Paket Kebijakan Ekonomi Rilis Tapi IHSG Masih Jeblok, Ini Kata Analis

1 month ago 17

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah telah mengumumkan serangkaian paket kebijakan ekonomi. Namun, kebijakan tersebut seperti tampaknya tidak disambut oleh investor pasar modal. Hal itu tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus merosot sejak jelang dan setelah paket kebijakan tersebut diumumkan.

Tercatat, IHSG kembali ditutup ambruk pada akhir perdagangan Selasa (17/12/2024). IHSG ditutup ambruk 1,39% ke posisi 7.157,73 dan merosot ke level psikologis 7.100.

Bahkan, IHSG telah turun 9,46% dari titik tertinggi tahun ini dan level penutupan tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) pada 19 September di angka 7.905,39. Dengan kata lain dalam kurun waktu tiga bulan IHSG telah ambruk nyaris 10%.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp11 triliun dengan melibatkan 18 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 157 saham naik, 441 saham turun, dan 188 saham stagnan.

IHSG juga ditutup ambruk nyaris 1% lebih pada perdagangan Senin (16/12/2024) atau pada hari pengumuman paket kebijakan ekonomi. Secara spesifik, IHSG amjlok empat hari beruntun sejak Kamis (12/12/2024) pekan lalu dengan koreksi setiap harinya mencapai nyaris 1%.

Analis Senior Investment Information Mireae Nafan Aji Gusta mengatakan, untuk saat ini dampak paket kebijakan ekonomi tersebut belum memberikan pengaruh signifikan pada pasar modal RI.

"Untuk saat ini belum terlalu besar, akan tetapi untuk jangka panjang bisa berdampak positif bagi stabilitas perekonomian," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (18/12).

Menurutnya, pengumuman paket pemerintah sebagai stimulus dalam rangka menggerakkan perekonomian Indonesia memiliki tujuan sebagai mitigasi. "Sebagai mitigasi untuk mencegah terjadinya outflow yang signifikan dari para pelaku investor, terutama investor asing," sebutnya.

Ia mengungkapkan, pelemahan IHSG saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh data perekonomian makro seperti menantikan data neraca perdagangan yang masih mengalami surplus.

"Jadi ini yang membuat pelemahan IHGS-nya tidak terlalu kuat maksudnya. Jadi karena ada yang faktor buying pressure. Karena sebenarnya para pelaku pasar akan mencerna potensi surplus neraca perdagangan Indonesia," ungkapnya.

Selain itu, lanjutnya, pelemahan IHSG juga dipengaruhi oleh perekonomian global, potensi perang dagang, serta tensi eskalasi geopolitik global. "Itu turut mempengaruhi daripada kinerja underwhelming forecast of global economic growth," imbuhnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Analis PT Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova yang mengatakan bahwa paket kebijakan ekonomi pemerintah belum terasa dan akan terlihat pada jangka menengah dan panjang.

"Pada dasarnya terkait kebijakan ekonomi itu efeknya lebih terlihat di jangka menengah-panjang ya, jadi kalau kemudian dikaitkan kondisi rupiah dan IHSG saat ini mungkin tidak sesuai ekspektasi," ungkapnya.

Namun, kata Ivan, seharusnya secara spesifik paket kebijakan tersebut juga menguntungkan emiten di industri terkait. "Mestinya positif secara spesifik pd industri atau emiten yang diuntungkan dengan rangkaian paket kebijakan tersebut," pungkasnya.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG & Rupiah Kompak Sendu

Next Article IHSG Menghijau Tapi Rupiah Merosot ke Rp16.200-an Per USD, Kenapa?

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|