Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden RI Prabowo Subianto terus menggencarkan program hilirisasi mulai dari komoditas tambang hingga kelautan di Tanah Air.
Untuk melancarkan program tersebut, beredar isu bahwa pemerintah akan membentuk satuan tugas (Satgas) Hilirisasi di Indonesia.
Lantas, bagaimana kepastian dari pembentukan satgas tersebut?
Menjawab pertanyaan itu, Menteri Investasi dan Hilirisasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengatakan memang sejatinya program hilirisasi di Indonesia merupakan pekerjaan rumah (PR) besar bagi pemerintah.
"Ya tentunya kan hilirisasi ini adalah sebuah pekerjaan rumah yang sangat besar yang melibatkan semua, banyak kementerian, banyak badan-badan pemerintah lainnya," ujarnya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (3/12/2024).
Adapun, dia mengatakan bahwa pihaknya masih harus melakukan koordinasi dengan pihak lain yang terlibat untuk bisa melangkah bersama untuk bisa merumuskan program hilirisasi yang akan digenjot di Indonesia.
"Ya tentunya kan hilirisasi ini adalah sebuah pekerjaan rumah yang sangat besar yang melibatkan semua, banyak kementerian, banyak badan-badan pemerintah lainnya dan kita tentunya senang kalau semua ini kita bisa melangkah bersama dan merumuskan hilirisasi ini kan tidak hanya di bidang mineral tapi juga di bidang perkebunan, pertanian, fishery, kelautan dan yang lain-lain jadi ini kan melibatkan banyak kementerian," tambahnya.
Dengan begitu, dia menyebutkan pihaknya akan melakukan pertemuan dengan kementerian dan lembaga terkait untuk merumuskan kebijakan yang tepat untuk mendorong program hilirisasi di dalam negeri.
"Dan kita juga akan melakukan pertemuan bersama untuk merumuskan kebijakan ini karena ini saling bersinggungan dengan yang lainnya," tutupnya.
Dalam kesempatan berbeda, Rosan mengungkapkan pemerintah telah memetakan hingga 28 komoditas dalam negeri yang bisa digenjot program hilirisasinya.
Rosan menyebutkan ada enam komoditas utama yang akan diprioritaskan program hilirisasinya di Indonesia.
"Ini adalah 28 sektor komoditas yang sudah kami petakan pada saat ini dan ini terbagi di dalam 8 sektor, baik itu mineral, batu bara, minyak bumi, gas bumi, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan kelautan," kata Rosan dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi XII DPR RI, Jakarta, Selasa (3/12/2024).
Enam komoditas yang diutamakan tersebut, kata Rosan, lantaran Indonesia sendiri rata-rata menyimpan bahan baku yang terhitung menjadi yang terbesar di dunia.
"Kami sudah melakukan pemetaan ini dan bersama-sama dengan independen yang kami tunjuk dan kami memang ada 28 (komoditas hilirisasi). Tapi kami melihat bahwa mungkin kami akan melihat beberapa industri yang mungkin 5-6 yang kami akan lebih prioritaskan," imbuhnya.
Dia mengatakan, sejatinya Indonesia telah dibekali oleh sumber daya alam yang melimpah yang bisa dimanfaatkan untuk menyumbang nilai tambah di Indonesia melalui program hilirisasi.
"Kami juga baru mengetahui bahwa sebenarnya Indonesia ini kalau saya boleh sampaikan memang ini negara yang dicintai sama Allah SWT ini. Kenapa? Karena diberikan begitu banyak kekayaan alam, darat, laut, udara," ujarnya.
Pertama, komoditas nikel dinilai menjadi salah satu komoditas yang melimpah di Indonesia. Rosan mengatakan, Indonesia sendiri merupakan negara nomor satu dengan cadangan nikel terbesar di dunia.
"Salah satu contohnya kita katakan bersama di nikel kita nomor satu di dunia, Bapak Ibu yang terhormat. Kurang lebih cadangan nikel di dunia 42% itu ada di Indonesia," bebernya.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa Indonesia juga memiliki salah satu komoditas tambang yakni timah yang juga terhitung cadangannya terbesar ke dua di dunia.
Selain itu, ada pula komoditas tambang lainnya seperti tembaga, bauksit, besi baja, emas, dan perak yang juga bisa digenjot hilirisasinya di Indonesia.
"Ini hanya saya kasih gambaran Timah nomor besar nomor dua terbesar di dunia 16,8 persen ada di Indonesia. Tembaga, bauksit, besi baja, emas, perak," imbuhnya.
Selain itu, dia mengatakan bahwa komoditas sumber daya alam lainnya juga menjadi cadangan nomor satu di dunia. Dia mengatakan komoditas tersebut seperti sawit dan kelapa di dalam negeri.
"Tapi kita lebih banyak melihat kalau di luar kelapa dari Thailand yang lebih banyak. Nah padahal kita penghasil nomor satu kelapa," katanya.
Ada pula komoditas rajungan dan rumput laut yang tersimpan di Indonesia juga dinilai menjadi cadangan terbesar kedua di dunia.
Dengan begitu, dia akan memprioritaskan berbagai komoditas dengan cadangan besar di Indonesia untuk dilakukan program hilirisasinya dalam negeri.
"Kemudian di rajungan kita penghasil nomor dua di dunia, nah rumput laut ini yang menarik ini juga nomor dua di dunia tetapi kalau tropical rumput laut kita penghasil nomor satu di dunia. Dan itu memang tersebar di banyak pantai di Indonesia dan dilakukan oleh para petani rumput laut. Sehingga ini juga rumput laut adalah salah satu industri dari hilirisasi yang ingin kita dorong ke depannya," tandasnya.
Berdasarkan catatan Kementerian Investasi/BKPM, berikut komposisi cadangan 28 komoditas di Indonesia terhitung dalam lingkup global:
1. Nikel (42%) no. 1 di dunia
2. Timah (16,3%) no. 2 di dunia
3. Tembaga (3%) no. 11 di dunia
4. Bauksit (4%) no. 6 di dunia
5. Besi baja (0,94%) no. 16 di dunia
6. Emas perak (emas 5%, perak 2%)
7. Batu bara no. 7 di dunia
8. Aspal buton (3,91%) no. 3 di dunia
9. Minyak bumi (0,1%) no. 5 di Asia Pasifik
10. Gas bumi (0,7%) no. 4 di Asia Pasifik
11. Sawit (58,7%) no. 1 di dunia
12. Kelapa (27%) no. 1 di dunia
13. Karet (27%) no. 2 di dunia
14. Biofuel (59%) no. 1 di dunia hanya dari sawit
15. Kayu balok (4%) no. 6 di dunia
16. Getah pinus (13%) no. 3 di dunia
17. Udang (16%) no. 3 di dunia
18. Ikan TCT (21%) no. 1 di dunia
19. Rajungan (3%) no. 2 di dunia
20. Rumput laut (28%) no. 2 di dunia
21. Potensi lahan garam potensi 47.734 hektar
22. Pasir silika (0,9%) no. 18 di dunia
23. Mangan (3,2%) no. 7 di dunia
24. Kobal (7,19%) no. 3 di dunia
25. Logam tanah jarang cadangan 227.976 ton
26. Kakao (4%) no. 7 di dunia
27. Pala (31,2%) no. 1 di dunia
28. Tilapia (22,1%) no. 1 di dunia
(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Jurus Atasi Pungli Hingga Mahalnya Biaya Investasi & Hilirisasi
Next Article Amerika Serikat Bakal Biayai Pengembangan Semikonduktor RI