliki posisi strategis untuk berkontribusi pada ekosistem kendaraan listrik dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh konsumen individu. Armada besar dapat menghasilkan data penting mengenai kinerja baterai, pola pengisian daya, dan perilaku pengguna. Data ini dapat digunakan untuk mendukung pengembangan infrastruktur, mengoptimalkan lokasi stasiun pengisian, dan merumuskan kebijakan kendaraan listrik di masa depan.
Sebagai tulang punggung mobilitas perkotaan, armada taksi memiliki potensi untuk mempercepat transisi Indonesia menuju transportasi berkelanjutan dengan cara yang tak tertandingi oleh sektor lainnya.
Tren Global
Lantas, taksi listrik bukan hanya solusi lokal. Kota-kota di seluruh dunia mengadopsi armada taksi listrik untuk mengatasi polusi perkotaan. Di Amerika Utara, kota-kota seperti New York dan Toronto sedang mengalihkan jaringan taksi mereka ke kendaraan listrik, didorong oleh kebijakan pemerintah dan meningkatnya permintaan publik untuk transportasi ramah lingkungan.
Di Eropa, negara-negara seperti Norwegia dan Belanda memimpin dengan infrastruktur pengisian daya yang luas dan insentif kuat untuk mendorong kendaraan bebas emisi.
Di Asia Tenggara, Jakarta bisa mengambil inspirasi dari kebangkitan pesat Vietnam sebagai pemimpin dalam transportasi hijau. Salah satu tokoh utama dalam transformasi ini adalah Xanh SM, operator taksi listrik murni terbesar di negara tersebut. Sejak diluncurkan di Hanoi pada 2023, Xanh SM telah memperluas kehadirannya ke 54 dari 63 provinsi dan kota di Vietnam.
Dengan armada yang mengesankan, terdiri dari 80.000 kendaraan termasuk mobil listrik, sepeda motor listrik, dan unit yang dikelola mitra perusahaan ini melayani jutaan penumpang setiap hari. Upaya ini telah berhasil mencapai tonggak penting yaitu mengurangi 100.000 ton emisi CO2 setiap tahunnya, atau setara dengan kapasitas penyerapan karbon dari 4,7 juta pohon.
Apa yang membedakan Xanh SM bukan hanya skalanya, tetapi juga pendekatannya yang visioner. Sebagai perusahaan transportasi hijau multi-platform pertama di dunia, Xanh SM berkomitmen untuk membuat kendaraan listrik dapat diakses oleh masyarakat luas.
Xanh SM bertujuan untuk mengintegrasikan transportasi berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan kesadaran publik tentang kenyamanan, kecerdasan, dan manfaat lingkungan dari kendaraan hijau.
"Xanh SM dianggap sebagai penyedia terbaik dalam hal kualitas layanan, jangkauan, ukuran armada, dan kepuasan pelanggan, mengungguli layanan taksi tradisional dan berbasis teknologi," menurut Mordor Intelligence, yang menyoroti faktor-faktor utama di balik keberhasilan perusahaan ini.
Bagi Jakarta, Xanh SM memberikan cetak biru yang patut ditiru. Keberhasilan pesat mereka menunjukkan bahwa elektrifikasi armada taksi skala besar bukanlah tujuan yang jauh, melainkan sesuatu yang realistis.
Dengan investasi dan infrastruktur yang tepat, pasar Jakarta yang besar dan dukungan pemerintah yang kuat dapat memungkinkan kota ini untuk meniru, bahkan melampaui pencapaian Vietnam. Jika diterapkan dengan baik, maka taksi listrik memiliki potensi untuk tidak hanya mengurangi krisis polusi kota, tetapi juga menjadikan Jakarta sebagai pemimpin transportasi hijau di Asia Tenggara.
Menempatkan Indonesia Sebagai Pemimpin Hijau
Saat Jakarta berlomba untuk mengurangi polusi udara, taksi listrik muncul sebagai solusi dua dalam satu yakni mengatasi tantangan emisi yang mendesak sekaligus menempatkan Indonesia sebagai pemimpin dalam transportasi berkelanjutan.
Melalui investasi yang tepat, jalan-jalan Jakarta bisa menjadi contoh mobilitas bersih, yang menunjukkan kepada dunia bahwa bahkan di tengah tantangan besar, perubahan itu mungkin.
Transformasi ini tidak akan terjadi dalam semalam, tetapi momentum sudah mulai terbangun. Kebijakan pemerintah, inovasi sektor swasta, dan kesadaran publik saling bersinergi untuk menciptakan lingkungan di mana elektrifikasi dapat berkembang.
Dalam perjalanan ini, taksi listrik lebih dari sekadar kendaraan. Kendaraan ini adalah simbol masa depan yang lebih bersih dan sehat bagi Indonesia. Setiap kendaraan yang melintas membawa negara ini satu langkah lebih dekat ke langit yang lebih cerah dan menuju Indonesia yang menjadi titik terang global dalam perjuangan melawan polusi.
Indonesia, dengan Jakarta di garis depan, sedang menunjukkan kepemimpinan yang kuat dalam mendorong pertumbuhan berkelanjutan.
Pendekatan seperti ini tidak hanya menegaskan komitmen Indonesia untuk melindungi lingkungan, melainkan juga menjadi seruan inspiratif bagi bisnis dan komunitas untuk bersatu menuju masa depan yang lebih hijau.
(dpu/dpu)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Industri Otomotif Sudah Jatuh, Tertimpa PPN 12% Pula
Next Article Intip Pabrik EV Canggih! Baterainya Buatan Lokal